[3] Nomor Handphone

3.5K 104 2
                                    

Aku berdiri di depan gerbang sekolah. Karena Abang ku yang belum juga datang untuk menjemput.

Suara motor dari belakang ku, refleks membuat ku menggeserkan tubuhku untuk ke pinggir.

Pengendara motor itu berhenti tepat di depanku. Awalnya aku tak mengenalinya karena ia menggunakan helm. Tapi ketika ia membuka kaca helm-nya sontak aku kaget, tidak percaya bahwa orang itu adalah-Fahmi.

"Lo kok masih di sini?" tanya Fahmi. Mungkin ia bingung karena aku masih berada di sekolah, padahal sekolah sudah sepi.

"E-em gue nunggu jemputan," jawabku agak sedikit gugup. Aku tidak tahu kenapa aku bisa gugup seperti ini, di tambah jantungku berdetak lebih cepat.

"Ohh, mau gue temeni atau gue antar pulang?" tanyanya lagi. Kini ia telah turun dari motornya.

"Hah! Ee gak usah, paling bentar lagi abang gue datang," jawab ku lagi. Aku sedikit kaget dengan tawarannya barusan. Lagi pula aku takut jika abangku melihat Fahmi, pasti ia berfikir macam-macam.

Abang ku sangat over terhadapku. Mungkin karena aku adik perempuan satu-satunya.

"Gue gak terima penolakan,"lanjutnya lagi. Kini Fahmi berjalan ke arah bangku yang berada di pinggir jalan.

"Ehh jangan, nanti kalau abang gue lihat gue sama cowok dia bisa marah," aku berusaha menghalanginya agar ia tidak menemaniku menunggu, karena pasti akan rumit nantinya.

"Kenapa gitu? Abang lo over banget ya? Oke deh kalau gitu gue minta nomor lo, biar gue bisa perhatiin lo dari sebrang sana," jelas Fahmi. Ia menunjuk kedai yang ada di sebrang sekolah.

Aku mengerinyit bingung apa hubungannya nomor HP Sama dia nunggu gue?
"Nomor Handphone?" tanyaku sedikit tak yakin.

"Yaiya lah, masak nomor sepatu lo. Udah cepat keburu abang lo datang,"

Aku mengangguk. Omongan fahmi benar juga. Aku langsung mengambil Handphone dari saku baju ku dan memberikannya pada Fahmi.

Fahmi langsung menerimanya. Dengan lincah jarinya mengetikkan nomornya di handphone ku dan setelahnya me-misscallnya.

Setelaha mengembalikan Handphoneku dan berjalan lagi ke arah motornya.

"Yaudah kalau gitu gue di sana ya. Bye," seru Fahmi. Ia melajukan motornya ke arah kedai yang ada di sebrang jalan.

Aku hanya tersenyum.
Terselip rasa bahagia di hatiku karena setelah ini pasti aku dan Fahmi akan dekat.

[]

Aku pikir kamu meminta nomorku karena kamu menyukai ku. Ternyata aku salah.

BACKSTREET (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang