Shena duduk cemberut sambil menatap malas beberapa hidangan yang tersaji dalam berbagai wadah yang ada di hadapannya.
"Aku tidak mau makan ini," ucapny ketus.
"Jangan cerewet, makan saja yang sudah adikku siapkan untukmu," jawab Erghan kesal.
"Tapi ini bukan makanan bangsa kami, aku ini seorang peri." balas shena tak mau kalah.
"Kau itu hanya tawanan tapi mengapa cerewet sekali, masih untung aku mau memberimu makan."
"Tapi aku... "
"Sudah makan saja apa yang ada dan jangan lagi membantah, jika kau tidak ingin aku menyobek mulut menyebalkanmu itu," jawab Erghan kasar. Lelaki itu segera bangkit dari duduknya, dan langsung melangkah pergi meninggalkan ruang makan dengan mimik keras dan masih di liputi emosi.
"Tapi aku sungguh tidak bisa memakan makanan ini," cicit Shena pelan dengan tatapan sedih. Manik coklatnya menatap gusar aneka hidangan berbahan dasar daging tersebut.
Aira hanya dapat menatap kasihan wanita muda yang duduk di sebrangnya itu.
"Memangnya hidangan apa yang biasa kalian makan?" tanya Aira penasaran.
"Bangsa kami tidak pernah memakan mahluk hidup, kami biasanya memakan bunga dan buah yang hanya tumbuh di negeri kami."
"Maksudmu, bangsa kalian suka memakan bunga secara utuh?"
"Tantu saja tidak, kami hanya mengambil bagian tertentu dari bunga untuk di olah menjadi hidangan lezat, dan puspa di daerah kami jelas sangat berbeda dengan tumbuhan yang ada di daerahmu ini," jelas Shena lebih rinci.
"Ahh!" Ucap Aira sambil menjentikkan jarinya, "kurasa aku tahu makanan apa dari negeri kami yang sesuai dengan seleramu, tunggu sebentar," ucap Aira penuh semangat. Gadis itu segera melesat masuk menuju dapur dan tidak lama Kemudian keluar dengan membawa toples kaca berisi cairan pasta berwarna keemasan, dengan 2 tangkup roti gandum yang telah di potong menjadi beberapa bagian.
"Cobalah ini, kau pasti akan menyukainya," ucap Aira bersemangat, sambil meletakkan kedua benda tersebut di atas meja, tepat di hadapan Shena yang kebingungan.
"Apa ini?" jawab Shena penasaran, sambil membolak-balik toples kaca bening berbentuk tabung di hadapannya.
"Oh itu madu, rasanya sangat manis dan gurih," jawab Aira santai.
"Madu?" Ulang Shena lagi.
"Cairan ini berasal dari berbagai jenis bunga yang kami peroleh melalui perantara lebah," jawab Aira lagi menjelaskan lebih rinci.
"Di tempatku juga ada yang seperti ini, tapi warnanya keperakan dan berkilau. kami menamakannya akruma," jawab Shena santai.
"Begitu ya, mungkin rasanya tidak jauh berbeda dengan madu kami, cobalah," ucap Aira dengan isyarat mata.
"Aku sebenarnya juga ingin mengambilkanmu buah di kebun belakang, tapi sayang sekali belum ada satupun yang berbuah, kalaupun ada mereka masih terlalu muda untuk di petik, rasanya pasti tidak enak dan pahit." Lanjut Aira lagi, sambil menatap Shima yang mulai sibuk membuka tutup toples.
"Bagaimana?" tanya Aira penuh harap.
"Cukup enak dan sesuai dengan lidahku," jawab Shena ceria.
"Oh syukurlah," balas Aira lega.
"Kalau ini apa?" tunjuk Shena pada potongan roti di atas piring.
"Oh itu roti gandum, mereka terbuat dari tumbuhan yang diolah menjadi bubuk tepung, di campur dengan beberapa bahan lainnya juga telur."

KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Shima (sequel The Dark Portal) END
FantasiaShima anantasya rudra, putri berhati mulia yang bernasib malang. Siapa menduga kesalahan orang tuanya di masa lalu, berakibat fatal pada takdir hidupnya. Hanya berharap seorang pangeran berkuda putih akan datang menyelamatkannya, membawanya kepada...