part 15

2.3K 149 7
                                    

"Kevin!?" ucapku kaget saat aku memasuki kamarku, dan mendapati sosok Kevin tengah berdiri di sana. menghadap ke jendela, dalam posisi membelakangi.

Pemuda itu berbalik dan menatapku. Ada yang berbeda dari tatapannya. Entah mengapa aku merasa sorot mata itu seperti mengandung kemarahan yang tertahan.

"Aku menunggumu sejak tadi, Kau darimana saja hem.. " ucapnya datar, sambil melangkah menghampiriku, hingga kami berhadapan dengan jarak cukup dekat.

"Aku tadi pergi keluar untuk mencarimu Vin," ucapku pelan.

"Begitu? Tapi mengapa kau tidak datang menemuiku, bukankah kau tahu di mana aku berada, atau...  Itu hanya alasanmu saja untuk menemui Eldrad," ucapnya dingin, membuatku terbelalak kaget.

"Kenapa kau terkejut sayang, Kau tidak menyangka kalau aku akan mengetahuinya secepat ini," ucap Kevin dingin.

"Apa maksudmu Kevin... " jawabku tak mengerti.

"Menggandeng lelaki masa lalumu dengan mesra, dan menghabiskan waktu bersamanya hanya berdua, apa kau lupa dengan semua itu," ucapnya sinis.

"Kau salah paham Vin, kami hanya bersahabat," ucapku lagi.

"Aku tidak bodoh Shima, yang tidak bisa melihat tatapan penuh rasa rindu di antara kalian berdua." ucap Kevin lagi geram.

"Ya, aku memang merindukannya, aku akui itu. Tapi, semua itu hanya kerinduan se... "

"Akhirnya kau mengakuinya," potong Kevin cepat, tanpa mau mendengarkan penjelasanku lebih lanjut.

"Pintar sekali kau menyembunyikan fakta ini dariku Shima, mengapa kau tidak jujur saja seperti Eldrad. Aku bahkan sempat berfikir kalau kau sungguh-sungguh mencintaiku, tapi ternyata.. "

"Vin... !" aku mencoba kembali berbicara, namun Kevin dengan cepat mengangkat tangannya, memberikan isyarat agar aku diam.

"Berhenti membodohiku Shima!' bentak Kevin murka. Lelaki itu segera beranjak pergi untuk meninggalkan kamarku. Tapi aku tidak ingin Kevin pergi, aku tidak mau kesalah pahaman ini terus berlanjut. Dengan cepat aku meraih lengannya yang segera di tepis Kevin kasar. Aku tidak menyerah untuk menahan lelaki itu sampai....

KRET...

"Akh... !"

Aku memekik kaget, saat tanpa sengaja sarung tanganku tertarik kasar oleh jemari Kevin, sewaktu dirinya mencoba untuk menghindariku, hingga  memperlihatkan punggung telapak tangan bersisikku di hadapan Kevin yang luar biasa terkejut.

"Mahluk menjijikkan apa Kau ini," ucapnya spontan, membuat airmataku langsung meleleh dengan derasnya.

Aku mencoba untuk kembali mendekatinya. Tapi lelaki itu memundurkan langkahnya sambil menatap aneh ke arahku.

"Shima!" panggil Eldrad yang Tiba-tiba sudah berada tepat di depan pintu kamarku yang terbuka sebagian. Lelaki itu menatapku khawatir, saat pandangan matanya jatuh ke arah punggung telapak tanganku yang terbuka, memperlihatkan sisik kasar semerah saga. dan tanpa ku duga, Eldrad langsung memelukku dengan erat. Meninggalkan tatapan tertegun Kevin  yang menyiratkan  kekecewaan-nya.

Dia bahkan lebih memilih Jujur tentang keadaannya kepada Eldrad, daripada aku.

Dengan perasaan terluka Kevin meninggalkan kamar Shima, dia sangat kecewa dengan kenyataan ini.

Sahila yang diam-diam memperhatikan semuanya dari kejauhan, tersenyum senang. Rencananya untuk memisahkan Kevin dan Shima mulai menampakan hasil. Dia hanya perlu melakukan satu langkah kecil, menciptakan kebencian di antara mereka,hingga hubungan keduanya tidak akan terselamatkan. Dan setelah itu, ia akan mengambil bagiannya, sebagai seseorang yang perduli dan bersimpati atas penderitaan Kevin, hingga dapat dengan mudah menaklukkan hati Pria itu.

Ah,  aku sudah tidak sabar untuk segera memiliki Kevin.

+++

Malam sedikit pekat, dengan kabut yang menyelimuti luar bangunan kastil.

Di salah satu kamar tampak Sahila yang tersenyum puas di depan cermin dengan gaun panjang hitamnya. Sepasang sarung tangan menghiasi kedua tangan wanita itu.

Sahila lalu membuka laci meja riasnya dan mengambil botol transparan berbentuk tabung, dengan cairan hitam pekat bercampur asap merah.
Dengan sekali teguk, minuman beraroma tembaga itu langsung memberikan reaksinya. Membuat tubuh Sahila bergetar hebat, wanita itu segera menutup wajahnya yang seperti terbakar, tubuhnya sempat membentur beberapa perabot di dalam kamar, menimbulkan sedikit suara gaduh. sebelum akhirnya diam tak bergerak.

Perlahan Sahila membuka telapak tangannya, dan kembali melangkah ke arah cermin, gadis itu tersenyum senang, mendapati dirinya yang telah berubah wujud menjadi Shima.

+++

Kevin pov

Aku termenung di ruang pribadiku sekembalinya aku dari kamar Shima. Sedikit rasa penyesalan tumbuh dalam hatiku, ketika mengingat  perkataanku beberapa saat lalu pada Shima.

Sungguh aku tidak bermaksud mengatakan dirinya mahluk aneh dan menjijikkan karna keadaannya itu. Kata-kata kasar itu keluar begitu saja tanpa sempat aku cegah.

Aku tidak perduli seburuk apapun penampilan Shima, ketidak jujuran gadis itu yang membuat aku kecewa.

Ah tidak, penyesalan itu tidak sedikit tapi sangat banyak, terlebih saat aku mengingat kembali ekspresi wajahnya yang sedih dan terluka. Aku harus minta maaf. Jujur, aku tidak mau kehilangannya. Aku tidak perduli jika Shims masih belum bisa mencintaiku saat ini, yang harus aku lakukan adalah berusaha untuk membuatnya jatuh cinta padaku dan melupakan Eldrad, ya. Aku pasti bisa, yakinku dalam hati.

Dengan keyakinan penuh aku memutuskan untuk kembali ke kamar gadis itu.

Tapi, baru separuh perjalanan aku melangkah, ku dapati Shima berjalan seorang diri di tengah lorong.  Suaraku hampir saja terlontar untuk memanggilnya, sampai ku dapati arah langkahnya yang tertuju ke kamar Eldrad.

Mau apa Shima kesana?

Aku mengernyit bingung, membuatku secara repleks mempercepat langkahku yang terpaut jarak cukup jauh dari gadis itu. Kulihat kini Shima tengah berada tepat di depan kamar Eldrad, membuka pintu kamar itu pelan, dan menyelinap ke dalamnya. 

Aku tanpa sadar semakin mempercepat langkahku. Entah kenapa saat aku telah berada tepat di depan kamar Eldrad, keraguanku kembali muncul. Aku takut. Sangat takut, jika yang kufikirkan saat ini benar-benar terjadi. Tidak, Shima bukan wanita seperti itu, yang  harus kulakukan saat ini hanya perlu masuk sekarang, dan membuktikan kalau semua fikiran burukku itu salah.

Dengan tangan sedikit bergetar aku membuka pintu kamar Eldrad, menyusuri pandanganku hingga sampai pada sosok keduanya yang berada tidak jauh dariku.

"Shima...!"

TBC

Putri Shima (sequel The Dark Portal) END  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang