Bagi seorang gadis, cinta pertama merupakan hal yang istimewa. Bagaimanapun jenis dan wataknya, seorang gadis tetaplah pada hakikatnya adalah makhluk perasa. Jadi, adalah wajar bahwa gadis mengistimewakan rasa cinta, apalagi untuk pertama kalinya. Pada dasarnya rasa spesial itu adalah sama bagi tiap orang hanya cara menginterpretasikannya saja yang berbeda, mungkin.
Suzy adalah salah satu gadis yang kebetulan belum merasakan cinta pertama hingga usianya yang menginjak 17 tahun, well anggap saja begitu. Tapi toh, ia normal-normal saja(tidak menyukai wanita alias masih straight). Jadi ia sama sekali tak khawatir akan hal itu, justru para sahabatnyalah yang khawatir. Jieun, Krystal dan Jinri sering memaksanya agar mendekati lelaki. Heol, yang benar saja, meski Suzy belum pernah pacaran, ia adalah pemegang prinsip lelaki duluan. Kuno? Katakanlah begitu.
Tapi, ternyata selain istimewa, cinta adalah hal semacam serendipity (red:hal membahagiakan yang tak terduga). Benar, cinta adalah hal tak terduga sama sekali. Hingga terkadang terasa menyesatkan. Tau kenapa? Karena cinta tak dapat dicegah, terus mengalir layaknya mata air. Meski sekuat apapun untuk dihalangi, mata air akan tetap mengalirkan airnya, cinta juga serupa.
Sialnya, cinta yang datangnya tak terduga juga sulit itu datang pada gadis yang terkenal cuek dan sulit peduli yang untungnya cantik, Suzy. Sudah dikatakan Suzy itu normal, begitu pula hatinya.
Suzy bukan gadis yang buta cinta, dia tak sepolos itu, ia tau akhir-akhir ini hatinya merasakan hal picisan yang sering dikatakan gadis-gadis sekitarnya yang sudah puber duluan. Perasaan senang tapi membuat hati tak tenang, perasaan bahagia saat melihat tawa, juga perasaan takut yang melanda.
««««««
Seorang gadis terlihat duduk di sebuah kursi panjang kayu di sebuah ruangan. Jemarinya terlihat memegang benda pipih putih dilapisi karakter pony berwarna ungu sebagai case-nya. Jempol kanannya tampak naik turun bergeser-geser pada lapisan kaca benda pipi tersebut.
"Noona! Noona!"
Merasa mendengar suara gadis bersurai panjang tersebut mulai mengalihkan atensinya pada seorang pria muda jangkung dengan rambut mengalir tetesan air, entah air apa. Lelaki yang ditatap itu mulai tersenyum.
"Ku kira salah orang. Ternyata memang Zy Noona. Habisnya kupanggil-panggil Noona tetap tak menengok." pria itu mulai berceloteh, tepatnya berbasa-basi.
"Ah benarkah? Mianhae tadi aku tak mendengar." Suzy yang sudah sepenuhnya mengalihkan atensinya pada pria muda Jeon itu meringis mendengar ucapannya sendiri agak malu karena sikapnya.
"Sepertinya Noona terlalu fokus dengan handphone Noona tadi hingga auraku tak terasa." Pria muda Jeon -Jungkook itu menyelipkan nada candaan pada kalimatnya.
"Ah, iya." Suzy menggaruk tengkuknya kikuk, sebenarnya ia tak sefokus itu, ia hanya memainkan asal hanphonenya dengan pikiran entah kemana.
"Noona belum pulang?" Jungkook kini mengambil tempat di sebelah kanan Suzy. Ia mendudukan pantatnya di kursi panjang yang hanya diduduki mereka berdua.
Sekedar informasi, Jungkook dan Suzy kini berada di tempat les--makudnya tempat latihan taekwondo. Jungkook dan Suzy belajar taekwondo di tempat yang sama meski mereka beda sekolah. Jungkook memang tidak tinggal di Seoul, ia menetap di Busan bersama kedua orang tuanya begitu pula sekolahnya. Lalu mengapa ia bisa ada di Seoul? Jawabannya hanya untuk berlatih taekwondo. Tak ada alasan yang lain? Nope, hanya untuk belajar taekwondo -pada awalnya.
Bukannya Jungkook tinggal dekat dengan Suzy? Suzy bilang kan waktu it--Ah lupakan dulu Jungkook dan alasannya, kini lebih baik fokus pada Jungkook dan penasarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hardly Easy
Teen Fiction[Slow Update] Jika ini sulit maka tak akan semudah ini untuk berawal Jika ini mudah maka tak akan sesulit ini untuk berakhir