#9

144 16 0
                                    

Berbalut pakaian kasual disertai topi hitam tanpa gambar, Jeon Jungkook berjalan santai melewati lantai dansa. Aroma alkohol disertai gemerlapnya lampu yang mewarnai hiruk pikuk para manusia yang tengah haus akan kenikmatan, alunan musik yang sengaja dinyalakan hingga mengadu sampai telinga. Ia lantas menoleh kala seseorang menepuk bahunya pelan, menyampaikan pesan bahwa ia harus datang ke lantai dua.

Disana sudah ada seorang laki laki yang tengah menunggu kedatangannya, duduk disofa panjang yang terletak paling ujung dengan pakaian rapih khas kantoran menyender dipunggung sofa sembari menyesap vodka. Malam sudah sangat larut, Jungkook mendesah gusar manakala mengingat jam istirahatnya terbuang sia-sia dengan menyetujui permintaan sang kakak untuk datang ke bar mewah yang sedikit jauh dari daerah apartemen barunya.

"Kau sudah datang? " ujar Kim Namjoon memberi ruang disebalahnya agar Jungkook dapat bergabung.

"Aku harus pulang. "

Namjoon terkekeh, menyodorkan alkohol pada adiknya yang tengah memasang wajah enggan, "Kau baru sampai Jung. Minumlah dulu,"

"Lagi pula, bukan kah ini adalah dunia mu, Jeon Jungkook? " lanjutnya.

Jungkook mendesis tak senang, matanya menelisik pada segelas vodka yang selalu ia tenggak selama diAmerika. Meski jenisnya memang berbeda tapi ia yakin akan kandungan alkohol didalamnya. Amerika sudah jauh, yang harus ia lakukan sekarang hanya menjadi pria baik. "Katakan saja, kenapa menyuruh ku jauh-jauh untuk datang kemari. "

"Tidak ada hal istimewa, hanya saja ayah mu me-"

"Ayah mu juga, hyung!"

Jungkook memotong sebelum Namjoon menuntaskan ucapannya, berakhir pada tawa ringan yang keluar dari bibir lelaki berlesung pipi itu. Bukan tanpa alasan Jungkook melakukan hal itu, ia hanya sedikit kesal jika menyangkut seorang ayah. Ayah kandung Jeon Jungkook yang juga menjadi ayah tiri dari Kim Namjoon, mereka masih memiliki ibu yang sama. Karena itu mengapa mereka dilahirkan dengan sifat yang sedikit berbeda.

"Ya ya, maksud ku 'ayah' menyuruh ku untuk membimbing mu mengurus bisnis keluarga Jeon. Jadi kau harus-"

"Aku tidak mau."

Kini, Namjoon yang dibuat gusar akibat sikap kurang sopan santun Jeon Jungkook. Ia mendesah pelan dalam duduknya, "Begini, bisa kah kau sedikit sopan pada hyung mu? Biarkan aku menyelesaikan kalimat ku. Dasar. "

Jungkook memutar mata malas, jika boleh ia katakan maka ia ingin sekali teleportasi, menjadi makhluk hebat seperti tokoh film yang pernah ia tonton. Kemudian meninggalkan kakaknya yang terlalu banyak bicara itu.

"Aku tau prestasi mu, jadi setelah lulus nanti ayah meminta agar kau masuk kuliah bisnis dan melanjutkan perusahan keluarga Jeon. Kau tak perlu fokus pada kuliah mu, kau hanya perlu belajar dasar dasarnya kemudian aku yang akan mengajari mu langsung untuk mengurus perusahaan. "

Jungkook tersenyum sejenak sebelum balas menjawab, "Aku tak tertarik. "

Matanya memejam, denyutan dikepalanya tiba tiba terasa lebih keras. Namjoon berusaha menenangkan dirinya dengan menyesap gelas yang sudah ia isi dengan vodka, kemudian berkata dengan nada santai. "Lalu apa gunanya dirimu ada di Korea? "

"Kau yang menyuruh ku datang, " Jungkook menyahut tak kalah santai.

"Lantas kenapa kau tinggal? "

Dentuman musik sedikit samar jika harus didengar dari lantai dua ini, tak banyak orang yang berlalu lalang. Kebanyakan orang lebih memilih meliukan badannya di lantai dansa, melakukan yang mereka senangi dan melupakan apapun masalah yang tengah terjadi. Tanpa berpikir keras, dalam waktu singkat kalimatnya mengudara tanpa ada keraguan sedikit pun. "Karena aku mencintai seseorang. "

I Choose You [JK][M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang