Night Of Terror

744 38 2
                                    

Semenjak mimpi buruk Ivy yang berulang mereka memilih tidur bersama. Di satu kamar apartment. Meskipun dua orang harus tidur di bawah karena kasur yang tidak cukup menampung keempatnya.

Perlahan Ivy mulai menyadari kemiripan Ajeng dengan sosok gadis berpakaian gothic itu. Tetapi, Ana selalu saja muncul dengan kalimat yang sama.

"Hati-hati dengannya, Ivy..."

Kalimat itu cukup untuk membuat mereka bergidik ngeri. Mereka prihatin dengan keadaan Ivy yang selalu berteriak setiap pagi. Ketika ia terbangun dari mimpi buruk itu.

"Ana!!!" Teriaknya lagi pagi itu.

Peluh berjatuhan dari pelipisnya. Feby segera menenangkannya. Gabby menghapus keringatnya. Dan Ajeng membawakan segelas air mineral untuknya.

Ivy sedang ketakutan. Badannya gemetaran hingga jantungnya berpacu dengan kencang. Mereka tahu betul sahabat mereka itu membutuhkan mereka di sampingnya. Mendukungnya.

"Ini ketiga kalinya pagi ini." Ucap Ajeng yang meletakkan gelas kosong di meja. Lalu duduk di depan kaki Ivy.

"Mau gimana lagi? Mimpi buruk kan nggak bisa diprediksi datangnya." Ucap Feby yang masih mengelus punggung Ivy. Berusaha menenangkannya.

"Kurasa kita harus bicara, malam ini jangan tidur dulu." Usul Gabby yang masih mengelap keringat Ivy.

Ivy baru saja tersadar dari lamunannya. Maklum, semenjak sering bermimpi buruk, ia jadi shock. Fikirannya melayang entah kemana.

"Maaf, seharusnya kita liburan dengan tenang, tapi karena gue semua rencana banyak yang batal." Ucap Ivy menyesal.

"Udahlah, lagian lu nggak salah kok." Ucap Gabby.

"Liburan kita kan masih beberapa hari lagi, jadi semangat!!" Seru Feby dengan ceria.

"Mm... Sebenarnya, ada yang ingin aku katakan tapi lupakan saja kita nikmati dulu liburan ini!" Ucap Ajeng yang tak kalah semangat.

"Thanks guys, you're my best friends, really!" Ucap Ivy sembari memeluk ketiga sahabatnya.

"Ekhm! Guys, cuma mau ngingetin aku udah bawa mobilnya loh..." Deheman Reina menyadarkan keempat gadis itu.

Mereka segera bangkit. Lalu bersiap-siap untuk rencana liburan mereka.

Selama tiga hari berturut-turut mereka pergi jalan-jalan menggunakan mobil Reina. Ke kebun binatang. Taman hiburan. Pantai. Dan pasar setempat.

Selama itu juga Ivy tidak mimpi buruk lagi. Tetapi, mereka malah terjebak dengan Harry dan sahabatnya.

Mereka bertemu di Tour Eiffel. Tepat ketika kelima gadis remaja itu ingin menikmati suasana kota Paris di malam hari.

=======

"Kamu ngapain datang sih?!" Ketus Ivy. Yang tiba-tiba menggunakan aku-kamu dengan Harry.

Gadis itu berjalan menjauhi Harry. Ia masih kesal dengan tingkah Harry yang enggan memberi penjelasan padanya.

"Aku ingin bicara, Ivy. Please, dengarkan aku!" Ucap Harry mengejar Ivy dari belakang.

"Awh-wha-wha!" Ivy menepuk telinganya sambil berbicara. Sehingga ia tidak bisa mendengar ucapan pemuda itu.

"IVY!!" Untuk pertama kali Harry meneriakkinya.

Ivy berhenti. Matanya berkaca-kaca. Lalu ia menatap nanar Harry. Seakan ingin menusuk pemuda itu.

"Kamu meneriakki-ku?!!" Balas Ivy dengan nada yang sama tingginya dengan Harry.

"Huh... Berhentilah bertingkah seperti anak-anak Ivy, kamu sudah remaja jangan mendiamiku seperti itu, ingat kamu itu tunanganku!" Ucap Harry dengan nada yang merendah.

My Fiance Is A VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang