part 31

1.5K 121 2
                                    

Hegar tersenyum puas mendapati sorot penuh kemarahan di manik kelabu manusia srigala yang kini menatapnya beringas.

"Jepit rambut ini sangat cantik, tapi sayang keindahan si pemakainya telah lenyap di tanganku. Kau tentu masih ingat bekas sayatan berbentuk trisula yang aku berikan di kening gadismu itu bukan, aku heran kenapa kau tidak menyadarinya saat melihatku beberapa saat lalu," seringai Hegar puas, membuat manik Erghan langsung jatuh dan tertumbuk pada tattoo  berbentuk trisula di leher bagian atas peri tersebut.

Wajah Erghan mengeras, manik matanya seketika berubah kelam dan membara, seperti ada sesuatu yang hendak meledak untuk  melumat habis obyek yang masih berdiri angkuh di hadapannya kini.

Hegar tercengang dengan napas tercekat, saat dalam sekejap mahluk buas itu sudah berdiri tepat di hadapannya, meninggalkan teralis yang koyak dengan bentuk tak beraturan, sebagian tali rantai yang  mengalungi  kedua tungkai terdepan mahluk tersebut masih berada pada tubuh Erghan yang telah ber-metamofosis menjadi sosok mahluk buas dengan taring besar dan tubuh kokohnya yang menakutkan.

Hegar tidak menyangka kalau binatang buas  itu berhasil melepaskan diri dari ikatan rantai, juga mampu menghancurkan teralis baja yang mengurungnya.

Secepat kilat Hegar melesak menjauh, mengepakkan sayap besarnya menghindari terjangan kuat dan beringas,  dari mahluk serigala yang langsung menyerangnya tanpa jeda.

Tinggal sedikit lagi Hegar hampir mencapai pintu keluar ruang bawah tanah tersebut, namun semua itu gagal, saat tanpa terduga mahluk serigala itu berhasil mencengkeram sayapnya hingga terkoyak, yang mengakibatkan tubuh Heger terhempas dengan kuatnya ketika terjatuh membentur lantai.

Hegar mengerang sakit dengan tubuh bergetar, dadanya terasa berdenyut nyeri ketika menghantam lantai keras di bawahnya. Aliran darah mengalir deras dari sayap besarnya yang terkoyak, pun dengan mulut lelaki itu yang juga menyemburkan darah segar, Erangan Hegar terdengar semakin keras saat telapak kaki bagian depan mahluk Alpha itu tengah bertengger di punggungnya, dan kini tengah menggoreskan kuku-kuku runcingnya yang menancap dalam di tubuh Hegar yang tak berdaya.

CRASH....

Salah satu sayap Hegar tercabik dari tubuhnya, saat kuku-kuku runcing mahluk itu mengoyaknya dengan brutal, seiring jerit kesakitan Hegar yang menggelepar dengan tubuh bergetar hebat.

Oder hendak kembali menancapkan kuku runcingnya ke tubuh Hegar yang diam tak bergerak, saat sebuah benda tajam menyabet sisi tubuhnya hingga menimbulkan goresan luka yang cukup dalam.

Sial! Itu tombak bermata perak, untungnya dia sempat menghindar hingga benda laknat itu tidak sempat menembus tubuhnya, hanya terdapat luka gores yang cukup dalam, menambah lagi luka baru di tubuh Oder.

Oder mengedarkan pandangannya, memindai kelima prajurit berbangsa peri yang berdiri mengelilinginya dengan tombak bermata perak dalam genggaman tangan mereka.

Oder berfikir cepat, ia segera melesat ke salah satu pilar, bergelantungan sejenak pada tali baja yang menjuntai, sebelum melompat setinggi mungkin melewati kelima prajurit peri yang  terperangah sesaat, sebelum kembali mengejarnya yang telah berhasil melewati pintu keluar ruang bawah tanah tersebut.

Oder mengumpat pelan, salah satu kakinya terluka saat satu dari tombak prajurit itu berhasil merobek  pahanya, dan luka itu jelas memperlambat laju gerak Oder untuk melarikan diri.

+++

Shena yang mendengar suara keributan di luar langsung terjaga dari tidurnya.

Gadis itu memutuskan untuk keluar, setelah menarik syal berwarna hitam miliknya di tepi tempat tidur untuk membungkus bahunya yang sedikit terbuka. Dengan sisa kantuk yang tersisa Shena  berjalan pelan ke arah pintu.

Baru saja Shena membuka pintu kamarnya, hempasan angin langsung menyambar tubuh mungilnya.

Shena menjerit saat tarikan itu terasa menyengat di kulit kepalanya, dengan gemetar gadis itu mencoba untuk menoleh, hingga manik sendunya bertemu dengan bola mata sedingin es yang menampilkan kilau abu-abu gelapnya yang tajam.

Suara derap langkah kaki yang berlari di belakang tubuh Oder terhenti, kelima prajurit itu terlihat ragu dengan wajah pucat, saat kelimanya menyaksikan  Shena yang tak berdaya dalam kukungan mahluk buas yang mencengkram rambutnya dengan rahang kokoh mahluk tersebut, hingga tubuh Shena terangkat sebagian di udara.

Oder menyeringai puas, dan dalam sekejap mahluk itu telah melesat pergi dalam keremangan lorong dan langsung menghilang di kegelapan malam, dengan membawa pergi Shena bersamanya.

+++

Kevin bergerak gelisah di ruang kerjanya, bolak-balik melangkah dengan raut wajah yang terlihat gusar. Sedang kelima prajurit tersebut masih terus menunduk dengan detak jantung yang berdetak cepat, hingga terasa menggedor kuat dada mereka.

"Bagaimana mungkin kalian bisa seceroboh ini," ucap Kevin gusar.

"Bagaimana aku menyampaikan berita buruk ini pada Ale, sepupunya kembali di sandera dan itu terjadi di daerah kekuasaan ku dengan mahluk yang sama," ucap Kevin tak percaya, lebih kepada dirinya sendiri.

Kevin berbalik menatap ke 5 prajuritnya yang terkesiap.

"Cari mahluk itu dan temukan segera, bagaimanapun caranya kalian harus menyeret mahluk buas itu ke hadapanku, tentang Shena aku tidak ingin gadis itu terluka walau seujung kuku pun, cepat kerjakan!" Bentak Kevin murka, membuat kelima prajurit itu kembali terkesiap dan segera meninggalkan ruang kerja Kevin dengan terburu-buru.

"Kevin..." Sapaku lembut yang sudah berdiri di pintu ruang kerja Kevin dengan sorot sendu.

"Kemarilah..." Panggil Kevin lembut sambil merentang-kan kedua tangannya untukku, amarah lelaki itu langsung pudar entah kemana.

Aku segera masuk dalam rangkulan Kevin, membiarkan lelaki itu mengusap punggungku lembut sambil mengecup puncak kepalaku beberapa kali dengan sayang.

"Aku tidak tahu sampai kapan semua masalah ini akan terus menerpa kita," ucap Kevin dengan tatapan sedikit kosong, sambil terus mengusap punggungku pelan.

"Semuanya pasti akan membaik, percayalah." Jawabku lembut sambil mendongak menatap Kevin.

"Maaf, aku terpaksa menunda pernikahan kita," ucap Kevin penuh sesal.

"Tidak apa-apa, aku mengerti," ucapku lembut,  sambil mengusap rahang Kevin yang kini tengah menatapku.

"Aku harap semua ini cepat selesai, agar aku bisa secepatnya menikahimu," desah Kevin parau sambil merunduk perlahan, untuk mendekatkan bibirnya ke belahan bibirku  yang sedikit terbuka. Membuat kami makin tenggelam dalam kehangatan cinta dengan kelopak mata terpejam.

Kevin terus melumat bibir putri Shima dengan lembut, sejenak melupakan semua masalah dan kejadian buruk, yang mau tidak mau ikut melibatkan dirinya, sebagai salah satu pihak yang ikut bertanggung jawab, atas musibah yang kini menimpa  sepupu Ale itu.

Andai saja dia tidak berkata kasar, andai saja dia tidak menyakiti perasaan gadis itu, andai saja dia tidak mengusirnya, mungkin Shena tidak akan pergi dan bertemu dengan mahluk buas itu. Dan semua masalahnya tidak akan menjadi serumit ini.
Seandainya saja....

TBC

Putri Shima (sequel The Dark Portal) END  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang