Joshua bangun lebih dahulu pagi ini. Sebenarnya ia merasa sedikit pusing, namun tenggorokannya yang kering memaksanya untuk bangun dan duduk di tempat tidur. Dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya, Joshua berusaha mengumpulkan 'nyawanya' sebelum turun dari tempat tidur.
Setelah nyawanya terkumpul, ia melihat beberapa pakaian -lebih tepatnya pakaian miliknya dan juga Jesun- berserakan dimana-mana. Seketika itu juga matanya langsung membulat.
"Kenapa bajuku dan juga Jesun ada di—"
Tiba-tiba pikirannya melayang pada kejadian semalam saat ia dan juga sang istri meminum wine bersama. Yang Joshua ingat hanyalah mereka terus menerus minum sampai mabuk. Setelah itu ia tak ingat apapun.
Daripada terkena omelan istrinya, ia dengan segera beranjak dari kasur memunguti pakaiannya dan berlari ke kamar mandi. Membersihkan diri secepat yang ia bisa sebelum istrinya itu bangun dan teriak-teriak. Setelah selesai, Joshua segera bersiap untuk pergi dari rumah tersebut. Tak lupa ia pun meninggalkan memo di salah satu vas bunga yang terdapat di meja rias milik Jesun.
"Aku pergi dulu dan maaf karna aku tidak mengingat kejadian apa yang telah terjadi semalam. Saranghae." Joshua mengecup kening Jesun cukup lama sebelum akhirnya ia pergi.
Satu jam setelah Joshua pergi, Jesun masih belum juga bangun. Sepertinya ia masih mengantuk di tambah lagi dengan udara dingin dari pendingin ruangan membuatnya bertahan untuk tetap tidur. Namun hal itu tak bertahan lama, karna sepertinya ia terganggu oleh tenggorokannya yang kering sama seperti Joshua tadi.
"Ya ampun, udah jam berapa ini?" ujarnya sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing. Ia pun meraih segelas air yang berada di meja dekat tempat tidur.
"Dimana Joshua?" Jesun berkata begitu karna dirinya masih belum sadar. Ia pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar yang terlihat berantakan.
Matanya yang tadi masih setengah terbuka, kini sukses membulat sempurna ketika melihat pakaiannya yang berada dimana-mana.
"I-itu.. kenapa di sana?"
Jesun yang masih terbalut selimut, perlahan-lahan mulai membuka selimutnya. Dan yang terjadi adalah—
"JOSHUA HONG!! HUWAAAA!!"
Jesun menangis sejadi-jadinya sambil terus mengecek tubuhnya yang berada di dalam selimut.
***
"Hyung, ada apa pagi-pagi kesini?" tanya Dokyeom saat melihat Joshua berdiri di depan pintu tempat tinggalnya.
Bukannya menjawab, Joshua justru masuk begitu saja dan duduk di salah satu sofa. Sementara Dokyeom mengikutinya setelah menutup pintunya.
"Hyung, jadi ada apa sebenarnya?" tanyanya sekali lagi.
Sebuah kunci Joshua letakan di atas meja. "Itu, aku kemari untuk memberikan itu padamu."
Dokyeom memperhatikan kunci tersebut. "I-ini... kunci motor sport-ku??"
Joshua mengangguk. "Sesuai janjiku. Motornya akan segera di kirim."
"Wah hyung! Terima kasih!" Dokyeom lantas memeluk Joshua dengan sangat kencang.
"Lepaskan aku! Aku tidak bisa bernafas!" ujar Joshua sambil memukul punggung Dokyeom.
Dokyeom menampilkan cengiran khasnya setelah melepas pelukan tersebut. "Hehehe.. sekali lagi terima kasih hyung!"
Joshua hanya berdehem sebagai jawaban. "Sekarang kau bisa mendekatinya."
Dokyeom langsung menampilkan wajah blank-nya. "Huh? Mendekati siapa maksud hyung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Full House Season 2 ( Seventeen - Joshua ) [END]
FanfictionKisah kehidupan berumah tangga yang sebenarnya antara dua orang dengan kepribadian berbeda. Joshua Hong si pria dingin yang suka seenaknya dengan gadis biasa namun galak bernama Jung Jesun. Akankah kisah kehidupan mereka selalu bahagia?