27

214K 5.2K 96
                                        

Logan pov

Shit!

Saat ini aku sudah terlambat sekali untuk menghadiri meeting dengan perusahaan Hemsworth corp. Itu terjadi karena ada kesalahan di apartemenku yang cukup besar.
Sehingga aku harus turun tangan untuk menanganinya.

Braxton Apartment, adalah salah satu apartemenku yang sangat mewah di kota ini. Ya.. selain aku mengurusi perusahaan, aku juga memiliki beberapa bisnis di bidang perhotelan, restoran, dan apartemen.

Seharusnya saat ini aku sudah ada di kantor Leon, tetapi karena masalah besar ini aku jadi terlambat.

Ku percepat langkahku, aku pun berusaha mencari ponselku yang ada di balik jas, ku tundukan sedikit kepalaku agar aku bisa lebih leluasa mencarinya.

Tiba-tiba ku rasakan tubuhku bertubrukan dengan seseorang, ternyata dia seorang gadis, gadis itu hampir jatuh, segera saja aku menangkap tubuhnya agar dia tidak terjatuh ke lantai yang keras itu.

Aku lihat dia sedikit mendongak dan dia menatapku sebentar, aku pun membalas tatapannya, dia cantik, sangata cantik.

Lalu tiba-tiba dia mencoba untuk berdiri, aku pun mencoba menanyakan keadaannya, dan dia menjawab bahwa dia baik-baik saja. Suaranya lembut, sorot matanya sangat teduh, dia gadis yang baik.

Lalu aku pun berpamitan padanya, karena aku harus cepat-cepat pergi untuk meeting.

Shit! Umpatku lagi, ku lihat arlojiku dan kini aku sudah terlambat 30 menit.

---------------

Jazmine pun pulang pukul 5 sore, langsung saja dia melangkahkan kakinya untuk segera masuk ke dalam penthouse mewah itu. Di sepanjang jalan menuju penthouse ada beberapa penjaga dan maid yang menyapanya, dan Jazmine hanya tersenyum.

"Darimana saja kau?."
Baru saja Jazmine masuk, tiba-tiba terdengar suara bariton, tegas dan penuh penekanan. Ternyata itu adalah Leon, dia berdiri di dekat tangga.

"A..aku habis menjenguk teman." Sungguh Jazmine kali ini mulai gelagapan, melihat tatapan Leon yang sangat tajam dan mengintimidasi. Padahal ini masih sore, kenapa Leon sudah pulang?

"Siapa?" Tanya Leon lagi, suaranya masih penuh penekanan.
"Mmh..mm..Victoria." ugh, I'm sorry Vic, aku harus melibatkanmu. Batin Jazmine.

Leon menghela napas berat dan mulai mendekat menghampiri Jazmine. "Kau tahu aku sangat merindukanmu sayang." Leon tiba-tiba memeluk erat Jazmine, hingga Jazmine hampir terhuyung ke belakang.

"Leon, lepas nanti ada yang melihat."
Jazmine berusaha melepaskan tangan Leon yang tengah melingkar erat di pinggangnya. Bukannya melepaskan, Leon malah menelusupkan kepalanya ke leher Jazmine dan memeluk Jazmine semakin erat.

Jazmine heran kenapa Leon jadi manja seperti ini, tiba-tiba Leon melepaskan pelukannya, dan dia langsung menarik Jazmine ke halaman belakang penthouse nya, di halaman belakang penthouse terdapat taman yang sangat luas dan indah.

Tidak ada penjaga yang berjaga disini, sehingga tidak ada yang melihat Jazmine dan Leon yang tengah bermesraan. Jazmine tidak tahu bahwa sebenarnya Leon sudah menyuruh para penjaga dan maid untuk tidak melewati ataupun berjaga di halaman belakang rumah, dan tentu saja para penjaga dan maid menurutinya.

Leon menarik Jazmine ke arah bangku taman, Leon pun menarik Jazmine untuk duduk di pangkuannya.

"Leon, lepaskan jangan seperti ini."
Jazmine berusaha bangkit namun di tahan oleh Leon, "syutt, diamlah sayang." Dan Leon pun menatap Jazmine intens.

Jazmine yang di tatap seperti itu pun merasa pipinya memanas, lalu dia memalingkan wajahnya.

Leon gemas melihat Jazmine yang sedang tersipu malu itu, di pegangnya dagu Jazmine, mengarahkannya untuk menatap matanya.

"Kau tersipu sugar? Oh manis sekali." Leon mengusap-usap pipi Jazmine yang masih memerah.

"Leon aku takut kak Liora..--"

"Syutt, biarkanlah dia melihat kita."

Jazmine sontak memelototkan matanya. "Kau ini apa-apan sih," Jazmine berusaha untuk bangkit dari pangkuan Leon, tetapi Leon kembali menahannya.

"Lepaskan aku Leon!"

"Tetap di pangkuanku atau aku akan menyetubuhimu disini sekarang juga." Memdengar ancaman Leon Jazmine pun akhirnya kembali duduk di pangkuan lelaki bermata cokelat gelap itu.

"Good girl." Leon tersenyum melihat tingkah penurut wanitanya.
Lalu tatapannya beralih pada perut rata Jazmine.
Mengusapnya dengan perlahan, sorot matanya berubah menjadi lembut.

"Kapan kau akan hamil?" Leon masih setia mengusap perit Jazmine, doa sangat berharap sesuatu tumbuh di dalam sana, yang kemudian akan mempersatukannya dengan Jazmine.

"Apa aku harus sering-sering melakukannya agar kau cepat hamil." Leon menarik tengkuk Jazmine menempelkan dahi mereka berdua, dan semakin memepererat pelukannya pada pinggang Jazmine, kini posisi Jazmine duduk mengangkangi Leon.

"Katakan padaku Jaz, apa kau bersedia mengandung benihku, bayiku, anak kita berdua?"

"A-a-a.. kau tidak perlu menjawab. Mau atau tidak kau harus tetap mengandung anakku, dan setelah itu kita akan hidup bahagia."

Jazmine masih tetap diam tak bergeming. Sungguh kini fia sibuk menenangkan jantungnya yang tengah berdegup kencang.

"Aku akan menceraikan Liora."
Jazmine langsung menjauhka  wajahnya dari Leon.

"Le..Leon." Jazmine syok dengan apa yang Leon katakan.

"Liora hanya jalan untukku mendapatkanmu."

"Kalau kau tidak mencintai kakakku, kenapa kau menikahinya?" Jazmine sedikit kecewa dengan leon. Bagaimanapun Liora adalah kakakknya.

"aku mencintainya Jazmine. Tetapi saat aku melihatmu semua rasa cintaku untuknya seakan hilang tidak tersisa. Dan kini aku hanya menginginkanmu. Saat itu aku tidak enak untuk membatalkan pernikahanku bersama Liora, aku tidak ingin membuat almarhum orangtuamu benci terhadapku, jika saja dulu aku langsung membatalkan pernikahan dengan Liora dan menikah denganmu. Akhirnya aku putuskan untuk menikahi Liora, dan hanya dengan cara itu aku bisa mendekatimu dengan tanpa membuat kedua orangtuamu membenciku. Lalu aku akan membuatmu hamil, dan aku akan mengatakan kepada kedua orangtuamu jika mereka masih ada, aku akan mengatakan bahwa aku yang telah menghamilimu, dan aku akan bilang aku siap untuk menikahimu, dan aku tidak ingin kau dinikahi oleh siapapun. Aku tidak peduli dengan Liora, meskipun nantinya kedua orangtuamu tidak setuju untuk menikahkanmu denganku aku akan tetap menikahimu."

Jazmine tertegun mendengar penuturan Leon, betapa liciknya pria lni, tak sadarkah dia telah mempermainkan kedua wanita.

"Lalu jika nantinya kak liora hamil dan aku juga hamil kau akan memilih siapa Leon?! Kau jangan egois." Jazmine sedikit berteriak pada Leon.

"Tentu saja aku akan memilihmu, dan aku akan mencoba menjelaskan kepada liora kenapa alu memilihmu."

Jazmine bangkit dari pangkuan Leon, lalu dia berlari ke dalam penthouse. Dia perlu menenangkan pikirannya saat ini.

Dalam hati Jazmine berkata sambil membayangkan wajah Liora 'maaf kak aku sudah mengkhianatimu.'

Dan bolehkah aku egois? Bahwa kini aku juga mulai mencintai suamimu.




Bersambung...

Affair With Brother in-law Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang