Aku duduk di teras rumah, pandanganku menerawang ke depan, lalu mengingat
kejadian-kejadian selama sebulan ini. Terutama kejadian di mana aku bertemu dengan Fahmi. Tak ku sangka sudah sebulan kami menjalin pertemanan. Bahkan sekarang kami semakin dekat sangat berbanding jauh dengan sebulan yang lalu. Tiba-tiba terngiang di pikiranku kejadian di mana Fahmi mengucapkan kalimat yang membuatku benar-benar bingung.
Flashback on
"Lo udah pernah jatuh cinta sama cowok?”
"Pernah. Sama Papa dan Abang gue," jawabku senang.
"Maksud gue sama cowok lain selain keluarga lo." Aku menggeleng pelan.
"Kalau gitu gue boleh jadi orang pertama yang mengajarkan lo apa itu jatuh cinta?"
Flashback off
Tanpa kusadari aku tersenyum mengingat kejadian itu. Aku tidak mengerti sepenuhnya mengenai ucapan Fahmi pada saat itu. Tapi, dapat ku tarik kesimpulan bahwa Fahmi mengatakan cinta padaku secara tak langsung.
Tiba-tiba handphone ku bergetar mendandakan ada notif masuk. Aku mengambil benda tersebut dan ternyata ada pesan masuk di WhatsApp.
Fahmi
Dyy lo lagi apa? Gue ganggu gak?
Iya. Nggak kok. Gue cuma lagi duduk di teras.
Boleh keluar? Ada yang mau gue omongin.
Gimana ya, gak bisa orang tua gue gak ngijini.
Emang mau ngomong apa? Lewat chat aja. Gak terlalu penting sih. Kalau besok
pulang sekolah bisa gak?
Aku menggenggam handphone-ku kuat. Tak tahu kenapa tiba-tiba perasaan ku
menjadi tak karuan seperti ini. Aku merasa ada yang mengganjal di pikiranku ketika Fahmi mengajak bertemu hanya untuk berbicara. Ini sama sekali bukan Fahmi. Biasanya jika ia ingin mengatakan sesuatu ia pasti akan langsung mengatakannya tidak perlu bertemu apalagi menunda-nundanya. Apa mungkin sebegitu pentingnya sehingga kami harus berjumpa langsung? Ahh, aku tak mengerti dengan Fahmi hari ini. Sama sekali tak mengerti.
"Ehemm," dehaman seseorang dari belakang membuatku tersentak kaget. Aku memiringkan kepalaku melihat orang yang tadi berdeham.
"Ehh, Bang Ical," ucapku.
Orang itu adalah Bang Ical. Satu-satunya saudaraku. Bang Ical berumur 20 tahun
berbeda lima tahun denganku. Bang Ical sekarang sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas yang ada di Jakarta.
"Kamu lagi mikiri apa?" tanya Bang Ical. Ia duduk di kursi yang berada di sebelah
kiriku.
"Emm, gak ada kok Bang," jawabku.
"Yakin?"
"Iya Abang yakin," jawabku meyakinkan.
"Kalau ada masalah cerita sama Abang," ucap Bang Ical tulus.
Aku menjawab dengan anggukan kemudian memberikan senyum termanisku. Dan itu berhasil membuat Bang Ical gemas. Ia menyubit pipiku gemas sehingga membuatku meringis kesakitan.
"Gak bosen weekend gini cuma di rumah?" tanya Bang Ical.
Aku tak menjawab. Pura-pura ngambek.
Bang Ical terkekeh pelan.
"Siap-siap, gih, kita ke toko buku beli novel keluaran baru."
Mendengar ucapan Bang Ical membuat mataku berbinar bahagia.
"Tunggu lima menit," seruku kemudian berlari memasuki rumah untuk mengganti pakaian.[] [] [] []
Bang Ical memang selalu bisa membuat mood ku berubah dalam sekejap:")
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET (COMPLETED)✔
Short Story[SUDAH DI REVISI]✓ #Highest rank 1 in True Short Story (11-05-2019) #16 in short story (22-05-2019) #TrueShortStory Teruntuk kamu yang hingga kini mengisi hatiku. Aku ingin mengucapkan "TERIMA KASIH". Terima kasih untuk semua waktu yang telah engka...