TUJUH BELAS

7.3K 529 145
                                    

Chania hanya diam saja saat digiring Brila menuju ruangan Lay. Selama di perjalanan, para karyawan yang mereka lewati menunduk hormat kepada Brila dan Chania.

"Kak, kakak tadi keren banget deh" bisik Chania nyaris tak terdengar.

"gue gitu lho" ucap Brila sembari memamerkan deretan gigi putihnya. Tak terasa mereka sudah berada di depan sebuah pintu jati yang cukup besar.

"Pak Lay dari tadi ada keluar nggak Mbak?" tanya Brila kepada salah satu staf yang berjaga di luar ruangan tersebut.

"nggak ada La, Mbak aja heran, tumben-tumbenan Pak Lay betah lama-lama di ruangannya. Biasanya 15 menit setelah sampai, langsung pergi gitu aja" jelas perempuan yang dipanggil Mbak oleh Brila tadi. Brila hanya mengangguk mengiyakan.

"lo masuk duluan deh, gue masih ada urusan" ucap Brila sembari membuka pintu besar itu.

"ini ruangan gue, ruangan Bang Lay ada di dalam pintu itu" tunjuk Brila ke pintu yang lebih besar dari pintu sebelumnya tadi. Chania menurut dan memasuki pintu yang ditunjuk tadi.

Saat pintu sudah terbuka sepenuhnya, mata Chania langsung membulat seketika karena terpukau melihat isi dari ruangan itu. Sangat rapi, khas seorang Lay. Chania masuk lebih dalam dan di kejutkan lagi karena menemukan Lay tertidur diatas sofa seperti orang yang tak bernyawa.

Chania memperhatikan Lay dengan saksama, mencari tahu apakah masih ada kehidupan dari pria itu. Chania mendekatkan jari telunjuknya ke hidung Lay. 'masih bernapas' batin Chania menghela napas lega.

Chania menyentuh dahi Lay dengan ragu-ragu. Takut jika tiba-tiba Lay akan mengamuk jika ia menyentuhnya tanpa izin seperti ini.

"nggak panas kok, terus Pak Lay kenapa ya?" tanya Chania entah kepada siapa sambil menyentuh bagian wajah Lay yang lain. Saat Chania menyentuh leher Lay bermaksud untuk memeriksa suhu tubuh pria itu, mata Lay terbuka yang membuat Chania terlonjak kaget dan hampir terjungkal ke belakang jika saja Lay tidak menahannya.

Entah mendapat reflek dari mana, tiba-tiba saja Lay langsung bertindak seperti itu. Biasanya ia pasti tidak akan peduli dengan Chania, tapi tadi ada sebuah dorongan dalam dirinya untuk tidak membiarkan Chania terjatuh.

Lay bangun dan menarik Chania secara tiba-tiba hingga terduduk di pangkuannya. Chania yang tidak tahu akan ditarik seperti itu hanya memekik tertahan dan langsung menunduk saat menyadari posisinya.

"kepala saya pusing sekali Chania, tolong kamu pijatkan" ucap Lay sembari melingkarkan tangannya di pinggang Chania. Bukannya menjawab atau melakukan sesuatu, Chania hanya terdiam sambil menatap Lay dengan ekspresi yang sangat menggemaskan bagi Lay. Lay sempat terkekeh sejenak, tapi langsung berhenti saat ia menyadari apa yang ia pikirkan. Lay berdehem beberapa kali untuk menetralkan suaranya.

"kamu tidak dengar Chania?" tanya Lay menatap Chania datar.

"hah? Eh, iya Pak, tapi..."

"tapi kenapa?" tanya Lay dengan kening berkerut.

"tapi saya nggak terlalu bisa mijat Pak" ucap Chania pelan. Lay hanya mendengus kesal dan membawa tangan Chania ke kepalanya.

"lakukan Chania" pinta Lay dengan mata yang sudah terpejam dan kembali melingkarkan tangannya di pinggang Chania.

Chania yang sudah tidak memiliki pilihan hanya menuruti permintaan Lay itu. Chania mulai menggerakkan tangannya untuk memijat kepala Lay.

"kamu mau bunuh saya?! Jangan keras-keras" ucap Lay yang membuat Chania sedikit tersentak. Chania memelankan pijatannya tetapi Lay masih saja merasa kesakitan. Karena lelah, Chania hanya mengusap-usap kepala Lay dengan lembut.

BASTARD LECTURER [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang