Teman, Kita Berbeda?

24 1 0
                                    

Aku seorang perempuan berusia 21 tahun.
Aku terlahir berbeda.
Bisa merasakan hal yang jarang orang lain bisa rasakan.
Kadang aku bisa melihat mereka yang tak terlihat.
Kadang aku juga bisa mengetahui sesuatu apa yang akan terjadi.
Aku memiliki penjaga dalam diriku yang diturunkan oleh mendiang kakek.
Entahlah..
Sebutan apa yang pantas untuk diriku?

***

"Fatonah?"

"Hey ... Muy?" Aku menyahut seruan seseorang yang memanggilku. Ternyata dia adalah Muy temanku saat sekolah SMA dulu.
Bukankah dia sudah .... Tiada.

"ada apa Muy?" tanyaku padanya.

"Aku kangen sama kamu? Ayo, ikut denganku? Aku sendirian tidak punya teman, Ton?" jawabnya padaku.

Aku mengangguk, lalu tanganku digenggamnya dan dia menarikku supaya mengikutinya. Aku tidak melepaskan tangannya yang menggenggamku. Aku menurut saja, mungkin karena aku juga merindukannya.

Aku melihat sekeliling tempat ini. Aneh ... Tempat ini seperti memiliki dua sisi yang berbeda. Seperti dibelah menjadi dua. Sisi yang aku injak saat ini seperti tempat biasanya --normal. Ada pohon-pohon dan rumah tapi sisi lainnya hanya tempat putih saja tanpa bercak apapun.

Saat kakiku akan melangkahi garis yang menghubungkan dua sisi berbeda tersebut tiba-tiba saja ada yang menarik tanganku.

"Heh .. Fatonah? Kamu kan sedang main bersamaku. Ayo, kesini? Jangan ikut dia?" ucap seseorang yang menarik sebelah tanganku tadi. Dia adalah Feni temanku juga.

"Tapi ... Aku mau pergi sama Muy, Fen?"

"Tidak bisa! Kamu kan main bersamaku, Ayo!" ajaknya sedikit marah.

Aku bingung harus mengikuti siapa.
Feni menarik tanganku, Muy juga menarik tanganku. Muy sudah berada di tempat putih tersebut sambil memegang sebelah tanganku.

"Lepaskan, Muy?" teriak Feni.

Tapi Muy semakin kencang menarikku.

"Muy? Aku mainnya nanti saja, ya? Aku sekarang main sama Feni dulu?" ucapku akhirnya karena kedua tanganku rasanya sakit ditarik-tarik oleh mereka.

"Tapi ... Ton?" ucapnya sedikit murung.

"Aku lupa ... Aku lebih dulu main bersama Feni tadi. Kita mainnya nanti saja ya?"

Akhirnya Muy melepaskan tanganku dan dia pergi menjauh dan menghilang.

***

Aku terbangun dari tidur. Ternyata itu mimpi. Kini jam masih menunjukkan pukul 00.25 malam.
Aku beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar Mamaku.
Aku menceritakan semua mimpi yang aku alami tadi pada Mama.
Tanpa berpikir panjang Mama langsung membawaku keluar rumah.
Entah darimana Mama sudah membawa sebuah gunting.
Mama langsung menggunting sedikit rambut belakangku. Mama juga menyuruhku membasuh Wajah dengan tanah. Aku menurutinya saja.
Setelah itu semua Mama menyuruhku tidur bersamanya. Tanpa menjelaskan apapun maksudnya itu.

***

Esok paginya Mama membawaku kepada orang yang mengerti semacam Ustadz.
Mama menceritakan perihal mimpiku padanya.

"Memang benar ... Dia menyukai anak mu itu? " ucap sang Ustadz pada Mama.

"Tolong doa kan anak saya Ustadz supaya anak saya tidak mengikutinya dan dia juga melupakan wajah anak saya?" ucap Mama khawatir seperti akan menangis. Aku yang melihatnya menjadi sedih.

"Baiklah ..." jawab Ustadz itu lagi. Lalu mulai membacakan doa-doa kepadaku. Setelah itu aku disuruh meminum air putih dan juga membasuhkannya kepada wajahku.

***

Ya, aku akan menceritakan tentang siapa sosok Muy..

Muy adalah temanku saat sekolah SMA. Dikelas dia tidak memiliki teman dekat. Karena aku selalu melihatnya sendirian aku pun mengajak berteman dengannya. Kami mulai akrab dan sering bersama.
Muy selalu membaringkan kepalanya di pahaku. Dia selalu berkata 'Ton pipi kamu empuk sekali kaya bapau' sambil mencubit kedua pipiku.

Muy memiliki penyakit Leukimia.
Dia sering mimisan saat di sekolah. Sering tidak masuk kelas. Bahkan sampai empat bulan lamanya karena dia koma dan dirawat di rumah sakit.
Setelah koma tersebut tidak lama dia meninggal dunia.

Aku memiliki firasat saat Muy akan meninggal dulu. Ketika aku bangun tidur aku seperti mendengar suara speaker yang mengumumkan bahwa Muy meninggal. Karena aku pikir mungkin itu hanya halusinasi saja. Karena jarak rumahku dan rumahnya sangat jauh. Berbeda desa dan kecamatan. Tapi saat di sekolah teman-temanku mengatakan bahwa Muy telah tiada.
Ternyata apa yang aku dengar saat bangun tidur itu nyata bukan sebuah halusinasi.

Teman, aku juga merindukanmu..
Tapi...
Teman, kita berbeda? aku dan kamu telah memiliki jalannya masing-masing..
Semoga kamu tenang disana...

***

Hallo...
Aku bawa cerita mimpi temanku..

Jangan lupa beri bintang dan comment nya ya?

Terima kasih..

Salam,
Via.

Mimpi √ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang