"Aku dan dia, tidur bersebelahan satu sama lain. Meskipun terhalang oleh dinding, tapi tetap saja aku tidak nyaman." gumam Ten pelan. Ia kembali mendongakan kepalanya menatap pemuda di hadapannya yang tengah membelakanginya dan terfokus pada ponselnya.
"Apa kami akan selalu seperti itu setiap malamnya?" Ten bertanya pada dirinya sendiri dengan wajah horornya.
"SHIT!!" tiba-tiba saja Ten berteriak, membuat pemuda di hadapannya membalikan tubuhnya dan menatapnya dengan tajam.
"Apa?" tanyanya dengan datar.
Ten menutup mulutnya terkejut. Ia semakin menatap horor pemuda di hadapannya dan bergumam. "Ap-apa aku berbicara terlalu kencang?"
●●●
Ten memiliki rasa ketakutan berlebihan dengan laki-laki. Meskipun ia sendiri adalah seorang laki-laki, tetap saja ia memiliki rasa takut yang tinggi. Terkadang ia tertawa miris jika mengingat hal seperti itu. Mungkin akan terasa aneh saat seorang laki-laki memiliki ketakutan jika di dekati oleh laki-laki lainnya.
Ten berjalan cepat saat pintu lift yang hampir saja tertutup. Ia dengan cepat menahan lift tersebut dengan kaki dan juga tangannya.
"Rrrrgghhh c'mon! Aku harus keluar dari sini!" Ten berusaha mengeluarkan tubuhnya yang hampir terjepit lift.
"HEY! What's wrong with you?"
Ten mengabaikan teriakan pemuda yang berada satu lift dengannya tadi. Ia bahkan dengan cepat berlari ke arah tangga darurat yang berada tepat di samping lift. Pemuda tampan itu sendiri hanya menatap bingung Ten yang sudah berlari dengan kencang, setelahnya ia hanya menggedikan bahunya acuh dan kembali masuk ke dalam lift.
"Hah~ Hah~ Hah~" nafas Ten tersenggal-senggal karena ia berlari cukup kencang untuk menghindari pemuda di sampingnya tadi. Ia memelankan langkah kakinya dan memegang dadanya berusaha mencari nafas sebanyak mungkin.
"Aku tidak bisa bernafas! Selalu saja seperti ini saat aku hanya sendirian berada di samping laki-laki lainnya." ia melanjutkan menuruni tangga darurat itu dengan langkah yang pelan.
Ten masih mencari nafas sebanyak mungkin. Berbeda dengan pemuda tampan yang berada dalam lift itu yang tengah menatap pantulan dirinya di lift tersebut.
"Aish.. Bagaimana caranya memulai hari ini?" gumamnya dengan wajah datarnya.
..
.
TOUCH
.
..3-10
Ten menenggelamkan wajahnya dengan wajahnya yang di tekuk. Tangannya memainkan pinggiran buku tulisnya dan ia sendiri hanya menarik nafasnya panjang lalu membuangnya lagi. Ia terus melakukan hal tersebut berulang kali, mengabaikan teman-teman di kelasnya yang entah tengah bergosip, berdandan, membicarakan masalah film, fashion, atau pun games.
Sendiri..
Ia menyukai kesendirian, dan ia enggan menerima orang baru memasuki kehidupannya selain hyungnya yang mungkin saat ini tengah sibuk bekerja mencari nafkah untuk menghidupi kebutuhan hari-harinya.
"Wow, cincinmu begitu indah Doyoung."
"Apa ayahmu yang membelikanmu cincin itu?"
Ten terdiam saat mendengar teman yang berada di depannya sedang berbicara. Dalam hati ia berharap bisa memiliki seorang teman, seperti yang hyungnya tanyakan tadi. Tapi pada kenyataannya, harapan itu sirna kala ia sengaja mengubah penampilannya agar terlihat buruk rupa di hadapan teman-teman sekolahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH -TaeTen-
FantasiTen memiliki ketakutan pada anak laki-laki, meskipun ia sendiri adalah seorang laki-laki. Itu semua karena kekuatannya yang sangat luar biasa. Apa kekuatan sebenarnya? Dia memiliki penglihatan x-ray pada apapun yang di sentuh olenya. Apakah kekuatan...