Hari ini benar benar kelewat cerah, matahari seperti membalas dendam atas apa yang terjadi kemarin. Mengingat betapa kuatnya ia bersinar hingga membuat AC diruang kelas ku terasa mati. Beruntung tak ada jam olahraga hari ini, jika tidak mungkin aku akan banjir keringat dan setelahnya aku akan berendam didalam kolam renang sekolah setidaknya melewati satu pelajaran.
Dan lagi, aku merasa hari ini sekolah benar benar kacau. Entah telah atau akan terjadi sesuatu aku tak tau. Yang ku tau hanya kebanyakan siswi bergerombol dan mengosip ria, sebenarnya aku tidak peduli. Hanya saja sekelumit cerita mereka tak sengaja sampai ketelinga ku, kebanyakan dari mereka membahas betapa tampannya sosok pria yang bla bla bla aku tidak mengerti.
Jam makan siang seharusnya sudah dimulai sejak dua puluh menit yang lalu, namun karena sepenggal penjelasan yang belum ku mengerti aku harus mengulang untuk memahami nya, beruntung Kim Taehyung datang ke kelas ku jadi aku menyuruhnya untuk mengulang dan menjelaskan lebih rinci. Dia lelaki yang cerdas menurutku. Melihat bagaimana caranya menatap ku sembari bibirnya bergumam menjelaskan materi Biologi yang rumit diatas buku, aku mengangguk sedikit mengerti.
Taehyung membuat semua yang menurut ku rumit menjadi teratasi, seperti itu sejak dulu. Kadang aku berfikir bagaimana kelak jika kami dipisahkan dalam jarak. Namun hanya sekelebat, aku tak mampu memikirkannya lebih jauh lagi. Ketergantungan ku padanya semakin hari ku rasa semakin menebal, walau ketebalannya hanya bertambah sekian mili tapi selalu sukses membuat ketakutan dalam diri ku.
Aku menggigiti bibir bawah ku, rasa khawatir kembali mendominasi. Rasanya ketakutan itu kembali muncul, rasa ketergantungan yang membuat ku gundah dan egois karena tak ingin kehilangan sosok itu. Aku tak bisa bilang bahwa itu adalah sebuah perasaan cinta, karena dari apa yang ku tau cinta memang terlalu suci. Dan aku benar-benar tak mencintainya.
"Young Jo, " suara bariton mengalun dalam indera ku, disertai sentuhan kulit yang lumayan keras. Taehyung menggoyangkan tangan ku. Aku tersentak, lantas berhenti berimajinasi saat mendadak menatap dalam wajahnya yang tengah menatap ku dengan pancaran kekhawatiran. Punggung tangannya menyentuh pipi ku sebelum berkata, "Aku memanggil mu sampai empat kali, kau baik-baik saja? "
Aku tertegun, tentu aku tidak tuli. Hanya saja mungkin pikiran ku tengah jauh, membayangkan segala hal yang membuat ku merasa ketakutan sendiri. Aku lantas menggeleng dan tersenyum cerah untuk mengembalikan suasana,"Aku hanya lapar."
Tangannya bergerak acak membereskan peralatan ku yang berserakan di atas meja lalu mengumpulkan nya menjadi satu. Aku jadi tak mengingat sampai mana penjelasan yang Taehyung berikan.
"Ck, dasar. Seharusnya kau bilang sejak tadi, makan siang mu terlewat satu jam yang lalu. Beruntung saat ini guru tengah rapat. "
"Rapat? "
Taehyung berkacak pinggang, "Kau tak mendengarnya juga? Ada pengumuman saat aku menjelaskan materi tadi padamu dan kau hanya sibuk melamun."
Aku mengangguk lagi, "aku tidak melamun." tapi dengan jelas menolak pernyataannya.
"Jangan mengelak, pandangan mu kosong dan aku bahkan melihat mu menggigit bibir. Kau berimajinasi tentang ku ya? "
Aku hanya mendengus, bingung harus menjawab bagaimana atau mencari pembahasan apa. Kami berjalan beriringan menuju kantin. Taehyung cenderung diam saat di lingkungan sekolah, bahkan lelaki ini akan menjelma menjadi lelaki dingin yang aneh nya menimbulkan kesan hot tersendiri hingga memikat para gadis. Dan tak jarang mereka memekik keras saat mendapati aku dan Taehyung bergurau lantas terkekeh. Mungkin bagi mereka senyum Taehyung adalah penantian yang harus dinanti karena lelaki ini hanya akan tersenyum saat bersama ku. Aku tidak bodoh, dia memiliki kekasih jadi aku harus pintar membuat jarak. Aku tau aku keterlaluan dan seketika merasa menjadi gadis jahat si penggoda lelaki yang memiliki kekasih. Aku seperti benalu diantara mereka.
Tak ada obrolan apapun hingga kami berhenti didalam kantin yang begitu ramai di jam makan siang. Aku menemukan Seulgi yang tengah duduk sendiri dimeja bulat paling pojok. Sendiri. Benar-benar sendiri, bahkan tak ada makan atau minum.
Taehyung menyenggol lengan ku dengan sikunya, "Kau duduklah, biar aku yang mengambil makan siang mu. "
"Terima kasih. "
"Hadiahi aku kecupan setelah ini, " dia lantas menyeringai.
Keberaniannya membuat mata ku spontan berotasi. Aku tak yakin hanya sebuah kecupan, kenapa bisa aku melakukan hal semacam itu dengan sahabat ku. Jika diingat, orang sering mengatakan bahwa tidak mungkin tidak ada perasaan didalam persahabatan dua lawan jenis. Dan itu murni terjadi padaku, namun aku bukan si pelaku yang melibatkan perasaan itu.
Seulgi menemukan presensi ku dengan mata berbinar lantas ku respon dengan lambaian tangan dan berjalan lebih cepat menuju meja nya.
"Kau hanya sendirian? "
Seulgi mengangguk, "mereka kembali terlalu cepat, dan aku malas dikelas. Sangat ricuh."
Alis ku menukik, "ricuh? "
"Ya, ku rasa kau tak akan tau. Ada murid baru dikelas ku. Dan ya–itu sedikit menghebohkan," dia menghela nafas tak tertarik dan aku meresponnya acuh dengan mengedikkan bahu. Dan tepat setelah kepala ku berpaling Taehyung datang dengan nampan dan beberapa kotak susu ditangannya.
"Halo, Seulgi. "
"Ah, Kim Taehyung, " sapa Seulgi terlihat sedikit bingung. Gadis itu menatap ku seperti menyampaikan sinyal dan berbicara lewat mata, beruntung dalam sekejap aku mampu menerjemahkan nya seperti 'harus kah aku pergi? ' kepala ku lantas menggeleng pelan seraya ternyum pada lelaki yang sudah duduk disamping ku.
Menu siang ini terlihat sangat berbeda dari kemarin. Benar, ini sesuai porsi ku. Taehyung bahkan tau sejauh itu tentang ku, aku tersenyum untuk kesekian kalinya kemudian mengapit sumpit untuk mulai makan.
"Mana hadiah ku? " tanya Taehyung sangat antusias yang sontak menarik atensi ku dan Seulgi. Tentu aku ingat apa yang ia katakan beberapa menit lalu, berbeda dengan Seulgi yang tak mengerti dengan ucapannya.
Seulgi melirik ku sebelum berdehem, "memangnya hari ini kau berulang tahun, Kim Taehyung? "
Aku menghela nafas sambil lanjut mengunyah, jika hari ini adalah hari ulang tahun nya maka ku pastikan seisi sekolah akan ribut memikirkan bagaimana cara memberi kejutan pada pangeran sekolah yang dingin ini mungkin bahkan loker ku penuh akan hadiah-hadiah yang entah mengapa mereka menyuruh ku untuk memberikannya.
Taehyung menggeleng, "tidak-tidak. hanya saja teman mu bilang ingin memberi ku satu kecupan setelah mengambilkannya makan," aku terkejut bukan main, sedang mereka tertawa. Tidak, mereka menertawai ku. Dasar idiot. Lelaki gila. Bagaimana bisa dia bicara seperti itu didepan teman ku, memalukan. "Aku ingin disini, " ucapnya lagi seraya jari telunjuknya menekan bibir.
Demi tuhan, dia sangat menyebalkan.Aku mengacuhkan nya setelah mendelik tak senang–yang bahkan hanya direspon sebuah kekehan dari mereka. Rasanya aku ingin sekali menyubit pinggang Taehyung sekarang juga jika saja kantin tak seramai ini.
Tak lama setelahnya, Taehyung dan Seulgi asik mengobrol. Mengacuhkan ku yang tengah menghabiskan makan siang bersama kebisingan kantin yang tak biasanya
–kecuali jika ada sesuatu yang memang menurut mereka menarik. Banyak sekali siswi yang berbisik-bisik dan anehnya masih tetap sama sejak pagi–tentang lelaki tampan, bahkan tak jarang dari mereka memekik kegirangan.Kepala ku menengok ke samping guna menghilangkan rasa penasaran dengan mata ku yang berkeliaran mencari sesuatu yang mampu menjawab pertanyaan ku sejak pagi. Tak ada apa pun, tak ada hal menarik atau istimewa apapun kecuali saat aku kembali meluruskan kepala dan menatap lurus ke depan.
"Apa kabar nona Park? "[]
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose You [JK][M]
Fanfiction"Kehidupan ku terlalu rumit, bahkan lebih rumit dari puluhan rubik yang terputar acak. Hingga aku kembali jatuh cinta dan membuang seluruh fantasi ku, ia kembali datang dan merubahnya. Kehidupan ku kembali berputar, dan kini, ia adalah obat dari ras...