"Kenapa lo ngelakuin itu ke Wendy?"
Eunji yang sedang menggosok- gosok kedua tangannya karena dingin menoleh perlahan ke arah pria di sebelahnya. "Maksud lo?"
Chanyeol tak bergerak sedikitpun. Tatapannya lurus ke depan. "Kenapa lo nendang Wendy?"
Eunji terkekeh sebentar. "Hahaha, lo nuduh gue? Gue sibuk sama tim cheers gue, ngapain gue ngurus- ngurusin tu anak"
"Bukti dari video cctv udah ada. Gue udah nanya Wendy juga. Jelas- jelas lo yang nyerang dia. Sekarang mumpung gue masih baik, mending lo jawab kenapa lo nendang Wendy?" volume suara Chanyeol mulai naik.
Gadis di sebelahnya menggigit bibirnya sebelum menjawab. "Kenapa? Bukannya dah jelas ya? Dia selalu gangguin kita! Dia tuh perlu dikasih pelajaran, Yeol!"
"Dan gue udah bilang ke kalian semua kalo gue yang bakal ngurusin dia" Chanyeol mengalihkan pandangannya ke Eunji yang gemetaran melihat tajamnya tatapannya. "Kurang jelas apa lagi kata- kata gue?"
Eunji merasakan sebuah sensasi panas di matanya. "Lo kenapa marah banget gue tendang dia? Lo suka sama dia, hah?! Iya? Lo suka sama dia makanya lo marah gue hajar dia?!"
Chanyeol mencoba tenang dan tetap mengingat bahwa Eunji adalah perempuan. Eunji adalah temannya. Ia hanya akan menegur Eunji kali ini dan menyerahkan sisanya kepada sekolah. Ya, itu saja.
"Yang lo lakuin lebih brutal dari Bomi, makanya gue marah" jawab Chanyeol. "Wendy sampe masuk rumah sakit. Perdarahan dalam. Lo tau?"
"Waaah, gila, lo tau semuanya!" Eunji melihat ke langit supaya air matanya tak tumpah. "Jangan- jangan lo juga yang bayarin berobat dia? Iya?! Saking lo sukanya sama dia?!"
Chanyeol diam saja. Ia malas membalas omongan Eunji, karena ia takut akan emosi sendiri dan berakhir melukai temannya itu.
"Jawab gue, munafik!" air mata Eunji menetes satu demi satu menuruni pipinya. "Lo suka banget sama dia?! Bukannya lo yang kemaren gasuka dia campurin urusan lo, hah?! Lo munafik, Chanyeol! Lo manusia munafik!"
Chanyeol berdiri dari bangku taman yang sedari tadi didudukinya. Tak ada gunanya bicara dengan Eunji. Memang lebih baik menyerahkan semuanya pada pihak sekolah. Jika saja Wendy orang biasa, kasus ini mungkin tak akan diusut dan dibiarkan terkubur dengan sendirinya. Tapi Chanyeol tau papa Wendy bukan orang biasa, dan ia yakin Eunji akan ditindak sampai tuntas. Jadi sebenarnya ia tak perlu repot- repot.
"Gue cuma mau ngingatin lo aja, kelakuan lo sampah. Perbuatan lo itu keterlaluan" lelaki itu menatap Eunji terakhir kali sebelum berbalik. Ia benci melihat perempuan menangis di depannya, apalagi sekarang ia sedang tidak mau mengasihani Eunji.
"Dan asal lo tau, Eunji" ia menambahkan. "Gue emang suka sama dia. Suka banget, persis kayak yang lo bilang"
Ia kemudian melangkah menjauh dari Eunji, entah kenapa merasa lega setelah mengatakan kalimat terakhirnya. Ia tak tau kalimat itu benar- benar mewakili perasaan yang dipendamnya atau tidak, tapi yang jelas ia merasa dadanya lebih ringan setelah mengungkapkannya.
___________________
Wendy sedang menyantap sarapannya ketika tiba- tiba Joy muncul di pintu kamarnya. Ia hampir tersedak sup bening yang sedang dihirupnya, membuat Joy terbahak ringan.
"Ngapain lo disini? Bolos lo?" Wendy mengelap bibirnya dengan tisu yang disediakan bersama makanannya, lalu membuang tisu itu di dalam mangkok sup yang masih setengah penuh. Persetan dengan sup itu, dia benci makanan rumah sakit. Ia ingin makan masakan mamanya.
"Tadi gue telat bangun, pas nyampe sekolah gerbang dah ditutup. Daripada gue dihukum ama Pak Kyuhyun mending gue bolos" Joy meletakkan tas sekolahnya secara sembarangan di lantai, lalu duduk di sebelah tempat tidur Wendy. "Lo sendirian aja disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Sunshine [completed]
FanfictionWendy benci ketidakadilan. Di sekolahnya yang baru ia bertemu dengan Chanyeol, seorang bully yang selalu mengganggu teman sebangkunya, Sehun.