EPILOG

6.4K 379 160
                                    

Entah ini bisa dikategorikan sebagai Epilog atau nggak, aku juga nggak tahu. Jadi, silakan dinikmati ya, semoga suka. 😆😆😆😆

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Lay tidak pernah menyangka bahwa kehidupannya akan berubah drastis seperti sekarang ini. Lay yang dulunya begitu arogan dan sangat keras kepada setiap orang telah luluh oleh kelembutan hati seorang perempuan yang tidak lain adalah Chania, istri yang sangat ia cintai.

Jika Lay kembali mengingat ke belakang, begitu banyak penderitaan dan pengorbanan  yang Chania lakukan karena dirinya. Tak terhitung lagi berapa banyak airmata dan darah yang Chania keluarkan akibat kebodohannya. Setiap mengingat hal itu, hati Lay seperti dihantam sebongkah batu yang begitu besar dan itu membuatnya sesak. Lay merasa sangat menyesal untuk itu. Jika saja Lay tahu bahwa Chania adalah orang yang ia cari selama ini, Lay pasti tidak akan memperlakukan Chania dengan begitu buruk. Dan lagi hal yang paling membuat Lay sangat merasa bersalah adalah karena Chania sudah memaafkannya.

Betapa besar hati istrinya itu. Setelah berkali-kali terjatuh akibat tersandung batu yang Lay lemparkan kepadanya, Chania masih bisa tersenyum dan selalu berkata 'nggak apa-apa Mas, aku baik-baik aja'.

Diusia yang masih sangat muda, Chania telah memikul beban yang begitu berat. Tapi sekalipun tak pernah Lay mendengarkan keluhan yang terucap dari bibir istrinya itu. Seperti sekarang ini. Chania sedang mengandung anak ketiga mereka dan untuk kali ini, Chanialah yang merasakan apa itu morning sickness.

"HWEEEKKK HWEEEKKK" Chania memuntahkan seluruh isi lambungnya namun yang keluar tetap sama, hanya cairan bening dengan jumlah yang cukup banyak. Lay menyingkap rambut Chania ke belakang dan memijat tengkuk Chania dengan lembut. Lay sangat tidak tega melihat Chania seperti itu. Jika bisa memilih, Lay rela dirinya yang mengalami semua itu seperti sebelum-sebelumnya.
"masih mual sayang?" tanya Lay sambil mengusap wajah Chania yang dipenuhi dengan peluh. Chania menggeleng lemah yang membuat Lay hanya bisa menghela napas lelah. Seperti inilah Chania, ia tidak pernah mau berbagi rasa sakit kepada Lay. Walaupun Lay sudah mengetahui alasan dibalik semua itu, tapi Lay tetap tidak mau menerimanya karena Lay merasa bahwa Chania masih belum bisa membuka diri seutuhnya kepada Lay.

Chania yang sadar akan perubahan ekspresi Lay langsung menyentuhkan tangannya pada wajah pria itu.

"beneran Mas, aku udah nggak apa-apa cuma agak mual sedikit" ucap Chania dengan lirih. Lay menggenggam tangan Chania yang ada di pipinya.

"kamu tahu kan sayang apa yang selalu Mas katakan? Mas nggak mau kamu cuma berbagi kebahagian aja dengan Mas. Mas mohon, kalo kamu merasakan sakit, bilang sama Mas, kalo kamu mau minta sesuatu, bilang juga. Selama ini kamu nggak pernah minta apapun sama Mas dan itu membuat Mas merasa nggak berguna jadi suami"

Chania terkekeh pelan melihat tingkah suaminya itu. Bukan sekali Lay seperti ini, jadi Chania sudah tahu apa yang harus ia lakukan.

"Mas.." panggil Chania yang membuat tatapan Lay langsung tertuju kepadanya.

"aku boleh minta sesuatu?" tanya Chania pura-pura ragu. Langsung saja mata Lay berbinar-binar setelah Chania mengatakan kalimat itu.

"apa sayang? Kamu mau apa? Apapun yang kamu minta pasti Mas turuti"

"eum, aku minta Mas gendong aku. Hehe" ucap Chania dengan cengirannya. Namun senyum di wajah Chania langsung memudar begitu melihat ekspresi Lay yang tidak bisa ia baca.

"nggak jadi deh Mas. Pasti Mas nggak mau karena sekarang badan aku udah bulat. Aku--"

"KATA SIAPA MAS NGGAK MAU?" teriak Lay tiba-tiba yang membuat ucapan Chania terpotong.

BASTARD LECTURER [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang