28

217K 5K 102
                                    

Malam hari pun tiba, terlihatlah sepasang suami istri yang sedang berbaring di satu ranjang yang sama.

Leon yang sedang menyandarkan setengah tubuhnya di kepala ranjang dan membaca buku tentang bisnis, dengan Liora yang menyandarkan kepalanya di dada bidang Leon, melingkarkan tangannya di pinggang suaminya.

Leon hanya fokus membaca bukunya, sedangkan Liora sedari tadi menggoda dirinya, mulai dari mengusap-usap dada bidangnya hingga perut eight pack nya.

Liora merebut dengan lembut buku yang sedang Liora baca kemudian menyimpannya ke sisi ranjang.
Lalu Liora mengarahkan wajah Leon untuk menatapnya. Liora sangat bersyukur memiliki Leon, ketampanannya di atas rata-rata, mapan, dan sangat dia cintai.

Liora mengusap pipi Leon, sedangkan Leon menatap ke tangan Liora yang mengusap pipinya lalu dia menatap datar Liora.

Liora tersenyum pada Leon. Lalu dia naik mengangkangi Leon, Leon yang posisinya setengah berbaring pun dapat melihat jelas kilatan gairah dari mata Liora.

"Aku rindu sentuhanmu, honey." Liora berbisik di telinga Leon. Leon mengernyit, kenapa Liora bisa se-liar ini?.

Tanpa basi-basi Liora langsung mencium bibir merah dan penuh suaminya itu, Leon terkejut sekejap, tetapi kemudian dia membiarkan Liora menjajah bibirnya.
Leon hanya diam tanpa membalas ciuman Liora.

Liora memaksa Leon membuka bibirnya, Leon pun menuruti kemauan Liora, dan kemudian lidah mereka bertemu. Saliva mereka pun sudah menyatu.

Tiba-tiba Leon mendorong tubuh Liora, hingga menjauh dari atas tubuhnya.
Kemudian Leon menurunkan kakinya kelantai dan mencengkram rambutnya.

Pikirannya kacau, hampir saja dia kehilangan kendali dan menyetubuhi Liora. Cukup, hanya malam pertama mereka saja Leon menyentuh Liora.
Dan untungnya Liora belum hamil sampai saat ini, itu karena Liora tidak menyadari bahwa saat mereka melakukan malam pertama Leon membuat Liora mabuk dan melakukannya menggunakan pengaman, sehingga sampai saat ini Liora belum juga hamil.

Leon merasakan Liora memeluk dadanya dari belakang. "Kenapa hont? Kau tidak merindukanku?" Tanya Liora suaranya di buat kecewa.

"Kau tidak ingin memberi ayahmu cucu?" Orangtua yang dimiliki Leon saat ini hanyalah ayahnya, ibunya telah meninggal dunia saat melahirkannya, saat hari pernikahannya pun ayahnya datang saat pernikahannya sudah selesai, ayahnya Franklin Hemsworth seorang pria yang gila kerja, setiap waktunya dia habiskan untuk bekerja, itu semua dia lakukan agar dia tidak terus teringat mendiang istrinya.

"Ck, jangan membahas pria tua itu Liora." Hubungan Leon dan ayahnya memang kurang baik.
"Baiklah hont, aku melakukan ini agar kau tidak pergi meninggalkanku, aku sangat mencintaimu hont, kau mencintaiku juga kan?" Tanya Liora, dia menyandarkan kepalanya pada punggung Leon.

"Liora?" Tiba-tiba suara Leon menjadi sedikit berat. "Hmm..?" Liora membalas dengan deheman, dia masih setia menyandarka kepalanya di punggung Leon.

"Bagaimana....jika aku pergi meninggalkanmu?"

Liora sedikit tersentak, tetapi tubuhnya kemudian rileks kembali.

"Haha, kau tidak akan melakuakan itu hont."

"Bagaimana jika aku melakukannya?."

"Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi Mr. Hemsworth, karena kau adalah suamiku, kenapa kau bertanya seperti itu Leon? Apa kau akan meninggalkanku?"

"Bagaimana jika aku mengatakan 'iya' "  Leon menekan kata 'iya' pada ucapannya.

"Aku tidak sanggup jika hal itu terjadi, mungkin aku akan mati."

"Kenapa kau harus mati?"

"Karena untuk apa aku hidup, jika seseorang yang menjadi alasanku untuk tetap hidup sudah tidak menginginkanku lagi."

"Huft.. kau harus tetap hidup Liora." Leon menghela napas berat. "Dengan atau tanpa adanya aku disisimu, kau harus tetap hidup, hidupmu sangat berharga, jangan kau sia-siakan hidupmu hanya untuk diriku Lio."

Setelah mengatakan itu Leon pun pergi meninggalkan Liora sendiri didalam kamar.

Aku semakin tidak mengerti dirimu, hont. Liora membatin.

-----------

Pagi pun tiba..

Setelah kejadian semalam, Leon tidak kembali lagi ke kamar dia tidur di ruang kerjanya. Saat bangun posisinya kepalanya tenggelam dalam lipatan tangannya di atas meja kerja.

Leon melirik jam. Puku 09.30 am. Sedari tadi Amanda terus menelepon Leon. Dan akhirnya Leon mengatakan bahwa dirinya tidak bisa masuk ke kantor karena kepalanya merasakan sakit, Leom serius dengan mengatakan bahwa dia kepalanya benar-benar pusing dan sakit.
Mungkin ini efek karena dia sering telat tidur.

Leon berjalan ke arah kamar mandi yang berada di ruang kerjanya, dia putuskan untuk membersihkan dirinya, agar pikirannya fresh lagi, dan rasa sakit di kepalanya berkurang.

-----------

Leon keluar dari ruang kerjanya, tanpa sengaja matanya menatap Jazmine yang sedang turun menuruni tangga.

Leon pun menghampiri Jazmine, " kau tidak kuliah?" Tanya Leon dengan rambut yang masih basah dan di sisir ke belakang. "Bagaimana aku akan kuliah jika kau saja tidak masuk kerja, kau kan tidak memperbolehkanku untuk di anatar oleh siapapun selain dirimu."
Jazmine menjelaskan dengan wajah kesal, dan itu membuat Leon terkekeh karena tingkah wanitanya yang menurutnya sangat lucu itu.

Leon mengacak-acak rambut kepala Jazmine dengan lembut. "Ya sudah maafkan aku, kepalaku sedikit sakit, jadi aku terlambat bangun."
Leon menatap Jazmine lembut.

"Kepalamu sakit, apakah kau baik-baik saja?" Raut wajah Jazmine terlihat cemas, "kau mengkhawatirkanku sweety? Tenang saja rasa sakitnya sudah hilang kok, itu karena aku melihatmu jadi semua rasa sakitku jadi hilang." Jazmine terkekeh geli mendengar ucapan Leon yang lebih bermaksud pada gombalan itu.

Tapi Jazmine ingat pada tujuan utamanya untuk segera pergi meninggalkan penthouse ini.

"Oh iya, tadi Amanda meneleponku bahwa aku ada perjalanan bisnis ke Australia selama 2 minggu, dan aku akan berangkat besok pagi, ku harap kau mau ikut." Leon mulai menatap serius Jazmine.

"Uhm.. aku tidak bisa Leon, kau kan tahu aku harus kuliah, aku tidak bisa meninggalkan kuliahku begitu saja."

"Kau kan bisa izin, dan untuk urusan itu aku bisa mengizinkanmu."

"Aah..tidak-tidak, aku tidak ingin tertinggal pelajaran, lebih baik kau ajak saja kak Liora, dia pasti senang, lagi pula kan katanya kak Liora ingin segera mempunyai anak, kalian bisa sekalian melakukan honeymoon di sana." Suara Jazmine sedikit tercekat saat mengatakan kalimat terakhirnya. Bagaimanapun dia sudah ada kesempatan untuk pergi dari penthouse ini.

Rahang Leon mengeras saat mendengar ucapan Jazmine, Leon segera mencengkram kedua bahu Jazmine dan menyudutkannya di tembok.

"Apa-apan kau ini sayang? Mulut manismu itu harus degera di beri hukuman." Setelah mengatakan itu Leon langsung mengecup bibir Jazmine sedikit kasar, melumat, mengulum, dan mencecapnya tanpa ampun.

Hingga suara gelas pecah menghentikan aktivitas mereka.
Leon pun menoleh ke arah sumber suara gelas pecah itu. Ternyata itu adalah seorang maid yang sedang berdiriematung dan menutup mukutnya dengan tangan, mungkin dia syok melihat adegan Leon dan Jazmine. Leon pun langsung menberi tatapan mengancam pada maid itu, seolah dia mengatakan 'jangan beri tahu siapapun, atau aku akn memecatmu!' Akhirnya maid itu pun pergi dan meminta maaf.

Sedangkan Jazmine hanya diam mematung dengan bibir yang merah membengkak.



Bersambung...

Affair With Brother in-law Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang