EMPAT BELAS

7.7K 486 100
                                    


Happy reading😊😊😊

.
.
.
.
.

Sudah cukup lama Lay dan Chania tertidur sampai ada suara ponsel yang membangunkan mereka. Chania sedikit menggeliatkan badannya yang membuat Lay menggumam.

"ng, jam berapa sekarang An?" tanya Lay tanpa membuka matanya. Chania yang mendengar dengan jelas pertanyaan dari Lay tidak mengeluarkan sepatah katapun karena ia tahu, bukan kepadanyalah Lay bertanya.

Merasa tidak mendapat jawaban Lay membuka mata dan menguceknya beberapa kali. Lay sangat amat terkejut mendapati bukan Andini yang sedang tidur bersamanya melainkan gadis yang sudah 2 bulan ini menjadi istrinya. Hampir saja Lay meledakan emosinya tetapi Lay teringat akan sesuatu, ialah yang membawa Chania dan mengajak Chania agar tidur bersamanya. Lay menghela napas beberapa kali dan mulai bangkit tanpa melepaskan pelukannya yang membuat Chania ikut serta untuk bangkit.

"eum, Pak, bisa lepasin saya?" tanya Chania sangat pelan. Lay tidak memperdulikan pertanyaan Chania dan memilih untuk menyandarkan tubuhnya di sofa, membuat Chania lagi dan lagi juga mengikutinya. Suara dari sebuah ponsel tidak henti-hentinya terus berdering memaksa sang pemilik untuk mengangkatnya.

"Pak, itu hp-nya dari tadi bunyi terus, nggak diangkat?"

"diam Chania, kalo sedang bersama saya jangan pedulikan apapun" ucap Lay dengan nada yang sangat rendah. Chania lebih memilih bungkam daripada harus berurusan dengan mulut pedas Lay.

BRAKK

"OH, PANTESAN TELFON AKU NGGAK DIANGKAT, LAGI MESRA-MESRAAN RUPANYA" ucap Andini yang tiba-tiba masuk dengan menggebrak pintu cukup keras.

"kamu apa-apaan sih An? Kan bisa ngomong baik-baik, nggak perlu pake acara marah-marah segala" ucap Lay sambil melepaskan pelukannya dari Chania dan memilih untuk pergi ke kamar mandi. Andini langsung bungkam, selama ini Lay tidak pernah membantah ucapannya apalagi sampai meninggikan suara seperti tadi. Andini merasa sedikit terancam dan langsung memandang penuh benci ke arah Chania.

"LO!!!" bentak Andini sambil menunjuk Chania yang membuat siapapun pasti akan terkaget-kaget termasuk Chania.

"maaf, tante ngomong sama saya?" tanya Chania dengan sedikit menunduk karena merasakan aura hitam di sekitar Andini yang membuatnya sedikit merinding.

"Ap..apa lo bilang barusan? Tante? Lo panggil gue tante?" tanya Andini tidak habis pikir. Andini merasa ia belum setua itu untuk dipanggil tante.

"eh, maaf bu, eh kak, eh mbak, eh---"

"diem lo!!!" bentak Andini sekali lagi yang membuat Chania langsung terdiam.

'dasar, nggak Pak Lay, nggak Tante--eh, nggak mbak ini, kalo ngomong nggak bisa nggak pake urat, putus tuh urat baru tahu rasa. Pantas aja mereka cocok, sama-sama emosian sih' batin Chania setelah menyadari persamaan antara Andini dan Lay.

"gue peringatkan sama lo, jangan berani-beraninya lo mendekati Lay, Lay itu cuma milik gue, milik gue, nggak ada satupun orang yang boleh ngerebut dia dari gue, termasuk lo. Lo itu cuma duri dalam daging bagi Lay. Lo jangan berharap lebih sama Lay, karena nggak lama lagi Lay bakal cerain lo" ancam Andini sedikit pelan karena tidak ingin Lay mendengar apa yang diucapkannya.

Lain halnya dengan Andini, Chania hanya diam tidak menanggapi sambil sesekali memainkan ponselnya. Menurut Chania ponselnya jauh lebih menarik dari perkataan Andini. Andini yang melihat Chania tidak perduli dengan ancamannya menjadi sedikit geram. Andini berjalan mendekati Chania dan mencengkram tangan Chania dengan sangat kuat sehingga membuat ponsel yang digenggam Chania jatuh menghantam lantai.

BASTARD LECTURER [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang