"what are you doing, Jo? "
Jungkook melangkah menghampiri, berdiri tepat diujung kaki ku. Menatap cemas sebelum beralih pada sebuah rubik ditangan kiri dan bingkai yang ku pegang ditangan kanan. Dua benda ini berjejer diatas bufet dengan susunan yang rapih. Banyak sekali.
Kini, yang berada digenggaman ku hanya sebuah bingkai kecil berwarna hitam dengan potret dua anak kecil, laki-laki dan perempuan. Dan aku menyadari. Semua bingkai terisi dengan gadis kecil yang sama.
Aku tak percaya, takdir yang menyenangkan baru saja ku singgahi. Begitu menakjubkan. Ini terlalu tiba-tiba dan aku tak mengerti apapun.
Teman kecil ku yang sangat sulit sekali tersenyum, dia ada didalam sana, memegang rubik sembari menatap pada gadis kecil—Tidak, itu aku, yang tengah bermain pasir. Bagaimana bisa aku tidak tau ini? Sekali lagi ku katakan, ini menakjubkan.
Kaki ku melangkah mengabaikan presensi Jungkook yang terus menatap lekat pergerakan ku. Aku tak peduli, hanya ingin melihat lebih banyak. Senang rasanya bukan main.
Akan tetapi, saat ku gabungkan semuanya menjadi satu hingga berujung sebuah tanda tanya dengan jawaban yang tak pasti, aku kembali pada presensinya. Memanggil sedikit ragu pun sangat pelan, kentara sekali jika aku tangah mencari kepastian.
"K-kookie? " Jungkook tersenyum kemudian mengangguk antusias.
"bagaimana bisa? "
"aku kembali, Jo. Kau masih ingat aku? " ia datang dan memeluk ku. Kini aku yang mengangguk dalam dekapnya. Tangis ku pecah saat ingat betapa rindunya aku. Kenapa bodoh sekali, sih. Bisa saja Jungkook kecewa pada ku. Dengan pertanyaan seperti itu sudah pasti dia mengatahui semuanya sejak awal. Hanya aku yang bodoh.
"kenapa tak mengatakan sejak awal, sih? "
Jungkook terkekeh, "karena kau sudah melupakan ku" kemudian menjauhkan wajahnya tanpa melepas pelukan kami.
"tidak mungkin, lalu kenapa kau baru kembali? Kenapa dulu menghilang begitu saja, tanpa pamit pula. Aku benci itu. Kenapa kau pergi? Kenapa lama sekali? Dan-"
Aku melirik pada bingkai yang berisi bermacam wajah ku sejak kecil hingga memakai seragam menengah atas. Lantas mengernyit sebelum melanjutkan sedikit ragu, "b-bagaimana kau mendapatkan semua foto ku? "
Lelaki ku berdecak malas, sebelum melepaskan rengkuhannya dan berjalan menuju sofa, ia menatapku yang masih berdiri sesaat sebelum mengatakan, "sangat rumit. "
Aku menghampirinya, mendaratkan diri disebelah Jungkook dengan segurat rasa kecewa karena tak mendapati jawaban.
"pertanyaanku rumit? Jawab singkat saja, tidak papa kok. "
Lagi lagi ia tertawa geli, mengusak poni ku dengan segurat pancaran gemas sampai pipinya menggembung seperti kelinci. Justru aku yang gemas kalau begini. Bagaimana sih. Dasar gigi kelinci.
"jawabannya yang rumit, Jo. "
"apa sangat panjang? Tidak bisa kau ceritakan poinnya saja? "
Jungkook menggeleng dan aku pasrah, ku rasa bukan rumit, hanya saja ia masih ragu untuk bercerita. Berikut sesaat setelah helaan napas keluar dari bibir ku, mengalihkan pandangan pada beberapa potret yang begitu menarik perhatian sampai sampai aku tak habis pikir, ternyata selama ini ada seseorang yang diam-diam mengabadikan kehidupan ku dengan sebuah jepretan.
Menguntit mungkin.
Ini gila.
Diriku yang tengah memakan coklat, duduk dihalte dengan seragam sekolah, membaca buku diperpustakaan, aku yang kehujanan, bahkan dimalam perayaan hari ulang tahun ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose You [JK][M]
Fanfiction"Kehidupan ku terlalu rumit, bahkan lebih rumit dari puluhan rubik yang terputar acak. Hingga aku kembali jatuh cinta dan membuang seluruh fantasi ku, ia kembali datang dan merubahnya. Kehidupan ku kembali berputar, dan kini, ia adalah obat dari ras...