Chapter 12: Jalan Berdua

4.6K 503 20
                                    

"Chanyeol!"

Chanyeol berkedip beberapa kali. "H-- hah? Iya?"

"Lo dateng ke kamar gue, bilang mau curhat, terus tiba- tiba ngelamun! Lo jadi curhat apa kaga?" tanya Yoora galak. "Nungguin lo ngelamun mending gue tidur aelah"

Lelaki itu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur kakaknya diiringi tatapan aneh dari Yoora yang duduk di kursi belajar. Gak biasanya Chanyeol manja- manjaan kayak gini. Terakhir kali paling waktu dia putus sama mantannya. Itu juga udah lama.

"Lo mau curhat tentang si blasteran itu?" Yoora melembutkan suaranya sambil berjalan ke arah tempat tidurnya. Ia hanya menebak- nebak, tapi sepertinya tebakannya benar karena Chanyeol tidak menjawab. "Mukelo kenapa lagi lebam- lebam? Dipukul sama dia?"

"Ditampar" jawab Chanyeol singkat. Yoora mendudukkan pantatnya di lantai, lalu memeriksa wajah Chanyeol yang dihiasi lebam di bagian pelipisnya.

"Lo bedua hardcore banget ya hubungannya, ampe tampar- tamparan" Yoora mengelus lebam itu, membuat Chanyeol meringis sedikit. "Ngeri juga gue"

"Gue kesel banget sama dia kak" Chanyeol menghela napas panjang. "Gue kesel banget kalo dia dah ikut campur urusan gue. Jadi ya gue bales lah bikin dia kesel juga"

Yoora mengangguk.

"Tapi nggak tau kenapa..." ia mengingat- ingat peristiwa tadi sore di ruang ganti lapangan basket. "Kalo gue ngusilin dia sampe dia kayak pasrah gitu, gue jadi nggak tega..."

Wanita itu menunggu Chanyeol bercerita lagi, tapi adiknya itu mempertahankan diamnya. Jadi Yoora angkat bicara. "Ya itu wajar. Secara lo njahilin cewek. Lo punya soft spot tertentu buat cewek Yeol, terutama karena lo anak cowok satu- satunya di rumah ini"

Chanyeol menutup matanya. Mungkin kakaknya benar. Dari dulu ia memang tak bisa melihat wanita menderita. Tak heran ia putus dengan mantan- mantannya atas keputusan sepihak dari para wanita tersebut dan bukan dirinya. Chanyeol menghargai semua perempuan di dunia, tidak terkecuali Wendy.

"Emang lo apain dia sampe dia nampar lo?"

Pertanyaan Yoora membuat Chanyeol malu terhadap dirinya sendiri. Terhadap apa yang dilakukannya. Memaksa dan menyudutkan Wendy bukanlah sesuatu yang patut ia banggakan. Terutama dengan latar belakangnya sebagai seorang lelaki yang benci melihat wanita tersakiti.

"Ada lah. Kakak nggak usah tau" ujarnya.

"Heeeee?" alis Yoora bertaut. "Tadi katanya mau curhat? Sekarang rahasia- rahasiaan? Emang lo apain dah?"

Chanyeol membenamkan wajahnya ke dalam bantal, membuat kakaknya semakin heran. Chanyeol yang sok imut seperti ini adalah sebuah pemandangan baru baginya.

"Lo ngapa? Nggak usah sok kecentilan gitu" Yoora memukul lengan adiknya pelan. Chanyeol langsung bangkit dari posisi tidurnya.

"Dah ah kak, gue balik kamar dulu. Cape" lelaki itu berdiri dari tempat tidur dan melesat keluar dari kamar Yoora menuju kamarnya. Kakaknya itu tak memalingkan tatapannya sedetikpun sampai seluruh badan Chanyeol menghilang di balik pintu.

______________


Chanyeol
hari ini latian basket. jam 10 mulai

Chat itulah yang menjadi dasar Wendy pergi ke sekolah hari Minggu pagi. Entah dari mana Chanyeol mendapat id LINE nya, ia tak peduli dan tak mau tau.

Sebenarnya chat yang dikirim jam 9 pagi itu membuat Wendy merutuk tak henti- hentinya, pertama karena terlalu mendadak. Kedua karena ia sudah punya rencana dengan Mark yang terpaksa harus dibatalkan, yang mengarah ke alasan ketiga yaitu ia harus bohong ke Mark karena Mark masih belum tau tentang status barunya sebagai manajer tim basket sekolahnya. Dan kalau lelaki itu sampai tau... Entahlah.

Dear Sunshine [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang