Di Jemput Mama

70 1 0
                                    

Hari ini aku sangat lelah sekali. 
Setelah kurang lebih delapan jam bekerja. Rasa pegal menyelimuti di kedua kakiku.

"Oh hari libur aku menunggu mu? "  gumamku.

Entah kenapa aku teringat pada Mama. Aku pun membaca doa untuk Mama.

"Ma aku kangen" lirihku dengan menahan air mata yang hampir saja jatuh di kedua pipiku.
Semua kilasan kenangan bersama Mama saat aku kecil muncul di kelapa ku seperti putaran film.
Aku tak bisa menahan air mataku lagi.  Aku menangis .

Sampai akhirnya rasa kantuk sudah tak tertahankan. Aku pun memejamkan mata dan tertidur.

    ***

Aku bermain bersama temanku dirumahnya. Rasanya senang sekali kami tertawa sambil main kejar-kejaran.

"hem,  aku pulang ya? Udah sore juga" kataku pada temanku itu.

Yaudah atuh Vhi,  nanti besok kita main lagi ya? " ucapnya.

Aku hanya menganggukkan kepalaku.  Tapi bagaimana aku pulang. Aku tidak bawa uang dan hp ku mati.

"aku boleh pinjam hp kamu sebentar?" tanyaku pada temanku.

"boleh?"

Aku meminjam hp nya. Segera aku menelpon Ayah untuk menjemputku.
'kok gak di angkat sih? ' gumamku.

Beberapa kali sudah ku telpon ulang tapi tetap saja tidak ada jawaban dari Ayah.
"nih? makasih ya? " kataku sambil mengembalikan hp yang aku pinjam.

"Eh itu bukannya Mama kamu ya? " ucap temanku memberitahu.

"iya"

Aku kikuk harus menjawab apa.
Kalian pasti tidak akan percaya.  Tapi aku sadar dan dalam hatiku berkata.

'kenapa bisa Mama yang jemput aku? Bukankah Mama sudah.... '

Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri.  Mama datang menjemput dengan menaiki sebuah motor metic.  Berpakaian seperti ibu-ibu biasanya.
Tapi Mama terlihat masih muda dan cantik.

"de?  Ayo pulang sama Mama" suara Mama membuyarkan pikiranku.
Aku berdiri tidak jauh dari Mama.

"ah nanti aja Ma sama Ayah" tolakku.  Jujur perasaanku takut dan senang.
Senang karena aku bisa bertemu dengan Mama.

"ayo ikut sama Mama. Ayo naik? " pinta Mama kepadaku. 

Mataku melihat wajah Mama.  Aneh mulut Mama tidak bergerak saat berbicara,mulutnya hanya diam saja. Tapi aku bisa mendengar suara Mama yang berbicara kepadaku.
Rasanya aku ingin menangis saat itu juga.  Aku tidak tega melihat Mama yang sudah jauh-jauh menjemputku.  Aku bergulat dengan pikiran dan hatiku.  Aku ragu untuk ikut bersama Mama. Seperti ada sesuatu yang mengganjal dihati untuk aku tidak ikut dengan Mama.
Akhirnya aku menghampiri Mama dengan berjalan perlahan-lahan.

"De, dede....? Bangun? "

'Astaghfirullah' ucapku pelan.  Aku terbangun dengan tiba-tiba karena mendengar suara Ayah di telingaku.

"cepat bangun? Udah mau maghrib pamali"  teriak Ayah lagi.

Aku langsung beranjak bangun dari tempat tidur dan duduk dipinggirannya.

"iya " jawabku pada Ayah.

         ***

Beberapa hari kemudian aku menceritakan mimpi itu pada kakak perempuanku. Karena aku terus saja mengingat mimpi itu dan wajah Mama yang seperti nyata.
Kata kakak ku kalau misalkan aku ikut bersama Mama didalam mimpi tersebut aku bisa saja sakit atau lebih parahnya meninggal. Tapi untung saja ada suara Ayah membangunkanku.
Kalau tidak ,aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada diriku.
Mungkin perkataan kakak perempuanku bisa saja benar kan?dan mungkin juga itu hanya sebuah mimpi biasa saja.
'Allahu'alam' .

   ****

Hallo.. 
Jangan lupa beri votte juga komentarnya ya?

Salam,
Via.




Mimpi √ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang