Jesun langsung melangkahkan kakinya menuju kamar begitu tiba di apartemennya. Meninggalkan Jino dan Wonho yang menatapnya dengan raut kesedihan. Wonho yang merasa bersalah pada Jesun dan Jino yang khawatir dengan keadaan sang ibu walau ia tak mengerti apa-apa.
"Appa~ mommy.. mommy.." Jino mengucapkan itu dengan mata yang tengah berair.
Wonho yang menyadari hal itu langsung memeluk Jino dan menenangkannya. "Mommy tak apa-apa sayang.. jangan khawatir, oke?" Ia pun menghapus air mata yang telah membasahi pipi Jino.
"Sekarang Jino mandi bersama appa dan setelah itu tidur." Anggukan kepala diterima Wonho sebagai jawaban.
Mereka berdua memasuki kamar Jino. Wonho yang telaten mengurusi Jino hingga anak tersebut tertidur setelah beres mandi. Meninggalkan Jino yang kini sudah terlelap, Wonho melangkahkan kakinya menuju kamar Jesun. Melihat keadaan Jesun yang mungkin sedikit terguncang.
Begitu pintu terbuka sedikit, pemandangan yang pertama kali Wonho lihat adalah tubuh Jesun yang membelakanginya dan berguncang. Bisa di pastikan bahwa saat ini Jesun tengah menangis. Dengan perlahan, Wonho memasuki kamar tersebut dan duduk di samping Jesun.
Sebuah tepukan di bahu, membuat Jesun menoleh dan melihat Wonho tengah duduk di sampingnya.
"Oppa, kenapa dia bisa datang lagi?" tanya Jesun tanpa menghentikan tangisnya.
Wonho bungkam. Ia tak menemukan kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan wanita di sampingnya ini. Berusaha tak menceritakannya tapi berakhir dengan mengutarakannya.
"Aku bertemu dengnnya kemarin.."
Deg!
Tatapan tak percaya Jesun berikan pada Wonho. Meminta penjelasan bahwa apa yang di dengarnya itu salah.
"Kau tidak salah dengar," ucap Wonho seperti mengetahui isi kepala Jesun. "Aku melihatnya kemarin saat sedang memangku Jino di taman."
Jesun mendengarkan dengan seksama.
"Aku tau pasti Jino telah menceritakannya padamu bahwa ia bertemu dengan seorang lelaki yang bernama Joshua. Aku terkejut dan takut begitu melihatnya ada disini. Takut bahwa kau akan mundur dariku juga membawa kalian menjauh dariku. Maka dari itu aku tak memberitaumu tentang hal ini," jelasnya. "Anggap saja aku ini egois. Egois karna ingin memiliki kalian seutuhnya dan membahagiakan kalian." Berakhir dengan pelukan hangat Wonho berikan untuk Jesun.
Tangisan Jesun sedikit mereda. Ia sangat bersyukur karna ada orang yang mencintai juga menyayangi dirinya dan buah hatinya. Tak mungkin ia mundur begitu saja setelah melihat ketulusan lelaki yang kini memeluknya. Akan sangat jahat jika sampai Jesun mundur dari ucapannya.
"Aku tidak akan mundur oppa," kata Jesun tanpa melepaskan pelukannya. "Bantu aku untuk menyelesaikan semuanya. Aku ingin merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya," jelasnya setelah melepaskan pelukan.
"Kau harus percaya padaku, oppa."
Tangan di genggam seolah meyakinkan bahwa Wonho percaya padanya.
"Aku percaya padamu, Jesun" jawabnya. "Aku juga akan mengurus semuanya. Bukankah kau harus bercerai dulu sebelum menikah denganku? Aku akan mengurus semuanya. Serahkan saja padaku."
"Terima kasih oppa.."
Wonho hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis padanya.
"Malam ini aku akan tidur disini," ujar Wonho. "Aku ingin menemani Jino, itupun jika kau mengizinkan."
"Tentu saja, oppa" balas Jesun. "Aku tau kau khawatir pada Jino. Apalagi tadi Jino sempat melihatku menangis."
"Hm, kau benar. Jino sangat mengkhawatirkanmu begitu melihatmu menangis, berakhir dengan dia juga ikutan menangis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Full House Season 2 ( Seventeen - Joshua ) [END]
FanficKisah kehidupan berumah tangga yang sebenarnya antara dua orang dengan kepribadian berbeda. Joshua Hong si pria dingin yang suka seenaknya dengan gadis biasa namun galak bernama Jung Jesun. Akankah kisah kehidupan mereka selalu bahagia?