Waktu menunjukkan pukul 17.25 dan aku mulai resah sekaligus takut jika
salah satu dari anggota keluargaku pulang tapi tidak melihat kehadiranku di rumah. Apa lagi jika yang pulang terlebih dahulu adalah Papa atau kakak laki-lakiku, ah, Mungkin aku bisa diomelin habis-habisan.
Saat ini aku, Mita, dan Fahmi masih berada di mall. Tadi setelah berbelanja kami memutuskan untuk pergi ke salah satu restaurant yang ada di dekat sana untuk mengisi perut yang sudah kosong.Tapi kini kami tidak bertiga melainkan kami bersama dengan Gilang yang tidak lain adalah pacar Mita. Tadinya aku pikir kami hanya bertiga tetapi ternyata tidak. Gilang juga ikut bersama kami, hanya saja ia terlambat 15 menit karena ia harus melakukan sesuatu di sekolahnya. Ketika mengetahui hal itu aku bernapas lega ternyata hal yang aku pikirkan tadi tidak terjadi. Dan karena itu juga aku jadi terlalu asik berbelanja dan lupa untuk pulang.
"Eemm, Mit, gue pulang duluan, deh soalnya udah sore entar Mama, Papa gue
pulang," ucapku setelah selesai menyantap makananku.
"Loh, kok cepat banget sih, Dy?" tanya Mita. Terdengar nada kecewa dari dalamanya.
Aku tersenyum. "Lo, kan tahu gimana Papa gue. Entar gue malah diomeli karena gak
ada di rumah," jawabku. Kemudian aku berdiri dari bangku.
"Dy, gue antar aja," ucap Fahmi. Ia juga berdiri dari bangkunya.
Aku agak sedikit keget mendengar tawaran Fahmi."Gak usah, Mi. Gue pulang naik
taksi aja," tolakku.
"Enggak usah. Kan, tadi gue yang jemput lo, jadi gue juga yang harus ngantar lo
pulang," bantah Fahmi. Ia menarik pelan tanganku untuk berjalan. Lalu kami pergi meninggalkan Mita dan Gilang yang masih makan di restaurant tersebut.Sebelum pergi aku Mita tersenyum jail terlebih ketika melihat tanganku yang digenggam oleh Fahmi.
Selama di perjalanan tidak ada percakapan antara aku dan Fahmi hanya suara deru napas kami yang terdengar. Hingga kami telah sampi di depan rumahku.
"Gue antar masuk ya?" tanya Fahmi ketika aku melepaskan sealtbelt yang tadi kugunakan.Aku kaget mendengar tawaran Fahmi. Apa yang akan terjadi jika Fahmi masuk dan
bertemu dengan keluargaku. Ditambah lagi aku melihat mobil Papa dan Mama telah terparkir di halaman rumah. Dan itu tandanya mereka sudah pulang.
"E-eh. Enggak usah, Mi. Lo langsung pulang aja," tolakku halus. Aku takut jika
Fahmi mengantarku sampai masuk ia akan bertemu dengan Papa dan jika sudah bertemu kami pasti akan mendapatkan seribu pertannya dari Papa.
"Udah gak papa. Sebagai laki-laki gue harus gentle. Gue gak mau lo di marahi karena gue," bantah Fahmi. Baru saja aku ingin menolak tapi mataku menangkap sosok pria yang baru saja keluar dari dalam rumah. Dan pria itu adalah Papa.
Saat itu juga aku ketakutan. Aku tidak mau Papa dan Fahmi bertemu pasti nanti akan panjang ursannya. Tanpa berpikir terlalu lama lagi dengan cepat aku turun dari mobil, membiarkan Fahmi yang menatapku terheran-heran.
"Udah Fahmi gak usah. Lagi pula aku mau pipis jadi harus cepat. Udah lo pulang aja. Hati-hati, ya. Bye," alibi ku. Lalu pergi meninggalkan Fahmi.Aku memasuki pagar rumah dan berjalan pelan menuju teras di mana Papa masih setia berdiri di sana. Dari belakang aku mendengar suara mesin mobil milik Fahmi dan itu membuatku bernapas lega. Akhirnya Fahmi pergi juga. Setidaknya satu ketakutanku hilang. Ya, walaupun masih ada satu ketakutan lagi, yaitu
bagaimana caraku menjawab seribu pertanyaan yang di lontarkan oleh Papa dan Mama nanti.[] [] [] []
Akankah aku bisa merasakan lagi kehangatan tanganmu ketika menggenggam tanganku?
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET (COMPLETED)✔
Historia Corta[SUDAH DI REVISI]✓ #Highest rank 1 in True Short Story (11-05-2019) #16 in short story (22-05-2019) #TrueShortStory Teruntuk kamu yang hingga kini mengisi hatiku. Aku ingin mengucapkan "TERIMA KASIH". Terima kasih untuk semua waktu yang telah engka...