Ding Dong..
Ten yang baru saja akan kembali duduk di sofanya kembali berdiri. Ia mengembuskan nafasnya panjang saat mendengar suara bel kembali berbunyi.
"Sekarang apalagi? Apa dia lupa mengatakan sesuatu?" ucap Ten pelan dengan berjalan ke arah pintu.
"Bibi, kami janji akan mengantarkan uangnya bes-.." ucapan Ten terhenti saat tahu jika yang memencet belnya bukanlah sang pemilik gedung, melainkan Taeyong dengan wajah datarnya.
Sejujurnya Ten terkejut saat melihat Taeyong tengah berdiri tepat di hadapannya. Ia pikir yang memencet berulang kali itu adalah sang pemilik gedung. Ia terdiam kaku memikirkan kenapa Taeyong malam-malam begini harus menemuinya.
...
..
.
TOUCH
.
..
...
"Ke-kenapa dia ada disini? Ya ampun, saat ini bahkan aku tidak menggunakan make-up penyamaranku." batin Ten.
Taeyong terdiam beberapa saat memperhatikan Ten dari atas bawah. Wajah datarnya pun bahkan masih ia perlihatkan pada Ten yang tengah menatapnya dengan wajah paniknya.
"Ma-maaf, kau siapa?"
"Umm.." Taeyong menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri seperti mencari sebuah jawaban apa yang akan ia berikan. "Ap-apakah Ten ada di rumah?"
"Oh, Ten ya? Dia sedang tidur, omong-omong." Ten tertawa dengan hambar.
"Ahh.. I see, I see.. Sebaiknya nanti aku kembali lagi. Terima kasih." jawab Taeyong masih dengan menggaruk tengkuknya.
Ten menelan ludahnya kasar saat mendengar jawaban yang di berikan Taeyong. Ia menggaruk pipinya sebentar, dan setelahnya ia berkata. "Tunggu. Tunggu dulu sebentar. Aku akan membangunkannya dulu."
"Eh, tidak perlu. Tempat kita hanya bersebelahan, jadi aku akan kembali kapan pun itu." Balas Taeyong dengan tersenyum dan menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri.
"Kapan pun katanya? HELL NO!" Ten membatin dengan memberikan senyuman hambarnya.
"Sekarang kau ada disini, jadi tunggulah sebentar selagi aku membangunkannya." Ten menggerakkan tangannya memerintahkan Taeyong untuk menunggu. Ia menolehkan kepala seakan-akan tengah melihat sesuatu, setelahnya ia berteriak "TEN, BANGUN! ADA SESEORANG YANG TENGAH MENCARIMU."
"Eh, kau tidak perlu membangunka-" ucapan Taeyong terhenti begitu saja kala Ten tengah tersenyum dengan lebar sampai matanya menyipit.
"Kau tunggu sebentar. Dia terkadang sulit untuk di bangunkan. Hehehe..." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Ten berlari ke arah kamarnya secepat kilat. Bahkan Taeyong yang melihatnya pun terkejut dan memilih untuk membelakangi pintu apartemen Ten yang sedikit terbuka.
"Apa dia memiliki adik?" gumam Taeyong penasaran.
Masih bisa Taeyong dengar jika Ten yang ia anggap adiknya Ten itu tengah berteriak berusaha untuk membangunkan Ten. Bukan hanya itu saja, Taeyong sendiri mendengar suara gaduh dari dalam apartemen milik Ten.
Saat Ten tiba di kamarnya dan masih berpura-pura berteriak, ia memasangkan make-up palsunya dan juga kacamata tebalnya. Ia berjalan kesana kemari untuk menggunakan pakaian tidur. Bibirnya tak henti-hentinya berkomat-kamit merasa kesusahan menjadi dua karakter yang berbeda di waktu yang bersamaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH -TaeTen-
FantasyTen memiliki ketakutan pada anak laki-laki, meskipun ia sendiri adalah seorang laki-laki. Itu semua karena kekuatannya yang sangat luar biasa. Apa kekuatan sebenarnya? Dia memiliki penglihatan x-ray pada apapun yang di sentuh olenya. Apakah kekuatan...