11

1.1K 60 14
                                        


Happy reading😘

5 menit berselang semenjak kepergian Alwan tadi, sebuah mobil berwarna silver berhenti tepat di depan rumah. Seseorang keluar dari mobil mewah itu, ia tampak acak-acakan, pakaiannya kusut, rambutnya seperti sarang burung, lengan bajunya satu disisingkan ke atas dan satu lagi dibiarkan di bawah.

Matanya tampak agak memerah dengan kantung mata yang berwarna agak kehitaman, ia berjalan lunglai memasuki rumah mencari keberadaan seseorang. Saat menginjakkan kaki tepat di depan pintu, ia melihat Aery sedang tertidur di sofa yang terlihat begitu nyenyak.

Ia menghampirinya, tangan kanannya menutupi mulut dan air mata keluar perlahan dari pelupuk mata. Orang itu duduk di lantai, tangannya mengelus rambut Aery yang panjang. Melihat wajah Aery, seketika menggores hatinya yang rapuh namun tangisan itu berusaha diredamnya agar tidak membangunkan si gadis.

Ia membenturkan kepalanya ke pinggir sofa, mengacak-acak rambutnya sendiri yang sudah berantakan menjadi tambah berantakan.

"Maafkan Abak Ai," ucapnya lirih.

"Ehh mau apa kamu ke sini?" tanya Ama yang berjalan ke arahnya.

Spontan Abak mendongakkan kepala melihat Ama yang tengah bertanya kepadanya.

"Tidak perlu bersandiwara, Aery sedang tidur," jawab Abak memalingkan wajahnya pada Aery.

Ama menghembuskan nafas lega, ia ikut duduk di samping suaminya. Abak menggenggam tangan istrinya, mereka berusaha menahan tangis ketika melihat wajah putrinya yang begitu polos.

"Apa yang kita lakukan ini benar?" tatapnya ke wajah Ama.

"Iya, bagaimana keadaan Ralin? Dia baik-baik saja?" tanya Ama balik.

Abak hanya mengangguk saja, merasa pembicaraan mereka akan mengganggu tidur Aery, mereka memutuskan untuk berbicara di teras saja.

"Tetaplah bersandiwara, aku tau ini sakit buat kita semua tapi cobalah bertahan demi kebaikan Aery. Aku mohon," Ama menyatukan kedua tangannya di depan suaminya.

Abak memeluk Ama, melepaskan kerinduannya yang sudah sedalam lautan.

"Tapi ini terlalu sakit untukku," ucap Abak yang masih memeluk istrinya.

"Akulah yang lebih sakit karena harus berlapang dada melihat suamiku bersama wanita lain," Ama melepaskan pelukannya, ia memalingkan wajah.

"Bi mobil siapa itu yang di depan?" tanya Aery yang sudah terbangun.

Abak dan Ama kaget mendengar suara anaknya, dengan cepat-cepat Abak pergi ke mobil dan langsung pergi menjauh dari sana. Aery heran, melihat mobil itu yang tiba-tiba saja pergi dengan terburu-buru, siapa dia? Iapun bertanya kepada Ama siapa barusan yang datang dan Ama hanya mengatakan bukan siapa-siapa.

Bukan siapa-siapa? Tampaknya Aery ragu, mungkinkah Ama berbohong kepadanya tapi ya sudahlah. Aery berjalan mendekat, ia memeluk Ama karena kebetulan ada kesempatan, maka ia mempergunakannya.

Hanya beberapa detik saja, Ama melepaskan pelukan anaknya itu lalu pergi ke kamar untuk mengambil berkas-berkas yang ketinggalan. Aery mendengus kesal, ia duduk di kursi teras, bayangan Alwan terbayang di benaknya. Segera ia pergi ke sofa namun tidak ada siapa-siapa di sana, melainkan sebuah selimut, dan kompresan.

Di tempat lain, Alwan masuk ke dalam rumahnya secara hati-hati takut nanti ketahuan oleh Ama ataupun bang Varo. Ia menatap ke segala arah, tidak ada siapa-siapa dengan segera Alwan berlari ke kamarnya dan langsung mengunci pintu dari dalam.

"Hufft aman," mengelus dada.

Alwan berbalik badan dan taraa, ada Ama yang sedang memegang sapu dan bang Varo bersender di meja belajar sambil memegang sebuah kemoceng. Alwan menelan salivanya, dan perlahan berusaha memutar kunci pintu namun bang Varo memanggilnya.

IMPOSSIBLE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang