Luka itu begitu mengerikan, dengan bekas sayatan cambuk yang menggoreskan cedera memanjang di sekujur tubuh Erghan yang terpasung. Kedua tangan lelaki itu terentang dan terkekang rantai baja dengan kelopak mata terpejam.
Erghan menjalani hukumannya, menambah kebencian Alpha yang bersemayam di raga lelaki itu. Memang, bukan Erghan yang merasakan kerasnya hentakan cambuk berujung belati tersebut, tatkala benda tajam berwarna keperakan itu menghujam tubuh Oder. Tapi di saat Erghan kembali ke wujud manusianya, lelaki itu ikut pula merasakan kesakitan menyengat yang menyerang sekujur tubuhnya, dengan tetesan darah yang merembes mengenai lantai dingin di bawahnya, yang kini berada dalam kurungan bawah tanah di bangunan kastil milik Kevin.
Shena menatap sendu dari kejauhan, tak berani mendekat untuk sekedar menanyakan keadaan lelaki itu. Apalagi dialah penyebab lelaki itu tertangkap.
Aira pasti akan sangat membenciku
Kelopak mata itu perlahan terbuka, menyorot dingin manik Shena yang memandang takut padanya. Kedua mahluk berlainan jenis dan ras itu saling menatap dalam keterbungkaman, menciptakan kesunyian yang mencekam bagi keduanya, dalam temaramnya lampu obor yang terpancang dari tiap sudut lorong lembab berdinding kusam dengan jarak yang cukup jauh dari jeruji besi, tempat di mana lelaki malang itu menjalani hukumannya.
Shena tak sanggup lagi, gadis itu bergegas pergi meninggalkan Erghan yang kembali menatap ke depan dengan pandangan kosong.
+++
"Tolong lepaskan Erghan," pinta Shena dengan nada sendu di hadapan Kevin beserta kumpulan peri lainnya. Para peri itu kini tengah berkumpul di ruangan luas dengan beberapa meja besar berbentuk persegi yang di kelilingi oleh barisan kursi kokoh berbahan kayu.
Serentak mereka menoleh ke arah Shena yang masih berdiri kaku di depan pintu masuk dengan tatapan sendu.
Kevin menghela napas berat sebelum bangkit menghampiri Shena yang menampilkan tatapan memelasnya yang sarat akan permohonan.
"Kau pasti tahu seberapa besar kejahatan mahluk itu, dia sudah membunuh terlalu banyak," ucap Kevin datar.
"Tapi itu bukan keinginan Erghan, alpha dalam tubuhnyalah pelaku yang sebenarnya," isak Sheena yang mulai terlihat putus asa, terlebih saat menyaksikan tatapan tajam dari mereka yang nampak tak suka dengan perkataannya itu.
Shena jelas tahu, kalau usahanya ini tidak akan mudah. Apalagi untuk meyakinkan mereka yang berada dalam ruangan tersebut, agar bersedia memafkan dan menghapus semua jeratan hukum yang kini di sematkan pada Erghan.
"Karna itu, kami hanya akan menyiksanya saat wujud lelaki itu telah berubah menjadi monster," ucap seorang peri dewasa dengan janggut tipis bewarna keemasan.
"Tapi Erghan juga ikut merasakannya, dia tidak harus menanggung rasa sakit dari penyiksaan kejam kalian!" jerit Sheena kesal.
"SHENA!" bentak Kevin marah, membuat gadis itu berjengit kaget saat mendengar amarah Kevin.
Kevin lalu menarik seorang wanita muda yang tampak depresi ke hadapan Sheena.
"Lihat wanita ini, dia telah kehilangan suaminya sebulan setelah mereka menikah, membuat keadaannya kini seperti mayat hidup, lihat juga kedua orang tua tak berdaya ini, mereka harus kehilangan kelima putera mereka sekaligus, dan semuanya ini adalah sebagian kecil akibat yang di sebabkan oleh kekejaman srigala iblis itu," ucap Kevin dingin, membuat Shena tertegun.
"Erghan memang tidak bersalah Shena, tapi dia adalah bagian dari mahluk terkutuk itu, kami tidak bisa tidak melukainya saat memberi hukuman pada monster dalam tubuhnya," ucap Kevin lagi dengan nada suara yang kembali rendah.
"Tapi..."
"Kembalilah ke kamarmu Shena!" perintah Kevin dingin, memotong perkataan Shena yang belum terucap sepenuhnya. Gadis itu mendesah pelan dan langsung undur diri dengan kekecewaan yang tidak berusaha di tutupinya.
+++
"Kau lihat sendiri bukan, para peri sialan itu juga menyakitimu walau mereka tahu kau tidak bersalah." ucap wolf di dalam tubuhnya kesal.
Mereka masih terkurung dalam sebuah sel baja. Erghan bahkan tidak tahu lagi keadaan di luar sana, apakah sudah pagi atau kini menjelang malam, karna tidak adanya satupun celah apalagi lubang udara untuk mengintip suasana di luar sana. Hanya gelap dan sunyi yang kini Erghan rasakan, beruntung cahaya obor yang berjarak cukup jauh dari tempatnya terkurung saat ini, sedikit memberikan warna temaram pada ruangan lelaki itu.
"Itu karna aku adalah bagian dari dirimu Od," balas Erghan tak kalah kesal.
"Mereka seharusnya segera mengobatimu, bukan membiarkan kau ikut merasakan rasa sakit dari penyiksaan yang aku terima," protes Oder lagi, yang hanya di balas kebisuan dari pihak Erghan.
"Kau seharusnya membiarkan aku membunuh gadis itu Er, bukan malah membawanya ke tempat persembunyian kita. Lihatlah akibatnya kini, kita tertangkap oleh mereka dan menjadi tawanan menyedihkan. Ugh ini membuatku semakin membenci peri-peri sialan itu, kau bahkan juga menghalangi aku untuk menghabisi si Ale Ale itu!" Geram Oder, alpha yang bersemayam dalam tubuh Erghan.
"Dan menjadikan mereka semakin membenci dan memburu kita, apakah kau lupa kalau dirimu yang lebih dulu memulai permusuhan ini Od," jawab Erghan datar, lelaki itu sedikit meringis saat rasa nyeri kembali menyengat sewaktu ia bergerak.
"Aku tidak akan seperti ini jika salahsatu dari bangsa mereka tidak membunuh mate kita."
"Kita bahkan tidak tahu siapa peri yang telah menghabisi Aura, dendammu membabi buta Od."
"Itu karena mereka terus membiarkan kita berada dalam ketidak adilan. Kau lihat sendiri Er, betapa tidak pedulinya mereka saat kita mengadukan kejahatan yang di lakukan oleh salah seorang kaum mereka pada kita, dan kejadian itu sudah berlangsung selama 2 tahun lebih, tanpa adanya kepastian hukum tentang dalang dari pembunuh mate kita. Karna itu, aku akan terus memburu dan membunuh setiap kaum lelaki di bangsa mereka, sampai para peri itu melakukan tindakan untuk mencari dan mengadili pelaku utama di balik pembunuhan Aura."
Erghan hanya diam mendengar perkatan Oder, lelaki itu kini tengah memejam dengan pikiran yang berkelana memikirkan sang adik, walau bagaimanapun juga Aira adalah tanggung jawab Erghan setelah kedua Orang tua mereka tiada.
Aira, bagaimana keadaan dia saat ini. Kuharap dia baik-baik saja.
Suara derap langkah kaki membuat Erghan waspada, kelopak mata lelaki itu kembali membuka, 2 orang lelaki berpakaian prajurit juga seorang lelaki dewasa yang tak di kenal Erghan berdiri di sana, dari pakaian yang di kenakannya jelas terlihat kalau dia bukan berasal dari kalangan biasa.
Ke 2 prajurit itu lalu meninggalkan orang asing tadi bersama Erghan, tatapan datar lelaki itu berubah sinis saat hanya ada mereka berdua di ruang bawah tanah tersebut.
Erghan yang tadi bersikap datar dan tak perduli pada sosok asing di hadapannya berubah menjadi sorot tajam, saat melihat peri asing yang baru di lihatnya mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
Sosok di dalam tubuh Erghan juga menunjukkan reaksinya, melalui gerak agresifnya yang berusaha melepaskan diri dari kukungan rantai baja yang terpaku pada dinding yang mengikat kedua lengannya yang seketika kembali mengucurkan darah saat ia menariknya paksa agar terlepas saat bergerak kasar.
"Kau masih mengingat benda ini rupanya," ucap peri berjanggut keemasan itu terkekeh senang.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Shima (sequel The Dark Portal) END
FantasyShima anantasya rudra, putri berhati mulia yang bernasib malang. Siapa menduga kesalahan orang tuanya di masa lalu, berakibat fatal pada takdir hidupnya. Hanya berharap seorang pangeran berkuda putih akan datang menyelamatkannya, membawanya kepada...