Suzy dan Krystal sedang menuju rumah Krystal sekarang. Masih memakai seragam sekolah. Ya, Suzy menyetujui ajakan--paksaan Krystal untuk ke Rumah Krystal sepulang sekolah. Hanya berdua, Jinri dan Jieun ada les tambahan.
Kebetulan rumah Suzy dan Krystal searah. Jarak rumah Krystal ke sekolah lebih jauh daripada jarak rumah Suzy dan sekolah. Setidaknya dua stasiun dari rumah Suzy.
"Bukankah kita seperti kelas satu lagi?" ucap Krystal pada Suzy yang duduk dekat jendela.
"Ya, sudah lama juga ternyata." ucap Suzy mengingat kenangannya dulu dengan Krystal yang sama persis seperti saat ini. Berkunjung ke rumah Krytal sepulang sekolah tanpa mengganti seragam. Hanya berdua, juga tanpa perencanaan, mendadak.
Sepanjang perjalanan mereka habiskan dengan mengobrol mengingat saat-saat kelas satu yang sudah terlewati hampir dua tahun yang lalu.
Hingga tak terasa keduanya sudah sampai di rumah Krystal. Rumah bernuansa sederhana namun cukup luas serta memiliki pekarangan yang berhias kolam ikan itu terpampang di hadapan keduanya.
Sebenarnya, Krystal tak serta merta mengajak Suzy hanya untuk bermain, mereka berencana membahas beberapa pelajaran juga untuk menghadapi ujian masuk perguruan tinggi yang akan diadakan sekitar 4-5 bulan ke depan.
Hingga ketika 1 jam 40 menit berlalu, Krystal menegakkan punggungnya, meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal.
"Suzy." panggilnya dengan nada sedang.
"Kenapa Krys? Ada yang belum kau pahami? Atau kau sudah menemukan jawaban nomor 15?" tanya Suzy beruntun. Well, mengingat sedari tadi hal-hal seputar soal dan jawaban itulah yang mereka bahas saat saling memanggil.
"Santai saja sejenak, aku lelah." Krystal memutar sendi leher serta sendi-sendi pundaknya.
Kruk krek
Bunyi benturan sendi bahkan beberapa kali terdengar melegakan berasal dari Krystal.
"Ya--ugh pegal juga." Suzy memijit bahunya dengan lengan kiri yang bebas dari pensil juga peralatan lainnya.
"Sekarang kita sudah kelas 3. Waktu (berjalan) tak terasa, ya kan?" Entah mengapa Krystal mulai mengeluarkan aura serius sedikit gelap.
"Ya, waktu berlalu dengan cepat. Ini tahun ketiga kita saling kenal ternyata." ucap Suzy, pikiranya melayang lagi pada saat-saat pertama ia pindah ke Seoul.
"Hm. "Krystal hanya berdeham. Perlahan ia berjalan ke arah sebrang meja--tempat Suzy duduk.
"Suzy, thank you for being my friend." aksen Amerika begitu kental terdengar di telinga Suzy.
Tentu Suzy paham--terlampau hafal malah, jika Krystal mulai menggunakan bahasa asli ayahnya, artinya ia sedang mode serius tingkat tinggi.
"What's on? of course we're friend." Suzy membalas spontan menggunakan bahasa yang sama.
"Yeah, you're my best, bestfriend." jawab Krystal, ugh bahkan ini mulai terasa emosional.
"Yak! Apa-apaan, jangan menangis begitu." ucap Suzy saat melihat betapa wajah Krystal sudah memerah menahan haru yang tiba-tiba meluap.
"Ish, dasar penghancur suasana. Aku sedang serius-seriusnya." Krystal merajuk.
"Iya, iya." jawab Suzy lalu tergelak.
Krytal juga ikut tertawa. Atmosfernya memang cukup membuat merinding. Hell yeah, biasanya kan mereka selalu saling melempar lelucon.
"Kau tahu kan, jika bukan denganmu aku mungkin tak akan punya teman." ucap Krytal membawa lagi atmosfer lembut kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hardly Easy
Teen Fiction[Slow Update] Jika ini sulit maka tak akan semudah ini untuk berawal Jika ini mudah maka tak akan sesulit ini untuk berakhir