Jangan Tinggalkan Aku?

41 1 0
                                    

Aku hanya seorang anak kecil yang menganggap hidup itu biasa saja. Dalam pikiranku hanya ada keluarga, teman dan kasih sayang.
Sering tertawa dan bermain tanpa memikirkan beban apapun.
Aku tak mengerti jika manusia itu sudah memiliki Takdirnya masing-masing. Walau pernahku dengar penjelasan Takdir itu oleh guru ngajiku maupun guru disekolah. Namun, aku hanya seorang anak beusia 7 tahun yang belum mengerti itu semua.

    ***

"Ma ..  aku pengen jajan es? " pintaku pada Mama.

"beli sendiri, ya?" ucap Mama.

"pengen di beliin sama Mama?" rengekku lagi.

"yaudah, mau es apa?" Tawar Mama kepadaku akhirnya.

"es rasa mangga," ucapku.

"iya." jawab Mama singkat.

Aku tersenyum mendengar jawaban Mama. Aku senang berada didekat Mama. ini- itu aku lakukan bersama Mama. Karena aku sangat menyayangi Mama. Walau aku sering disebut anak manja oleh orang-orang.

Tak lama Mama akhirnya datang membawa sebungkus es rasa mangga tersebut. Lalu memberikannya kepadaku.  Es mangga adalah kesukaanku. Hanya butuh beberapa menit saja es itu sudah habis aku minum.

Sehari-hari aku selalu bermain bersama Mama.  Entah itu main boneka,  kartu Buah atau apapun Mama senantiasa menemaniku bermain. Kadang jika aku jenuh, aku main di rumah Mariah. Dia adalah sahabatku rumahnya tepat berada disamping rumah. Atau aku bermain dengan Herlin, dia juga sahabatku. Mama akan meminta Herlun untyk datang bermain kerumahku. Aku tak memikirkan apapun selain bahagia yang kurasa saat bersama orang-orang yang kusayang.

Karena aku tak mau jauh dari Mama.  Selama sekolah pun aku di antar dan ditemani Mama sampai di depan kelas. Kurang lebih selama satu tahun rutinitas itu Mama lakukan demi mengantarkanku. Teman-teman di sekolah bahkan memanggilku anak manja. Tapi, Aku tak perduli. Walau nyatanya aku seorang perasa yang mudah menangis dan aku juga seorang pemalu. Aku bisa membuktikannya bahwa aku adalah anak yang berprestasi. Teman-temanku tidak lagi mgengolok-olokku dengan sebutan manja kembali. Mereka malah mendekatiku karena di kelas aku selalu mendapatkan juara 1 --memang begitu. Pyuhh...  Teman yang ada maunya.

               ***

Aku, Mama, Herlin, Mariah dan kakak perempuanku --kami sedang berjalan-jalan-- di sebuah tempat yang banyak sekali pohon bambu dan pohon yang menjulang tinggi. Aku tak tak tahu apa nama pohon teresebut.

'Aneh, masa kami bermain ditempat seperti ini' pikirku dalam hati.

Suasananya sepi dan lembab karena tidak ada cahaya matahari yang masuk. Kami semua berjalan menyusuri jalan setapak.

"itu ada jembatan? ayo! kesana," ajak Mama kepada kami.

Aku dan yang lainnya hanya mengangguk dan mulai berjalan menuju jembatan tersebut.

"Ma, kenapa ada jembatan di hutan ini, emangnya kita mau kemana, sih?" tanyaku pada Mama.

Aku heran sebenarnya apa tujuannya pergi ke dalam hutan. Tapi, Mama tidak menjawab pertanyaanku. Mama hanya mempererat tanganku yang di genggamnya.

Setelah tiba di jembatan. Mariah yang lebih dahulu menyeberang. Kemudian Herlin dan kakak perempuanku. Lalu Mama yang mulai melangkah lebih dulu dan sampai keseberang. Aku yang terakhir, tapi aku tak langsung melangkah ke jembatan, mataku  malah melihat ke bawah jembatannya. Aku sangat takut di bawah sana airnya sangat deras sekali. Aku pun menangis dan memanggil Mama untuk membantu menyeberangi jembatan.

"Mama! aku takut.  Mama kesini temani menyeberangnya?" Teriakku pada Mama dengan uraian air mata.

Kulihat Mama tidak menjawab panggilanku. Kakak perempuanku, Herlin dan Mariah pun hanya diam melihatku yang menangis.

Tiba-tiba saja jembatan itu roboh dan ambruk. Aku panik, tangisku semakin kencang. 

Bagaimana aku bisa menyeberang?  Pikirku dalam hati.

"Mama .....?" Teriakku.

Tapi, Mereka menghiraykanku dan pergi berjalan menjauh meninggalkanku. Aku menangis dan memanggil-manggil Mama, kakak perempuanku, Herlin dan juga Mariah.

"Jangan tinggalkan aku ....?"

***

Aku terus memikirkan mimpi tadi malam. Aku takut itu semua terjadi.  Aku belum bisa dan tak kan pernah bisa menghadapinya. Mengapa di dalam mimpi orang-orang yang aku sayang pergi meninggalkanku.
Aku pun berdoa semoga itu hanya mimpi biasa saja. 
 
***

Empat tahun kemudian mimpi yang aku alami itu menjadi kenyataan.  Rasanya tujuan hidupku hancur dan tak tentu arah.

Kehilangan kasih sayang dari orang tercinta.

Kehilangan masa kanak-kanak dengan orang terkasih.

Ya, di usia dini aku telah kehilangan sosok Mama untuk selamanya.

***

Setelah usiaku menginjak remaja.
Aku tahu apa arti dari Takdir itu seperti apa?

Takdir setiap orang berbeda-beda termasuk diriku.

Aku harus tetap menjalani hidupku.
Belajar mandiri, bekerja keras untuk meraih impianku.

          ***

Hallo... 
Jangan lupa kasih bintang..

Salam,
Via.

Mimpi √ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang