Chance

2K 254 39
                                    

"Byun Ten. Namanya sama persis seperti name tag yang aku temukan waktu itu."

Jaehyun tersenyum tipis saat mengetahui fakta itu. Berarti dugaannya benar, jika name tag itu adalah milik Ten, bukan milik orang lain.

"He's only has one friend on limetalk?" Jaehyun terus mengecek setiap isi ponsel Ten. "And he only has one number in his contact's. His brother's"

Tangan Jaehyun perlahan mengecek panggilan masuk dan panggilan keluar yang pernah Ten lakukan. "There's no record of calls with anyone but his brother."

Kekehan kecil meluncur begitu saja dari bibir tebal Jaehyun saat ia sadar bahwa Ten sudah membohonginya.

"What is it? Boyfriend, MY ASS!" Jaehyun mencibir ucapan Ten yang mengatakan bahwa ia memiliki seorang kekasih. "Dia bahkan sama sekali tidak memiliki seorang teman."

••
°
TOUCH
°
••

Pemuda manis bertubuh mungil itu berlari dengan air mata yang bercucuran. Ia membuka pintu apartemennya dengan melemparkan sepatunya ke sembarang arah.

"TEN!" Ia memanggil Ten yang tengah membersihkan ruang tamu "Kenapa kau tidak menjawab panggilanku?"

Ten menghentikan pekerjaannya, setelahnya ia memandang pemuda yang berada di hadapannya. "Eh, kurasa aku meninggalkan ponselku di sekolah. Memangnya ada apa, hyung?"

"Ten, mungkin kita akan di usir." pemuda itu menangis di hadapan Ten yang masih berdiri "Chanyeol meminta tolong padaku. Ia memohon dengan begitu putus asanya. Ia meminjam uang tabunganku sebanyak $270.000, dan ia berjanji akan segera mengembalikannya." ia menjeda ucapannya untuk menghapus air matanya yang bercucuran "Dia pergi tanpa mengembalikan uangku, Ten. Hiks.. "

"CHANYEOL?" Ten berteriak saat pemuda di hadapannya menyebutkan nama tersebut "Kekasihmu yang selalu membual tentang pekerjaannya di 50 perusahaan? KAU GILA! Aku sudah mengatakannya padamu 'kan bahwa dia adalah seorang pecundang!"

Tidak ada yang bisa Ten lakukan selain marah. Ia meremat ujung sapu yang tengah di genggam dengan gigi yang bergemeletuk menahan marah.

"Aku sudah melaporkannya ke kantor polisi, dan ternyata dia adalah seorang penipu." pemuda itu mendudukkan dirinya di sofa dengan menatap Ten "Mereka mengatakan akan membutuhkan waktu lama untuk menangkapnya."

Ten menepuk dahinya kencang saat mendengar penjelasan pemuda di hadapannya. Amarahnya sudah tak lagi terkendali.

"Pemilik apartemen ini menuntut agar kita membayarnya sekarang." mengacak rambutnya dengan kesal, ia menatap pemuda di hadapannya dengan menghela nafasnya panjang "Aku pikir mungkin kita akan menjadi gelandangan yang mencari rumah dari tumpukan kardus."

"Rumah kardus?" ia menggelengkan kepalanya tak menyetujui ucapan Ten. Jari rampingnya perlahan mencari sesuatu dari dalam tasnya,  dan setelahnya ia menunjukannya pada Ten saat ia sudah mendapatkannya.

"Tiket lotre? Kenapa tidak berjudi saja sekalian?" Ten berkata dengan sarkastik.

"Ini bukan jenis tiket lotre yang di gores dengan koin. Ini adalah tiket tabungan." ia menunjukkan tiket lotre itu pada Ten "Kau.. Kau 'kan bisa melihat apakah tiket ini yang menang atau tidaknya."

"Berikan tiket itu padaku." Ten merebut tiket lotre itu dari pemuda di hadapannya dengan menatapnya serius "Jika kita mendapat tiga nomor yang sama, apakah kita akan menang? Dua juta dollar tidak akan mendarat di pangkuanmu begitu saja."

TOUCH -TaeTen-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang