Chania terbangun dengan tubuh yang seakan mati rasa. Tiba-tiba Chania teringat kejadian semalam yang membuatnya cukup terhenyak. Dilihatnya Lay masih tertidur dalam posisi telungkup dengan selimut yang hanya menutupi dari pinggang ke bawah. Chania buru-buru memakai bajunya kembali yang sudah berserakan di sekitar ranjang Lay. Chania keluar dengan jalan yang sedikit tertatih-tatih karena merasakan nyeri yang teramat sangat di salah satu bagian tubuhnya.
Setelah keluar dari kamar Lay, Chania berusaha secepat mungkin berjalan kedalam kamar mandi, mengunci pintu, dan membiarkan guyuran air shower membasahi tubuhnya. Chania menangis dengan membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan suara. Chania tidak tahu apa yang ditangisinya, tapi mengingat Lay memanggil nama Andini secara terus menerus semalam membuat hatinya merasa seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum. Tiba-tiba tangis Chania terhenti karena mengingat sesuatu.
"apa yang harus gue lakukan?" tanya Chania entah kepada siapa dengan pandangan kosong. Pikiran yang terlintas di kepalanya barusan membuat Chania merasa sangat takut. Bagaimana kalau hal itu benar-benar terjadi. Lama Chania membiarkan tubuhnya basah hingga suara adzan subuh berkumandang, barulah ia bangkit.
***
Sudah dua minggu Chania menjalani liburan semesternya dengan berada di apartemen terus menerus. Ingin pergi ke rumah Meilin--Ibu mertuanya, tapi keadaan sedang tidak memungkinkan. Chania terkena demam karena kemarin sempat hujan-hujan saat membeli sesuatu di supermarket yang berada di seberang apartemen.
Hubungannya dengan Lay pun tidak ada kemajuan sama sekali dan Lay bersikap biasa saja seperti tidak pernah terjadi sesuatu di antara mereka. Karena kuliah sedang libur, jadilah Lay hanya fokus mengurusi perusahaannya dan terkadang sampai tidak pulang. Ntah dimana Lay tidur, Chania tidak mau ambil pusing untuk memikirkannya.
Tiba-tiba saja terasa sebuah gejolak dari dalam perut Chania yang membuatnya mau tidak mau bangkit dari kasur dan berlari secepat mungkin menuju kamar mandi. Chania memuntahkan seluruh isi lambungnya dan tidak ada sesuatu yang keluar kecuali cairan bening.
"kayanya gue masuk angin deh, gue harus beli obat, gue nggak sanggup kaya gini lama-lama, makan nggak bisa, tidur nggak bisa" ucap Chania kepada pantulannya di cermin.
Chania mengambil 2 lembar uang seratusribuan dan mulai pergi dari apartemen menuju apotek yang ada di depan apartemen. Chania berjalan dengan susah payah karena rasa pening di kepalanya, ditambah lagi badannya yang lemas karena dari pagi belum ada satu makananpun yang masuk ke perutnya.
"selamat sore, mau beli apa mbak?"
"beli obat masuk anginnya mbak" ucap Chania dengan sangat pelan karena terlalu letih. Tiba-tiba saja Chania ambruk ke lantai karena tidak kuat berdiri terlalu lama.
"mbak, mbak nggak apa-apa?" tanya petugas apotek sembari membantu Chania berdiri dan duduk disalah satu kursi tunggu yang telah disediakan.
"badan mbak panas banget, kenapa nggak ke dokter aja?"
"saya cuma masuk angin mbak, mana obatnya?" pinta Chania tidak memperdulikan ucapan petugas apotek tadi. Bukannya memberikan pesanan Chania, petugas itu malah meneliti Chania dari atas sampai bawah beberapa kali.
"mbak, saya saranin mending mbak ke rumah sakit aja, biar tahu mbak itu kenapa. Saya yakin, mbak bukan cuma masuk angin biasa" mendengar ucapan petugas itu membuat Chania sedikit naik darah.
"mbak, apa susahnya sih ngambil obat pesanan saya, saya bayar kok nggak minta, kalo emang mbak nggak mau ya udah, saya bisa beli di apotek lain" ucap Chania dengan tidak santainya.
"Chania..." panggil seseorang yang membuat Chania maupun petugas apotek tadi menoleh ke sumber suara.
"Kak Reska?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BASTARD LECTURER [complete]
FanficSeorang dosen yang kayak punya 2 kepribadian.. Sopan, santun dan baik akhlaknya saat di kampus. Tapi semua berbanding terbalik ketika dia udah di luar. Satu kata yang bisa mencerminkan sifatnya saat di luar kampus.. BASTARD dan orang yang bastard...