Vanya terbangun dari tidurnya, dia menyadari kalo dia sudah terbaring di kamar tidurnya, tapi dia enggak tau kalo Rein yang memindahkannya.
Vanya melihat jam di meja samping tempat tidurnya, jam enam lebih tiga puluh menit. Dia kesiangan. Langsung vanya masuk kekamar mandi, hari ini hari pertamanya dia menjadi seorang istri menyiapkan keperluan suami merupakan hal biasa tapi dia bangun aja kesiangan di hari status istri dari Reinaldo.
Vanya turun ke lantai satu, di meja maakn sudah tertata beberapa makanan, ada nasi goreng, pancake, roti bakar yang belum di beri selai kopi dan teh hangat.
"Silahkan duduk nona, tuan Rein sedang bersiap ke kantor" Para pembantu sudah di beri tau Rein kalo mereka pisah kamar jadi wajar kalo tuan dan nyonya mereka tak tau kegiatan mereka satu sama lain di pagi hari.
"Iya" Vanya duduk di kursi samping kanan, baru saja dia menyeruput tehnya Rein datang, dia duduk di samping Vanya, di kursi kepala.
Rein sudah siap dengan stelan kantornya, apa mungkin Rein akan kerja di hari pertama mereka menikah. Tapi bisa saja kan pernikahan mereka tak banyaak orang yang tau. Hanya keluarga dan beberapa teman Rein, Vanya tidak punya teman di Indonesia jadi dia kemarin tak mengundang temannya satupun.
"Rein, kamu kerja hari ini?" Tanya Vanya di sela sela sarapan mereka.
"Ada masalah kalo aku kerja?" Bukannya menjawab Rein malah bertanya balik.
"Enggak kok, aku hari ini mau keluar, mau survey beberapa tempat untuk kujadikan butik" Walau bagaimanapun Vanya tau dia sebagai seorang istri, jadi kemanapun dia pergi suaminya wajib tau, itu yang di lakukan Mamanya dulu. Jadi sekarang apa salahnya dia meminta izin pada suaminya seperti Mamanya dulu meninta izin pada Papanya.
"Terserah kamu, tapi kamu bisa ke Etropic Mall, ini" Rein menyerahkan sebuah black Card unlimited, juga sebuah kartu, sepertinya member di Etropic Mall.
"Kamu bisa minta supir buat ngantar kamu kesana" Setelahnya Rein pergi meninggalkan meja makan, membawa tas dan beberapa map.
Selesai bersiap siap Vanya meminta supir mengantarkannya ke Etropic mall. Di sepanjang perjalanan Vanya hanya melihat gedung gedung pencakar langit, Jakarta sudah berubah, empat tahun dia di NY dan sepertinya Jakarta hampir sama dengan NY bedanya NY lebih tertata saja.
"Non, kita sudah sampai" Vanya langsung turun setelah menyuruh sopirnya pulang. Vanya enggak tau dia disini sampai kapan tapi lebih baik jika dia menyuruh supirnya pulang.
Rein enggak salah dalam merekomendasikan Mall tapi, disini hanya ada beberapa gerai yang di tawarkan dengan harganya sangat mahal walau sepadan dengan tempat dan fasilitasnya. Ada juga yang harganya pas dengan uang Vanya tapi lokasi kurang strategis.
"Mbak, kalo seumpama kita punya member card Mall ini apa harganya bisa di kurangi?" Tanya Vanya.
"Maaf Mbak, kita tidak membuat member card untuk para pelanggan" Jelas marketing Mall tersebut. Namanya Mita, Vanya hanya melihat di name tagnya.
"Trus kalo kartu ini?" Vanya menunjukan kartu yang seperti member tersebut.
"Maaf, boleh saya pinjam kartunya?" Tanya Mita. Vanya yang tak tau apa apa hanya menyerahkan kartunya.
Mita pergi ke sebuah meja. Entah dia menghubungi siapa tapi Vanay bisa mendengar jika nama suaminya di sebut sebut. Setelah mita selesai menghubungi orang itu dia kembali pada Vanya
"Maaf menunggu lama, Mbak Vanya bisa duduk di sofa terlebih dulu sebelum atasan kami datang" Vanya semakin bingung, padahal dia hanya menunjukan kartu yang di kasih Rein padanya.
Lima belas menit Vanya menunggu. Tiba tiba ada seorang laki laki datang menghampirinya.
"Maaf apa anda yang bernama nona Vanya?" Tanya laki laki itu.
"Iya" Vanya hanya menjawab iya, mungkin dia atasan dari Mita.
"Perkenalkan nama saya Dito, saya bawahan pemilik Mall ini, saya di tugaskan mengurus Mall ini" Vanya tersenyum sekilas sambil menjabat tangan Dito.
"Tadi bawahan saya bilang kalo anda mempunyai Etropic Card, boleh saya lihat"Tanya Dito. Vanay menyerahkan Etropic Card dari Rein.
"Maaf, apa anda memiliki hubungan khusus dengan tuan Reinaldo Xaviero?" Tanya Dito.
"Saya Vanya istrinya Rein, kami baru menikah" Jawab Vanya.
"Begini Nona, dengan kartu ini, anda bisa memilih unit mana yang bisa anda ambil, karena taun Reinaldo juga ikut andil dalam pembangunan Mall ini, bisa di sebut tuan Reinaldo sebagai investor" Jelas DIto.
"Jadi saya bisa mengambil unit yang saya inginkan?" Tanya Vanya.
"Iya, dan perlu saya garis bawahi kalo itu gratis, dan itu sudah pesan dari tuan Michael selaku pemilik Mall ini" Vanya tau siapa Michael, kalo enggak salah, dia salah satu teman Rein yang kemarin datang di acara pernikahannya.
"Baik saya akan memilih unit yang di sana" Vanya memilih unit di lantai dua, lokasinya tak jauh dari kantor permasaran Mall ini, karena Mall ini baru selesai di resmikan beberapa minggu yang lalu. Walau sudah banyak di pesan tapi masih banyak gerai yang kosong karena belum di isi."Dito dan Mita menyetujui permintaan Vanya. Segera mereka mengerjakan detailnya konsep butik yang di usung Vanya nantinya.
Vanya juga meninta pendapat pada Mita setelah Dito pergi meninggalkan mereka berdua.
"Jadi Mita, apa yang sedang trend di sini, karena aku baru pulang dari NY dan belum mengamati trend anak muda" Tanya Vanya.
"Kalo sekarang itu sih, banyak anak muda yang suka baju tapi yang limited edition, dan unik, tapi tidak norak yang banyak gambara tau warna. Kebanyakan anak muda saat ini lebih suka yang netral, dan suka warna warna natural yang bisa di padu padankan dengan celana atau baju yang lain" Jelas Mita, Vanya tau model model pakaian yang itu.
"Berarti untuk konsep butiknya nanti jangan banyak warna, mungkin hanya siver blue atau black and white" Mita dan Vanya satu selera jadi mereka lebih cepat membicara konsep butik yang akan di usung Vanya nanti.
"Oh ya, Mita, apa kamu tau sebuah ruko di sekitaran sini yang bisa di jadikan sebagai tempat konveksinya?" Tanya Vanya, dia tak tau tempat dan arah sama sekali, Jakarta sudah banyak berubah dari empat tahun yang lalu.
"Sepertinya ada Mbak Vanya, apa mau saya carikan?" Tanya Mita lagi.
"Boleh, kalo kamu enggak keberatan juga, aku mau nyari beberapa penjahit yang sudah berpengalaman, untuk menunjang butikku nanti, jadi ada karya sendiri dari butikku buka semua dari konveksi besar" Vanya seorang desaigner jadi dia juga harus menciptakan sebuah karya yang specta. Percuma dia kuliah jauh jauh di NY kalo dia tak bisa membuat sebuah karya yang specta.
"Iya nanti saya coba carikan sekalian penjahitnya" Vanya merasa dia bisa berteman dengan Mita. Vanya bukan orang yang pilih pilih dalam berteman jadi dia mau mau saja berteman dengan orang yang berbeda level di bawah atau di atasnya.
"Yaudah Mita, saya pergi dulu, masih ada beberapa hal yang perlu saya urus, kalo kamu sudah menemukan ruko di sekitar sini kamu bisa menghubungi aku, ini nomer telfon aku" Vanya menyerahkan ponselnya pada Mita. Selesai mengetik nomer Vanya Mita menyerahkan kembali ponsel Vanya.
jangan lupa like and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Ku Pergi [END]
Romancepenyesalan memang datang terlambat.. seperti aku yang menyadari perasaanku setelah kamu pergi..... semuanya sudah terlambat... Reinaldo Xaviero