36

203K 5K 91
                                        

Jazmine bangun dengan badan yang terasa remuk. Bagaimana tidak? Semalam saat Leon mengetahui dirinya telah mengkonsumsi obat pencegah kehamilan, Leon menyetubuhinya dengan kasar.

Jazmine tersenyum miris, melihat Leon masih terbaring di sampingnya, Jazmine segera turun dari kasur king size itu, melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi, dan dia mulai membersihkan tubuhnya.

Setelah beberapa menit Jazmine berada di kamar mandi, dia pun akhirnya krluar dengan jubah mandi melilit di tubuh sexy nya.

Tiba-tiba Jazmine merasakan tubuhnya di rengkuh dan di peluk dengan begitu erat, kepalanya di sembunyikan di balik dada bidang orang yang memeluknya.
Siapa lagi? Kalau bukan Leon.

"I'm sorry for last night, baby." Leon mengusap kepala Jazmine, sesekali mencium puncak kepalanya.
"Aku tidak bermaksud kasar padamu, kau duluan yang memancing emosiku, dan jangan pernah lagi kau menyentuh apalagi meminum obat sialan itu lagi." Lanjut Leon. Jazmine menghembuskan napas berat, lalu dia melepaskan pelukan Leon.

Jazmine langsung berjalan menuju lemari pakaian yang sudah tersedia beberapa pakaian wanita, dan meninggalkan Leon, Leon pun menghembuskan napas berat, dia putuskan untuk membersihkan dirinya dulu, agar pikirannya pun ikut fresh kembali.

Sebutlah aku egois, saat aku telah menemukan orang yang telah menjadi tujuan hidupku, aku akan melakukan apapun untuk bisa mendapatkannya dengan cara paling licik sekalipun.

---------------

Liora POV

Aku cemas sekaligus bingung, Leon dan Jazmine masih belum pulang juga, kemarin Hendrick memberitahu padaku, bahwa Jazmine sudah di temukan dan kini dia sedang bersama Leon.

Tapi sejak kemarin, kenapa mereka belum pulang ke penthouse juga? Kemana Leon membawa Jazmine? Aku sungguh mengkhawatirkan mereka berdua.

Kemarin juga ayah, *ayah Leon* datang ke sini, beliau bilang dia ingin bertemu Leon, dan terpaksa aku menceritakan semua yang terjadi padanya. Dan setelah itu ayah pun pamit pulang.

Ayah memang terkesan dingin dan cuek, tetapi di balik itu semua, sebenarnya dia sangat peduli.

Aku sudah beberapa kali menghubungi ponsel Leon, tetapi selalu saja tidak aktif bahkan tidak di angkat.

Leon kau kemana sih? Batin Liora.

--------------------

"Hey Aland, kau ini kenapa sih? Dari tadi melamun saja?." Victoria menghampiri Aland yang sedang duduk termenung di bawah pohon belakang kampus mereka.

"Tidak. Aku hanya sedang memikirkan Jazmine."

"Iya, kemana ya dia? Sudah beberapa hari tidak masuk? Ku telfon juga tidak di angkat."

"Hmm.. aku khawatir terjadi sesuatu padanya." Ucap Aland menatap Victoria yang duduk di sampingnya.

"Aku juga khawatir, semoga dia baik-baik saja." Ucap Victoria membalas tatapan Aland.

Andai kau tahu perasaanku yang sebenarnya Al, aku sangat mencintaimu, tapi aku takut persahabatan kita akan berakhir jika aku mengungkapkannya, kau juga lebih menyukai Jazmine, terus aku bisa apa kalau sudah begini?. Victoria berbicara dalam hati.

-----------------

"Leon?" Jazmine memanggil Leon yang sedang berkutat dengan laptop nya itu.

"Hmm?" Leon hanya bergumam untuk menanggapi Jazmine.

"Kapan kita akan pulang ke penthouse?"

"Kenapa kau ingin pulang?"

"Yaa.. aku bosan disini."

Leon menutup laptop nya dan melepaskan kacamata yang tadi di pakainya.

"Tinggalah beberapa hari lagi disini, anggaplah kita tengah berbulan madu." Leon menjawab enteng. "Apa-apaan kau ini, lagian siapa yang sudah menikah?." Jazmine menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya, dan memalingkan wajahnya.

Leon hanya menatap wanitanya yang tengah merajuk, "lagian apa kau tidak takut, kalau nanti kak Liora curiga, kau kan hanya menyuruh Hendrick untuk memberitahunya bahwa aku sudah di temukan saja." Ucap Jazmine lagi, yang kini mulai menatap Leon.

Saat Leon akan menjawab, tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar kamar.

"Permisi tuan, tuan Franklin datang, dan beliau memaksa ingin bertemu dengan anda."

Itu suara Ludwig, shit! Mau apa pak tua itu? Leon bertanya pada dirinya sendiri.

"Kau, tetaplah disini, jangan kemana-mana." Ucap Leon pada Jazmine

Leon segera beranjak dari kasur dan menuju ke luar.

Saat sudah ada di depan pintu kamar yang sudah tertutup itu, Leon langsung berhadapan dengan Ludwig.

"Kenapa pak tua itu bisa datang kesini? Kan sudah ku bilang jangan biarkan dia masuk." Ucap Leon kesal.

"Maaf tuan, tapi tuan Franklin memaksa, saya dan para penjaga juga sudah memberitahu pada beliau, tetapi beliau tetap memaksa." Ucap Ludwig menjelaskan.

"Baiklah, kau boleh pergi."

"Permisi, tuan." Ludwig segera pergi, dan Leon segera menghampiri ayahnya itu.

--------------------

"Mau apa kau kemari?" Ucap Leon saat dia sudah berhadapan dengan ayahnya.

"Oh apa begini caramu menyambut ayahmu, son?" Ucap Franklin berbasa-basi.

"Jangan berbasa-basi, aku tidak ada waktu untuk itu! Cepat jelaskan apa tujuanmu kemari?" Leon menatap tajam pada ayahnya.

"Tenanglah son, aku hanya rindu pada putraku yang sudah lama tidak aku temui, dan ku dengar kau sedang ada masalah, ku dengar adik iparmu itu kabur dari penthouse?"

"Bukan urusanmu!"

"Dan apakah sekarang dia ada disini?."

Rahang Leon mengeras dan kedua tangannya mengerat sudah siap memukul, kalau saja orang yang di depannya ini bukan ayahnya, Leon tak akan segan untuk melayangkan tinjunya pada pria tua itu.

"Jangan campuri urusanku, pak tua! Uruslah urusanmu sendiri! Dan jika tidak ada hal penting yang akan kau sampaikan, silahkan keluar dari mansion ku."

"Jangan mencoba bermain api Leon, jika kau tidak ingin terbakar."setelah mengatakan itu, Franklin pun pergi dari mansion Leon.

Leon mengatur amarahnya yang hampir meledak, sedari dulu pria tua itu selalu saja mencampuri urusannya, berpura-pura sok peduli, dan itu semua membuat Leon muak.

Tanpa Leon sadari, sedari tadi Jazmine mengintip percakapannya dengan ayahnya itu.



Bersambung...

I'm sorry for typo :)

Affair With Brother in-law Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang