Chapter 22: Prom

5.2K 498 72
                                    

"Bagusnya blush on yang agak pink atau agak coklat ya?"

"Pink aja biar cerah"

"Coklat lah biar dewasa dikit, aelah mau pergi prom apa ultah chaki?"

"Ya biasa aja bu, gausah jadi mencela pilihan saya ya"

Yeri menendang kaki panjang Joy setelah berbicara. Gadis itu mengaduh kesakitan. "Yeri astaga barbar banget jadi perempuan!!!"

"Heh berisik!!!" Irene menghentikan perkelahian kecil- kecilan kedua adik kelasnya itu. "Gue pake peach aja udah, daripada berantem lo bedua!" diambilnya wadah blush on berwarna peach dari organizer make upnya, lalu disapukannya brush yang sedang dipegangnya ke blush on itu.

"Mampus, hihihi" Seulgi yang sedari tadi duduk di tempat tidur Wendy tertawa geli melihat Yeri dan Joy yang dimarahi oleh Irene. Kedua gadis itu langsung melotot ke arahnya.

Mereka berempat (sebenarnya hanya Irene) sedang merias Wendy untuk acara prom yang akan dihadirinya bersama Chanyeol. Wendy memanggil mereka semua untuk membantunya bersiap- siap. Mereka berlima sudah berbelanja gaun pada hari sebelumnya, tentu saja dengan suasana yang sama. Yeri dan Joy yang terus menerus bertengkar, Irene yang mencoba melerai mereka, Wendy yang berkonsentrasi memilih gaun, dan Seulgi yang hanya diam mengamati sambil sesekali memberi pendapat.

"Liptint lo warna merah aja ya, biar sewarna sama gaun lo" Irene mengambil sebuah liptint dari organizernya, tapi Wendy menggeleng.

"Warna nude aja Rin, gue nggak mau terlalu wah banget"

"Tapi rambut lo yang gagal bleach ini kalo dipaduin sama lipstick nude kurang cocok Wen menurut gue. Muka lo jadi terlalu pucet jadinya" komentar Irene. Wendy mengerucutkan bibirnya mendengar kritikan pedas Irene tentang rambutnya yang baru diombre coklat- blonde dua hari yang lalu.

"Yaudah warna peach aja, samain sama warna blushnya. Btw Rin, rambut gue nggak gagal bleach" ujarnya.

Irene memiringkan kepalanya, menimbang- nimbang pilihan warna yang diajukan Wendy. "Campur merah dikit ya? Dikiiiit aja, biar lebih keliatan gitu. Ya ya ya?"

"Yaudah" Wendy mengangguk.

Irene lalu mengambil liptint berwarna peach dan merah dari organizernya. Pertama- tama ia mewarnai bibir Wendy dengan warna peach seluruhnya, lalu ia menimpa warna peach itu dengan liptint merah. Sedikit saja, seperti kemauan Wendy.

"Gini gimana?" Irene melepas wajah Wendy. Gadis itu lalu melihat bayangan dirinya sendiri di cermin.

"Naaais" Wendy memuji hasil kerja Irene terhadap dirinya. Memang tak salah ia memilih Irene sebagai MUA- nya. Temannya itu jelas tau apa yang ia mau ketika ia berkata ingin dirias sesederhana mungkin.

Wendy tau ini bukan prom angkatannya dan ia hanya bertindak sebagai tamu. Dan bukannya bermaksud sombong, tapi ia tau kalau ia benar- benar all out dari riasan, gaun, sepatu, sampai aksesorisnya, ia akan menjadi pusat perhatian utama. Ia masih menghormati para kakak kelasnya (dan ia juga tak suka menjadi pusat perhatian), makanya ia tak mau itu sampai terjadi.

"Sekarang rambut ya. Mau diapain rambut lo yang gagal bleach ini?" Irene kembali mengungkit opininya tentang rambut baru Wendy.

Wendy memasang ekspresi kesal. "Gak gagal bleach, buuuu. Emang warnanya giniiii" balasnya sewot. Irene terkekeh.

"Yaudah rambutnya mau diapain princess? Ikat tinggi kayak Ariana Grande?"

"Gue dong" celetuk Yeri. Irene memutar bola matanya jauh- jauh sampai ia melihat otaknya sedikit.

"Ga usah diapa- apain deh, gerai aja" jawabnya.

"Hah? Sederhana sih sederhana tapi nggak gerai juga kali bu, tar nyangkut di kipas angin loh rambutnya" protes Irene.

Dear Sunshine [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang