#10

136 18 0
                                    


"Young Jo, begini—" aku menjeda sejenak sebelum melanjutkan dengan tenang, sedang ia berusaha mendengarkan tanpa menyela. "Kau harus menikah dengan ku. " aku berani sangsi, ia menyimpan keterkejutan dibalik kekehannya. Lidah ku kelu. Sungguh, aku memang sering memintanya untuk menjadi kekasih ku, namun untuk hal ini ku pikir terlalu jauh dibicarakan.

Ia terkekeh, mengaduk selang Milkshake ditangannya. "Lelucon mu terlalu kuno. "

"Apa?–" jawaban yang terlewat tenang, "aku serius. "

Dia bergeser. Lebih dekat sembari menatap ku lekat, "Kenapa harus? " rambutnya tergerai bebas dengan pita hitam mungil menjepit poni diatas kepalanya. Cantik, sangat cantik.

Aku mengulum bibir sebelum menjawab. "Ayah menyuruh ku untuk melamar mu, Young Jo. "

Aku terlihat seperti orang gila. Mengajak seorang gadis menikah sedang aku memiliki kekasih yang tak ku cintai. Aku seperti orang gila dengan sejuta cara untuk mendapatkan cinta dari satu gadis. Akan tetapi itu bukanlah sebuah tipuan. Ayah sudah merencanakan jauh jauh hari, memintaku cepat lulus lantas melamar Young Jo dan menikah. Kemudian malam kemarin adalah puncaknya, ia benar benar serius mengatakan hal ini. Aku gila, sungguh. Walau bagaimana pun, aku memang mencintainya. Namun bahkan untuk menjadikannya kekasih ku, ku pikir tak semudah membalikan telapak tangan. Aku pun tak tahu menahu mengenai tujuan utama ayah meminta ku menikah muda apalagi bersama Park Young jo, akan tetapi yang terlintas hanya satu, bisnis.

"Atas dasar apa? Lalu kau hanya menurut dan diam saja? Kau gila ya? "

Kini ia terlihat sangat tak antusias, dari caranya menatap ku intens sesaat setelah merotasi bola matanya. Tanpa senyum, kini ia mulai terbawa keseriusan dan kegundahan seperti yang terjadi pada ku beberapa menit lalu. Mata sayunya menuntut jawaban, aku tak mungkin menghilangkan kebahagiaan dari mata bening itu. Terlalu memikat, ia terlalu jauh menarik ku, tenggelam bersama perasaan kalut karena terlalu keras berharap untuk mampu menggenggamnya.

Aku kembali menormalkan detak jantung ku, "aku akan datang dan melamar mu nanti, kita bisa tunangan terlebih dahulu kemudian setelah lulus kita akan menikah. "

Young Jo tertawa hambar selama lima detik lantas kembali menatap ku. "kenapa kau jadi seperti ini. Kau pikir itu hanya lelucon? Ayah mu benar benar gila. "

Aku terkesiap, bertindak terlalu jauh tanpa tau balasan yang terduga setelahnya. Sajian dalam nampan ku bahkan belum tersentuh barang sedikit pun, "bukan hanya ayah ku. Tapi ayahmu," ucap ku.

Aku menunduk, mengalihkan fokus ku pada sekitar kantin. Selang beberapa menit mata ku kembali tertuju padanya. Pada gadis didepan ku, yang kini tengah menunduk dengan bungkam tanpa kata apapun. Apa yang harus ku lakukan, aku terlalu kejam jika harus membahas omong kosong ini. Young Jo tak pernah mencintaiku, aku tau itu sejak dulu. Aku tau ia tak akan pernah memilih ku.

Young Jo mengulum bibirnya, lantas kembali menatap ku lagi.

"Kim Taehyung, "

Aku bungkam, menunggu kelanjutan dari nada nadanya yang menguar.

"Bisa kau katakan pada mereka? Aku.. " ia menjeda.

"...aku tidak bisa melakukannya. "

Sudah ku duga, hanya sebuah penolakan tanpa alasan logis yang mampu membuat ku mengerti lantas memakluminya.

"Kenapa? Kau tak ingin menikah muda? Kita bisa melakukannya sete–"

"Tidak Kim Taehyung! Aku bahkan tidak mencintaimu. "

Ucapan ku terpotong, belum sampai pada kata terujung yang terangkai dalam otak ku. Aku selalu ingat, Paman Park menaruh harap tentang diriku yang akan menjaga anak gadisnya. Bukan hanya ayah ku, bahkan Ia adalah orang pertama yang selalu menyuruh ku untuk melamar Puterinya.

"Aku tak perlu itu, kau akan belajar men–"

"Aku menyukai lelaki lain. "

"Apa? "

Telinga ku menuli setelahnya, jantung ku berdegup kencang merasakan waktu seperti berhenti detik ini juga.

"Aku jatuh cinta padanya, Kim Taehyung. "

Kalimatnya terlalu jelas terdengar sampai indera pendengaranku, sangat jelas bahkan terngiang. Aku hancur. Napas ku tercekat, dada ku sesak bukan main. Gadisku, untuk pertama kalinya selama beberapa tahun, ia mengatakan cinta tentang lelaki lain. Ia tumbuh dewasa. Aku sakit.

Melupakan keadaan sekitar, bahwa kami masih berada dalam lingkungan sekolah tepatnya diarea kantin yang mulai sepi. Aku berdehem mengalihkan pembicaraan. Melupakan denyutan yang terasa nyeri didada. Kemudian mulai memberanikan diri mengapit sumpit pada celah jemari ku. Mulut ku sangat sulit untuk terbuka, ingin sekali rasanya aku mengadu, mengatakan bahwa akulah lelaki yang selalu mengatakan cinta dan menunggu untuk mendapat balasan bertahun lamanya. Dan kini, aku kehilangan itu.

Hening menyapa kami selama beberapa saat, sebelum ia menarik diri dan bergumam pelan "aku harus pergi. "

Mata ku memejam. Tidak bisa. Ini tidak mungkin terjadi. Sudah ku katakan ia tidak boleh menyukai lelaki lain selain aku. Dia milik ku.

Sebelum Young Jo beranjak pergi, aku meletakan sumpit diatas meja dengan bunyi nyaring. Berhasil menghentikannya walau hanya berhadapan dengan punggung yang tengah siap untuk berlalu. "Kau berbohong kan? "

Young Jo diam, tangannya mengepal, "maafkan aku. " dan ucapannya membuat hati ku kembali mencelos, runtuh.

***

Kata maafnya menjadi kalimat terakhir sejak dua hari yang lalu, setelahnya aku maupun Young Jo tak ada yang berani menegur hingga menit ini. Belum pernah selama ini sejak aku mengenalnya, mungkin hanya sekedar pertikaian kecil dan kami akan kembali dengan sendirinya. Terlalu rumit, setelah mendengar kata jatuh cinta dari bibirnya akan lelaki lain, aku benar benar hilang akal dan tak ingin mengatakan sepatah katapun. Hati ku terlalu sakit.

Selama itu pula, aku selalu melihatnya tengah bersama lelaki baru kelas sebelah. Dari berita yang ku dengar, mereka memang dekat sebelum dipertemukan dalam lingkungan sekolah. Aku bukanlah tipe lelaki yang akan mendengarkan semua omong kosong yang menguar lewat tembok tembok yang tak pantas dipercaya. Mungkin, pengecualian untuk Young Jo yang notabenenya adalah prioritas dalam kehidupan ku, seseorang paling berharga untuk ku.

"Kim Taehyung, kau tidak mendengarkan ku!"

Seorang gadis disebelah ku merajuk, aku melupakan presensinya sejak setengah jam yang lalu. Ku pikir bukan seorang gadis, lebih tepatnya sudah menjadi seorang wanita. Kekasih ku, yang bahkan tidak ku cintai sedikit pun. Baek Ma Ri, gadis yang terlalu baik dan juga jahat dalam waktu bersamaan.

"Aku akan mengantarkan mu pulang. " ucapku bersamaan dengan decitan kursi yang kudorong mundur. Beruntung tak ada siapapun didalam kedai selain kami, aku tak perlu malu karena membawa gadis yang terus berbicara tanpa ku respon sedikit pun.

"Kau ini kenapa Kim Taehyung? Ada masalah dengan sahabat mu itu? Jangan mengacuhkan ku! "

Kepala ku berdenyut, "jangan tanyakan apapun. Aku tak suka seseorang mencampuri urusan ku. "

Dia mendengus sebelum beranjak mendahului ku keluar kedai.

"Kau benar benar tidak ingin bermain dengan ku, Kim Taehyung? " []...

I Choose You [JK][M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang