part 20

2.2K 156 7
                                    

Sahila meringkuk di sudut ruangan dengan tubuh lemah, menatap takut-takut kelima vampire yang sejak tadi menatap tajam ke arahnya.

Tentu saja ia merasa takut, apalagi di interogasi di ruangan dingin dan pengap dengan minim pencahayaan,  oleh kelima mahluk bertaring yang berdiri mengelilinginya dengan sorot dingin mematikan, membuat tubuhnya seakan di timbun berton-ton es.

Drake, vampire tertampan sekaligus paling mengerikan maju lebih dekat ke arah Sahila, menatap dingin ke arah gadis itu dengan mimik datarnya.

"Apa kau masin ingin berkelit dari fakta yang telah kami berikan padamu hmm..." ucap Drake penuh selidik.

"Aku tidak bersalah, bukan salahku kalau mereka sampai menghilang," elak Sahila.

"Kau masih juga terus membantah hah!" ucap Janet marah, ia langsung merangsek maju yang segera di tahan oleh Ana.

"Jane, tenangkan dirimu," ucap Ana penuh peringatan.
Janet mendengus kesal, tapi tak ayal wanita itu mundur juga, kembali ke tempatnya semula sambil tetap menatap tajam Sahila.

"Aku tanya sekali lagi padamu, di mana kau menyembunyikan mereka berdua, dan siapa yang telah membantumu?" Tanya Drake masih dengan sikap yang tenang.

"Aku sudah katakan kalau aku tidak tahu!" jerit Sahila kesal, menutupi rasa gugupnya.

Tatapan Drake berkilat marah, ia segera menarik pergelangan tangan Sahila kasar sampai tubuh gadis itu tertarik, hingga ia terpaksa berdiri.

"Jangan berkata keras padaku, atau aku akan menarik lidahmu hingga putus," ancam Drake tepat di wajah gadis itu.

Sahila menatap ngeri, matanya bertemu langsung dengan manik gelap lelaki itu, sejenak terpesona hingga tersadar kembali, saat Drake menghempas tubuhnya kasar.

"James, kau ikat dia di palang itu." perintah Drake dingin, tanpa memperdulikan paras Sahila yang memucat takut.

Drake lalu mengalihkan tatapannya pada sang istri,  yang berdiri tepat di samping saudara kembarnya Ana.

"Sayang, tolong ambilkan cambuk gerigiku di kamar kita," ucap Drake berubah lembut.

Keyra mengangguk patuh, wanita itu segera melangkah keluar dengan langkah tenangnya, meninggalkan ruang bawah tanah yang berada tepat di atas kastil megah milik Kevin.

Di tengah lorong menuju kamarnya Keyra berpapasan dengan Kevin yang hendak pergi ke taman.

"Bagaimana? Apa pelayan licik itu telah memberitahu semuanya," tanya Kevin tidak sabar.

"Dia masih berupaya untuk berkelit, tapi kami akan terus berusaha untuk membuat dia mengakui segala perbuatan jahatanya, sekaligus memberitahu tempat di mana dia menyekap Shima serta Eldrad," balas Keyra tenang, yang di angguki Kevin dengan mimik puas.

Pandangan Kevin pun beralih pada benda yang berada dalam genggaman Keyra.

"Untuk apa kau membawa cambuk itu?" tanya Kevin penasaran,  manik kelamnya terus menatap sebuah benda hitam berbahan kulit, dengan lempengan besi bergerigi di sepanjang kedua sisinya.

"Drake yang memintanya," jawab Keyra datar.

"Apa benda itu akan di gunakan Drake untuk mengintrogasi Sahila?" tanya Kevin ingin tahu.

"Ya. Maaf Kevin, aku harus segera memberikan benda ini ke Drake."

"Silahkan, jika pelayan jahat itu masih terus mengelak juga, kalian habisi saja dia," ucap Kevin tanpa beban.

Kevin langsung berlalu meninggalkan Keyra, baru saja Kevin hendak menasuki area taman, panggilan dari salah seorang pelayan  menghentikan langkahnya.

"Ada apa?" Tanya Kevin datar.

"Felix dan Yohanes baru saja datang Tuan, mereka berdua menunggu anda di ruang kerja Tuan Kevin," lapornya cepat.

"Saya akan langsung menemuinya, terimakasih Vania," balas Kevin tenang, pemuda itu segera berbalik arah, tidak jadi menuju taman yang kini hanya berjarak 10 meter dari tempatnya berdiri.

Kevin duduk dengan tenang, menatap ke arah Felix dan Yohanes yang berdiri di dekat pintu dengan posisi kaku.

"Informasi apa yang kalian dapat dari penyelidikan kalian?" Tanya Kevin datar.

"Kami menyusuri masa lalu gadis itu dengan pergi ke kerajaan Tourin, tempat di mana pelayan itu dulu tinggal, dari cerita para peri di sana, dia dulunya adalah putri kerajaan yang terusir karena usaha konspirasi yang di lakukannya, dengan di bantu oleh Raja iblis Venom bernama Monsen yang juga merupakan gurunya," lapor Yohanes.

"Venom? Apa dia adalah Iblis dari lembah Krumusham, yang terkenal suka memangsa semua jenis mahluk tanpa pandang bulu setelah menyiksanya dengan kejam. Dan juga sangat gemar mengkoleksi sebagian dari tubuh korban yang pernah di siksanya?" Tanya Kevin dengan mimik cemas.

"Benar Tuan," jawab Felix tegas, membuat paras Kevin memucat.

Semoga Shima tidak berada di tangan mereka.

"Apa kau sudah mengetahui keberadaan tunanganku?" Tanya Kevin berharap.

"Iya Tuan," jawav Felix yang kini terlihat gusar.

"Di mana?" Tanya Kevin tak sabar.

"Putri Shima dan Eldrad kini berada di tangan anak buah Venom Tuan," jawab salah satunya dengan suara lemah. keduanya seketika langsung menunduk dalam. Harap-harap cemas menunggu reaksi Kevin selanjutnya.

"Berengsek!" Kevin berteriak marah sambil membalik meja di depannya dengan kasar, menyebabkan benda kayu itu terbelah dan terlempar ke udara, hingga hampir saja mengenai Yohanes, yang masih berdiri kaku di tempatnya dengan kepala tertunduk.

Kevin benar-benar marah, sinar semerah darah langsung mengelilingi tubuhnya yang mulai mengeluarkan hawa panas.

Kedua anak buahnya terkejut,melihat sinar berbeda di tubuh Kevin yang tidak biasa.

Warna sayap Kevinpun berubah hitam, lelaki itu segera berkelebat keluar, menembus pintu ruangan hingga hancur, menyisakan bara api di sekitar benda mati tersebut.

Kevin terus melesat dengan tatapan beringas, hingga sampai di ruang bawah tanah miliknya, menatap penuh amarah ke arah Sahila yang terpasung lemah dalam posisi berdiri, dengan luka cambuk di sekujur tubuhnya.

Sahila menatap Kevin dengan tatapan meminta tolong, mengharap belas kasihan lelaki itu untuk segera membebaskannya.

Kejadiannya begitu cepat, hingga Sahila tidak sempat berteriak, saat tangan Kevin kembali mencenkram lehernya di tambah rasa  terbakar yang menyelimuti pangkal tenggorokannya.

Gadis itu menghentak kuat dengan tubuh bergetar, matanya melotot, menahan sakit tiada tara yang menghujam leher dan tubuhnya.

Drake dan yang lainnya terkesima, mereka berlima seperti terpaku di tempatnya, menyaksikan keadaan Sahila yang menggelepar sekarat. Cairan pekat mengalir deras memenuhi lantai, seiring dengan lelehan daging dari anggota tubuhnya yang meleleh kebawah menyerupai pasta, menyisakan tengkorak hangus dengan mulut menganga, bersama kedua bola mata yang telah mengering.

"kau membunuhnya?" Tanya Drake tak percaya, lelaki itu menatap datar sisa tulang belulang milik Sahila, yang masih dalam keadaan terikat kuat dalam kungkungan rantai Baja.

"Kita sudah tidak memerlukannya lagi," jawab Kevin datar.

"Kau sudah tahu di mana mereka berada?" Tanya Drake lagi memastikan.

"Ya, dan kita harus segera bergegas sebelum Iblis busuk itu berbuat sesuatu, dia pasti kini sudah mengetahui tentang kematian muridnya," jawab Kevin sambil melesak pergi, di ikuti oleh Drake dan yang lainnya.

TBC

Putri Shima (sequel The Dark Portal) END  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang