Happy reading😘
[Uni=kakak perempuan]
---------+++
"Ai itu pacar kamu?" tanya Ama yang kaget akan kedatangan Alwan.
Aery berbalik badan melihat Alwan yang tengah berdiri di depan pintu.
"Bukanlah Ama, dia itu cuma tukang ojek," jawab Aery dengan senyum meledek.
"Hallo ande, ya sudah tukang ojek pergi dulu. Terimakasih telah menjadi penumpangnya dek," ucap Alwan sok manis padahal dihatinya ia sedang jengkel.
Alwan menutup pintu perlahan, ia meninggalkan rumah sakit dengan rasa kesal karena Aery seenaknya saja mengatakan bahwa Alwan adalah tukang ojek. Tak masalah jika Aery menyebutnya seperti itu asalkan gadis itu mau membayar tapi nyatanya ia tidak memberikan uang sepeserpun pada Alwan. Setidaknya ucapkan terimakasih kek, ini tidak sama sekali.
Ama hanya mencubit Aery karena bertingkah usil pada Alwan, ia tahu bagaimana perasaan pria itu sekarang, ahh ya sudahlah. Aery membantu Ama untuk duduk di kursi roda, kata dokter Ama harus mencari udara segar agar tidak bosan. Sedangkan ande Siska pamit karena suami tercintanya telah menunggu di rumah.
Aery berjalan sambil mendorong kursi roda Ama menuju taman yang ada di rumah sakit. Ama tampak lebih bahagia daripada hanya berkurung di dalam kamar rumah sakit yang membosankan.
"Oh iya, Ama belum bilang kenapa Ama bisa masuk rumah sakit kek gini," tanya Aery.
"Oh, gak pa-pa kok Ai. Ama cuma nggak enak badan aja karna terlalu sibuk kerja," jelas Ama memegang tangan Aery.
Aery hanya mengangguk mendengar penjelasan Ama. Aery mengambil setangkai bunga mawar yang kebetulan sedang mekar di taman rumah sakit. Bunga itu ia berikan pada Ama, dan Ama menerimanya dengan bayaran mengecup pipi Aery.
Aery memeluk Ama dengan hangat, ia berucap,"Ama, Aery rindu."
Mendengar pernyataan Aery barusan, Ama mengeratkan pelukannya.
"Oh jadi peluk-pelukannya cuma berdua doang, Abak gak diajak nih ceritanya," sambung Abak mengagetkan mereka.
Aery memanggil Abak dan memintanya untuk merangkul mereka. Abak berlutut memeluk istri dan anaknya, Ama memalingkan wajahnya namun tetap berpura-pura tersenyum di depan Aery begitu juga dengan Abak.
Mereka melepaskan pelukan setelah salah satu diantara mereka merasa sesak. Aery mencubit pinggang Abak karena Abak telah mengingkari janjinya sehingga Aery harus menunggu lama. Membiarkan nyamuk-nyamuk menyantap darahnya.
"Ai, maaf Abak tadi ada kerjaan penting di kantor jadi nggak bisa jemput kamu. Tapi Abak bawaiin Aery sesuatu dan buat Ama ada juga."
Abak mengambil hadiah yang telah ia siapkan yang kini ada di dalam mobil.
"Tara," memamerkan hadiahnya pada Aery dan Ama.
Abak memperlihatkan 3 nasi bungkus yang ada di dalam kantong plastik transparan. Senyum Aery merekah, karena sejak tadi ia sedang menahan lapar membiarkan cacing-cacing diperutnya mendemo. Ama juga sekilas tersenyum karena nasi itu begitu menggoda tidak seperti nasi rumah sakit, yang hambar.
Mereka makan di pelantaran yang ada di dekat taman, ditemani angin sepoi-sepoi serta pemandangan taman yang lumayan menyejukkan mata. Aery lahap sekali menyantap nasi bungkusnya yang ada randang serta sambalado.
Abak menatap Aery makan sambil menyuap perlahan nasi yang ia beli. Ama juga mencuri pandang terhadap Abak yang masih menatap Aery. Setelah selesai makan dan beristirahat sejenak, akhirnya mereka membawa Ama pulang karena kata dokter keadaan Ama sudah stabil.

KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSSIBLE [Completed]
Dla nastolatków"Tuhan itu nggak adil, kenapa Tuhan jadiin hidup gue sehancur ini." -Aerylin Fradella Agatha- "Gue suka sama lo tapi sayangnya gak cinta." -Alwan Azka Ganendra "Gue cinta sama lo tapi lo nya nggak." -Reno Dasha Arziki Udah segitu aja, silahkan dibac...