SEPULUH

6.8K 463 46
                                    

Haiiii...😄😄😄😄
Masih ada yang nunggu cerita ini nggak? 😳😳😳
Kalo nggak ada juga nggak apa-apa sih..😂😂✌✌

Happy reading.. 😙😙😙

.
.
.
.
.

Hari ini adalah hari pindahan gue dan Pak Lay ke salah satu apartemen milik Pak Lay. Apartemen itu cukup jauh dari kampus maupun dari rumah Mama Meilin. Walaupun gitu, pemandangan di sekitar apartemen ini bikin hati tenang. Mana apartemennya luas banget. Pak Lay milih apartemen di lantai 10 yang baru gue tahu kalo di lantai itu cuma ada 5 pintu, nggak seperti di lantai lain yang terdiri dari hampir 20 pintu.

Gue cuma bawa perlengkapan gue begitu juga dengan Pak Lay. Kami nggak bawa barang-barang lain karena Pak Lay udah ngisi perlengkapan apartemen ini jauh-jauh hari.

Gue lihat Pak Lay lagi memasukkan password apartemennya yang membuat gue menganga seketika. Panjang banget passwordnya, yang gue ingat cuma 2 angka pertama aja, selebihnya blur. Pak Lay masuk dengan menyeret 3 kopernya dan gue mengikuti dari belakang. Gue berhenti karena Pak Lay masuk ke kamar. Gue baru ingat, Pak Lay bilang kami nggak sekamar, terus kamar gue di mana? Di sebelah kamar Pak Lay ada kamar juga sih, apa itu kamar gue? Gue berjalan mendekati pintu itu. Baru aja tangan gue menyentuh knop pintu, suara Pak Lay udah terdengar di telinga gue.

"mau ngapain kamu?" tanya Pak Lay sambil bersandar di pinggir pintu kamarnya.

"mau masuk Pak" Pak Lay tersenyum sinis setelah mendengar jawaban gue.

"jangan rasa-rasa kamu, itu kamar bukan untuk kamu. Kamar kamu ada di sebelah dapur, sana pergi" usir Pak Lay terang-terangan. Gue cuma bisa menghela napas dan berjalan meninggalkan Pak Lay untuk menuju ke kamar gue. Di sebelah dapur, di sebelah dapur, dapurnya aja gue nggak tahu di mana.

Gue berjalan memutari tiap-tiap ruangan dan akhirnya gue menemukan dapur. Tapi nggak ada kamar di sini. Apa Pak Lay ngerjain gue? Dasar orang tua. Gue memandangi sekeliling dapur ini, ternyata luas juga, peralatannya juga lengkap dan di sudut sana ada sebuah kulkas yang gede banget. Gue tergelitik untuk mendekati kulkas itu. Pak Lay marah nggak ya kalo gue lihat kulkasnya? Baru aja gue buka pintu kulkas, tapi langsung terhenti karena gue menemukan sebuah sebuah pintu yang tidak akan nampak jika di lihat dari pintu dapur karena terhalang oleh badan kulkas yang besar.

Gue mendekati pintu itu dan membukanya. Ternyata ini sebuah kamar, jadi ini kamar yang dimaksud Pak Lay. Gue tersenyum miris, bahkan ruangan ini nggak layak untuk disebut sebuah kamar, walaupun ada tempat tidur single bed tapi ruangan ini penuh dengan barang untuk bersih-bersih. Ruangan ini bahkan nggak lebih besar dari kamar gue dulu.

Gue nggak boleh ngeluh, masih untung dikasih kamar, dari pada tidur di lantai. Gue mengambil koper dan mulai membongkarnya. Gue memasukkan baju-baju ke dalam lemari dan menyusun buku-buku di rak yang terletak di sebelah lemari. Gue merasa sesak berada di ruangan ini, sempit banget. Gue mulai membereskan alat-alat kebersihan itu dan meletakannya di sudut kamar dan di bawah tempat tidur. Terasa agak lebih luas dari yang tadi.

Kamar ini cuma muat tempat tidur, 1 lemari kecil, 2 rak buku kecil, sebuah meja dan sedikit celah untuk berlalu lalang yang menjadi pemisah antara tempat tidur dan lemari. Gue baru sadar, ternyata kamar ini ada jendelanya yang sedari tadi tertutup oleh tirai warna biru gelap. Gue buka jendela sedikit agar angin bisa masuk. Jendela Ini menghadap langsung ke jalanan kota Bandung yang selalu ramai setiap harinya.

Ruangan yang tadinya panas karena nggak ada AC maupun kipas angin seperti di ruangan lainnya, sekarang perlahan-lahan mulai terasa sejuk. Kayanya gue harus buka jendela setiap hari biar kamar ini nggak pengap. Gue merebahkan badan di tempat tidur dan menikmati semilir angin yang masuk dari jendela. Jendela ini berada di samping tempat tidur, dan karena tempat tidur ini mepet ke dinding jadilah terpaan angin itu semakin terasa jelas di badan gue. Perlahan-lahan mata gue mulai memberat. Baru aja gue mau mejamin mata, pintu kamar gue udah di buka dan muncul Pak Lay dari sana dengan tatapan yang selalu datar dan dingin.

BASTARD LECTURER [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang