Anak Panah

132 1 0
                                    

Seperti biasa sebelum tidur aku mendengarkan murottal alqur'an di ponsel, dilanjutkan dengan membaca do'a sebelum tidur.

Hari ini, aku tidur lebih awal karena besok aku kerja pagi. Ya, aku sudah bekerja di salah satu PT di kotaku. Walau hanya seorang pekerja swasta kontrak. Aku tetap bersyukur karena bisa membantu ekonomi keluarga.

***

Kini aku berada di rumah saudara-saudaraku. Di belakang rumah bibi tepatnya. Di sampingku ada kakak perempuanku --kak Meli.

Kuperhatikan sekeliling lingkungan rumah-rumah saudaraku itu. Rasanya berbeda sekali. Bibi melihatku acuh tak acuh. Aku pun melirik kak Meli yang berada di sampingku, juga dengan pandangan aneh seperti rasa canggung diantara kami.

Tiba-tiba, dari atas langit puluhan tidak, mungkin ribuan anak panah berukuran besar jatuh menimpa apa saja yang berada di bawahnya. Seketika itu juga aku panik, aku takut anak panah besar itu menimpa diriku. Aku berlari mencari tempat bersembunyi. Tak lupa, kutarik lengan kak Meli supaya mengikutiku bersembunyi.

Cleb ... Cleb ... Cleb ...

Suara anak panah itu menusuk orang-orang serta seluruh benda di sekitar, termasuk rumah-rumah, dan tembok tempatku bersembunyi bersama kak Meli.

"aaaa ...," teriakku ketika melihat bibiku terkena anak panah tersebut.

Aku pun menangis melihatnya, tubuh kecil itu tertusuk anak panah yang begitu besar.

Cleb ...

Satu anak panah hampir saja mengenai kak Meli. Jika tidak aku dorong tubuhnya ke depan. Dengan segera aku tarik tangannya, menyuruh kak Meli untuk berlari.

"ayo, kak!" ajakku sambil menarik pergelangan tangannya. Tapi, kenapa kak Meli hanya diam saja tidak menyahut atau pun beranjak lari bersamaku.

"kak, ayo! kita lari. Kita harus pergi supaya tidak terkena anak panah itu. Ayo, kak!" pintaku lagi, namun kak Meli tak merespon, ia malah melepaskan genggamanku.

Cleb ...

Sebuah anak panah besar itu jatuh di atas tubuh kak Meli. Saat itu juga, aku menangis dengan sangat kencang, sampai suara tangisku serak dan tak terdengar.

"kakak ...," teriakku di sela-sela tangisan.
Aku menengadah melihat ke atas langit. Mataku melihat banyak sekali anak panah besar yang turun dari atas.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Sedih, itulah yang kurasakan. Sedangkan aku hanya bisa menangis dan menangis.


***

Spontan kubuka mataku, ternyata itu hanya sebuah mimpi.
"astaghfirullah ... Mimpi aneh lagi?" ucapku, dentuman jantungku berdetak dengan kencang. Aku pun berdo'a pada yang Maha Kuasa supaya tidak bermimpi buruk lagi. Kulihat ponsel yang berada di dekat bantal, jam menunjukan 12:05 malam. Kali ini aku tidak mematikan mp3 murottalnya, biarkan saja alunan mengaji itu terdengar. Setelah sedikit tenang aku kembali menutup mata untuk melanjutkan tidur.

Semoga tidak terjadi apa-apa.

***

Hallo... Kembali lagi.. Typo bertebaran dimana-mana maafkan saya ya? 😂
Cerita ini masih mimpi yang saya alami ..#curhat 😂
Jangan lupa vomment ya...
Terima kasih..

Salam,

Via.

Mimpi √ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang