[10] Semakin Dekat

1.5K 41 1
                                    

Mobil yang dikendarai Papa berhenti tepat di depan sekolahku. Aku meraih punggung tangan Papa kemudian menciumnya.

"Udyy sekolah dulu ya, Pa. Assalamualikum," ucapku. Aku bergegas turun dari mobil. Tapi, suara Papa menghentikan ku.

"Udyy," panggil Papa. Sontak Aku mengerinyit bingung.

"Iya, Pa?" jawabku tapi dengan nada seperti orang
bertanya.

"Kamu belajar yang benar. Jangan cinta-cintaan dulu. Apalagi sampai pacaran," ucap papa dengan suara yang tegas. Aku tahu itu merupakan peringatan untukku karena semalam papa melihat aku diantar pulang oleh Fahmi dan Papa pikir antara Aku dan Fahmi ada
hubungan spesial.

"E-em Udy tahu itu kok, Pa," jawabku sediki ragu. Papa hanya tersenyum begitu pun denganku. Kemudian aku turun dari mobil dan berjalan memasuki gerbang sekolah.

Ketika berjalan menuju gerbang sekolah, aku bertmu dengan Mita.

"Udyy gimana
semalam? Lo di marahi bokap lo? Trus Fahmi ngantari lo sampai rumah? Kalau iya berarti dia juga udah ketemu orang tua lo, dong." Mita melontarkan pertanyaan bertubi-tubi layaknya seorang reporter. Dan semua pertanyaan adalah hal yang sangat malas untuk kubahas lagi.

Tanpa menjawab semua pertanyaannya, aku mempercepat jalanku agar menjauh
darinya.

"UDYY LO KOK NINGGALI GUE!" Mita berteriak ketika aku sudah menjauh
darinya. Aku tak memperdulikannya aku hanya terus berjalan. Berharap segera sampai ke kelas.

"UDYY." lagi-lagi Mita berteriak memanggilku. Aku berdecak kesal. Dengan terus berjalan aku memalingkan kepalaku ke belakang. Di sana aku melihat Mita yang tersenyum sendiri seperti orang yang tidak waras. Namun saat itu juga aku merasa menubruk dada bidang seseorang

Aku segera mengalihkan pandangan ke depan. Dan mataku membelalak rasanya ingin keluar ketika mengetahui orang yang kutabrak tak lain dan tak bukan adalah Fahmi.

"Eh-h, em-m sorry, ya," ucapku sedikit gugup. Fahmi tersenyum kemudian mengcak puncak kepalaku.

"Santai aja. Gugup amat," ucapnya sambil terkekeh pelan.

Aku tersenyum kikuk. Tak tahu harus bersikap seperti apa. Tiba-tiba aku teringat Mita yang sedari tadi masih berada di belakangku. Aku mengalihkan kepalaku lagi tapi aku tak melihat kehadiran Mita di sana. Ahh, pasti Mita sudah pergi ketika melihat kehadiran Fahmi.

"Mita tadi udah muter balik." Suara Fahmi berhasil mengalihkan perhatianku. Aku
mendongok menatap wajahnya karena memang ia lebih tinggi di bandingkan dengan ku.

"Masih mau di sini? Sebentar lagi udah bel, loh," ucap Fahmi lagi. Ia tersenyum manis dan membuat jantungku rasanya ingin copot. Tanpa menunggu jawabanku dia langsung menarik pergelangan tanganku dan membawaku masuk ke area sekolah. Saat itu juga aku merasa senang, kini aku semakin dekat dengannya.

[] [] [] []


Andai kamu mendengar debaran jantungku yang tak karuan saat itu, mungkin kamu akan
menertawaiku seperti yang kamu lakukan biasanya.

BACKSTREET (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang