"Hey, Ten. Namamu Ten, bukan?" ucap pemuda itu. Ia bahkan sudah melepaskan sentuhannya di bahu Ten.
Ten menggigit jarinya panik saat mendengar ucapan orang di hadapannya. "Ba-bagaimana dia bisa tahu namaku? Bagaimana dia bisa menemukannya?"
"Namamu sangat cantik. Sama, seperti wajahmu." Ia tersenyum tampan, dan setelahnya mengambil sesuatu dari saku celananya. "Ini. Kau menjatuhkan name tagmu di lapangan." lanjutnya dan menyerahkan name tag milik Ten.
Ten menggerakan tangannya ke kanan dan ke kiri. "Aku bukan Ten. Itu bukan miliku.. Kau hanya perlu menyerahkan seragam itu padaku."
Menganggukkan kepalanya mengerti, pemuda itu memiringkan wajahnya untuk melihat wajah cantik Ten masih dengan senyuman tampannya.
"Jadi, siapa namamu? Dimana kelasmu? Aku tidak akan memberikan seragam itu padamu, sebelum kau memberitahukan siapa nama dan juga dimana kelasmu."
...
.
TOUCH
.
...
Menggerakkan tubuhnya, Ten mendongakkan wajahnya menatap pemuda di hadapannya dengan gelisah. Ia dan pemuda itu bahkan tidak sadar sedang menjadi tontonan para siswa dan siswi yang berada dekat dengan mereka. Sebenarnya perhatian mereka hanya terfokus pada wajah cantik dan imut Ten, juga pada tubuh mungil Ten.
"Kenapa aku harus memberitahukan tentang itu semua padamu?" tanya Ten.
"Karena aku jatuh cinta padamu!"
"WHAT?" Ten melebarkan matanya tak percaya.
Menatap datar wajah Ten, namun tersirat akan tatapan memuja. Secara perlahan ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Ten.
"Aku bilang, aku jatuh cinta padamu!" ulangnya dengan suara rendahnya.
Memundurkan tubuhnya panik, Ten mengedarkan pandangannya saat melihat orang-orang di sekitarnya seperti ingin menerkamnya dan memakannya hidup-hidup.
"Tidak! Inilah alasannya kenapa aku selalu menggunakan makeup palsuku." Ten membatin dan menggigit kukunya panik. "Menjadi jelek adalah yang terbaik!"
Ten benar-benar menunjukkan wajah panik sekaligus ketakutannya. Ia tidak mau hal yang sangat ia hindari terulang lagi seperti dulu. Sungguh, saat ini pun tubuh Ten bergetar hebat. Bahkan keringat dingin sudah bercucuran karena ia benar-benar merasa begitu panik.
"Kau benar-benar tidak akan memberitahukan apapun padaku?"
Ten melirik pada pemuda di hadapannya. Ia memutar otaknya berusaha mencari cara agar tidak memberitahukan identitas yang sesungguhnya.
"Monkey!" Ten menjawab asal dan pelan saat ia sudah mendapatkan ide.
"Apa? Aku tidak bisa mendengarmu." pemuda itu menundukkan tubuhnya agar ia bisa lebih jelas mendengar ucapan Ten.
"Na-namaku Monkey! Apa kau senang?" Ten berteriak tepat di depan telinga pemuda itu. "Mon -Mon Ki. Anak tahun pertama di ruangan 10."
"Ahhkk!" pemuda itu mengelus telinganya saat mendengar teriakan Ten. Ia berdiri dan menganggukan kepalanya dengan tersenyum. "Anak tahun pertama? Jadi namamu Mon Ki? Aku adalah seniormu, Mon Ki."
"Aku tidak peduli!" Ten kembali berteriak dan menunjuk pemuda di hadapannya dengan wajah sedikit marah namun tersirat ketakutan. "Tolong kembalikan! Itu adalah seragam milik kekasihku!"

KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH -TaeTen-
FantasíaTen memiliki ketakutan pada anak laki-laki, meskipun ia sendiri adalah seorang laki-laki. Itu semua karena kekuatannya yang sangat luar biasa. Apa kekuatan sebenarnya? Dia memiliki penglihatan x-ray pada apapun yang di sentuh olenya. Apakah kekuatan...