Eldrad menatap pantulan bola raksasa jingga dari tepi danau tempatnya berdiri, menghela napas berkali-kali seakan menyimpan beban yang sangat berat.
Bayangan tentang putri Shima yang ketakutan atas dirinya, membuat keresahannya semakin bertambah.
Dalam kesendiriannya, sesosok bayangan yang sudah ditunggunya sejak tadi, akhirnya datang menemui lelaki itu. Manik putih Eldrad melirik sekilas kehadiran Ambrewa, seorang penyihir tua dengan tongkat yang ujungnya berbentuk lingkaran hitam berhias batu berwarna hijau keemasan di tengahnya. Paras nenek tua itu terlihat menyeramkan, dengan tulang wajah yang menonjol tidak beraturan. Warna matanya keseluruhan berwarna hitam, terlihat bersinar saat tertimpa cahaya jingga yang memancar dengan kemilaunya diatas cakrawala.
Seekor ular besar berkepala tiga terlihat melingkari leher keriputnya, mendesis pelan dan menatap tajam Eldrad dengan manik hijaunya.
"Ada apa anda memanggil saya pangeran?" tanya mahluk setengah siluman itu penuh hormat.
"Aku ingin kau tinggal disini selama beberapa hari, untuk menjaga calon permaisuriku selama aku pergi," ucap pangeran Eldrad dengan suara rendah.
"Baik pangeran, saya akan melaksanakannya," jawabnya penuh kepatuhan.
"Satu lagi, tolong kau awasi Sahila juga, jangan sampai dia menyakiti putri Shima, aku tidak ingin calon istriku terluka walau seujung kukupun," ucap Eldrad lagi.
"Saya akan mengingat hal itu pangeran," jawabnya penuh hormat.
"Bagus, aku merasa sedikit lebih lega meninggalkannya selama lima hari ini, karna ada kau yang akan menjaganya," ucap Eldrad kembali.
"Terimakasih atas kepercayaan anda pangeran," jawab wanita tua itu dengan nada bangga.
"Kau boleh pergi sekarang," perintah Endrad lagi.
"Baik pangeran," jawabnya lagi, wanita tua tersebut segera undur diri, setelah menunduk sekilas memberikan hormat, dan langsung melangkah pergi meninggalkan Eldrad yang masih setia berada di sana.
+++
Aku yang masih berada di dalam ruangan kecil di sudut menara menoleh saat mendengar suara pintu di belakangku terbuka, disana nampak Eldrad melangkah dengan tenang ke arahku yang kini menatapnya dengan perasaan sedikit cemas.
"Aku akan pergi selama beberapa hari untuk pertemuan," ucap Eldrad memberitahuku, saat dirinya tepat berada di hadapanku.
'Selama aku pergi, akan ada seseorang yang akan menjagamu," ucap Eldrad lagi, saat di lihatnya aku hanya diam.
"Apa kau membutuhkan sesuatu putri?" tanya Eldrad lembut.
"Tidak," jawabku singkat.
"Mengapa kau tidak mau menatapku putri, Apa kau takut padaku? Aku tidak akan menyakitimu putri, jika kau berfikir demikian tentang diriku," ucap Eldrad lirih.
Aku menunduk semakin dalam, sebenarnya aku merasa tidak enak mendengar perkataan lirih Eldrad, tapi mau bagaimana lagi, aku juga tidak dapat meredakan rasa takutku pada pangeran iblis itu, terlebih saat melihat sendiri, betapa kejamnya Eldrad menyakiti wanita muda yang menyerangku dengan brutal waktu itu.
Eldrad menghela napas pelan, melihat aku yang masih tetap diam dengan kepala tertunduk.
"Hari ini kau akan menemaniku makan malam. Besok pagi-pagi sekali, aku akan berangkat dengan beberapa anggota kerajaan lainnya, untuk menghadiri pertemuan penting di kerajaan tetangga," ucap Eldrad lagi. Tanpa terduga, Eldrad meraih jemari bersisikku dengan gerakan lembut, dan menciumnya dengan penuh perasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Shima (sequel The Dark Portal) END
FantasíaShima anantasya rudra, putri berhati mulia yang bernasib malang. Siapa menduga kesalahan orang tuanya di masa lalu, berakibat fatal pada takdir hidupnya. Hanya berharap seorang pangeran berkuda putih akan datang menyelamatkannya, membawanya kepada...