Chanyeol menguap dan meraba tempat tidur di daerah sebelahnya. Ia tak mendapati apapun, jadi matanya melebar sedikit untuk mengonfirmasi temuannya. Benar saja, Wendy tidak ada di tempat tidur.
Tatapannya teralih ke jendela kamar. Kondisi di luar masih gelap. Chanyeol bahkan ragu apakah pagi sudah menjelang atau belum.
"Wendy..." panggil Chanyeol dengan suara seraknya, persis seperti seorang balita yang memanggil ibunya karena mengompol di tempat tidur. Hanya saja ukurannya lebih besar. Iya, telapak tangannya.
Ia bangkit dari tempat tidur dan menemukan lampu kamar mandi yang mati, pertanda bahwa Wendy tidak ada di dalamnya. Jidatnya berkerut.
"Weeeen" panggilnya lagi, kali ini sambil berjalan ke luar kamar. "Mamaaa"
Chanyeol sudah mulai memanggil Wendy dengan sebutan 'mama' sejak mengetahui tentang kehamilan istrinya itu. Supaya anaknya yang lahir nanti terbiasa memanggil Wendy dengan panggilan 'mama' juga, katanya.
Sayup- sayup didengarnya suara denting piano dari ruang tamu. Ia mengarahkan langkahnya ke sumber suara setelah sekilas melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 3 pagi. Akhir- akhir ini, ia memang sering terbangun pagi- pagi sekali karena Wendy banyak bergerak dalam tidurnya. Tapi baru kali ini ia sampai harus bangkit dari tempat tidur untuk mencari istrinya itu.
Chanyeol tau piece yang dimainkan Wendy adalah Etude Op. 10 No. 3 milik Chopin, sebuah mahakarya yang pernah dipelajari setengahnya oleh Chanyeol. Saat itu ia menyerah karena mengaku belum pernah melihat simbol sharp, flat dan natural sebanyak itu dalam satu partitur.
Wendy memainkan bagian yang dimaksud Chanyeol dengan penuh kemarahan. Jari- jarinya menari di atas tuts piano dengan sangat kaku karena emosinya yang meluap- luap, tapi nada yang dihasilkannya tetap sesuai dengan partitur di depan matanya.
Dari sudut pandang Chanyeol, ia terlihat seperti sedang menggebuk- gebuk piano dengan kedua tangannya dan mengeluarkan nada- nada merdu dari sana. Chanyeol sendiri kurang tau apa yang memicu amarah Nyonya Park sampai seperti ini. Sepengetahuannya, Wendy tak pernah mengalami hari buruk di tempat kerja. Ia memang sering kelelahan sepulang kerja, tapi ia tak pernah pulang dengan hati kecewa, apalagi marah. Hal itu jugalah yang membuat Chanyeol tak tega memintanya cuti total dari pekerjaannya. Lelaki itu tau, berada di rumah sepanjang hari tak akan membuat Wendy lebih senang daripada bekerja di dapur hotel.
Chanyeol terus memperhatikan Wendy yang memunggunginya. Bahkan setelah ia memasuki bagian partitur yang agak tenang, wanita itu masih jelas kelihatan marah. Musik yang didengarkan Chanyeol masih penuh dengan emosi, semua not yang keluar dari piano itu terdengar patah- patah dan penuh paksaan.
Bermain piano adalah salah satu hobi Wendy. Tak pernah sekalipun Chanyeol melihat istrinya itu marah- marah saat melakukan hobinya, baik itu bernyanyi, memasak, bermain piano, atau menggelitiki telapak kaki Chanyeol. Apalagi saat bertukar kecupan dengannya, tapi Chanyeol tak akan membahas itu sekarang.
Wendy sudah selesai dengan permainannya. Kepalanya tertekuk ke bawah dan kedua tangannya beristirahat di sisi tubuhnya. Napasnya terengah, bahunya naik- turun dengan irama konstan. Chanyeol melangkah perlahan ke belakang wanita itu.
Dengan lembut direngkuhnya kedua pundak Wendy dan diletakkannya dagunya di ceruk leher istrinya itu. Posisi berdirinya agak kurang nyaman untuknya, tapi tidak masalah. Ia tidak peduli. Satu- satunya hal yang ingin diperbaikinya sekarang adalah suasana hati Wendy.
"Masih pagi banget lho ini..." bisiknya sembari mengeratkan pelukannya. "Bobok lagi yuk?"
Wendy melingkarkan jari- jarinya di tangan kekar Chanyeol. Belakangan ini hatinya gusar dan emosinya sulit dikendalikan. Jika menemukan suatu situasi yang membangkitkan amarahnya, Wendy tidak akan langsung marah. Ia malah biasa- biasa saja, tak menyimpan dendam sedikitpun. Tapi suatu saat, ia bisa tiba- tiba teringat kejadian yang sama dan jengkel sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Sunshine [completed]
FanfictionWendy benci ketidakadilan. Di sekolahnya yang baru ia bertemu dengan Chanyeol, seorang bully yang selalu mengganggu teman sebangkunya, Sehun.