Vote dan komennya jangan lupa ya readers😘
Alwan melepaskan helm yang membungkus kepalanya sejak tadi, ia merasa gerah serta agak kesal saat rambutnya acak-acakan. Bang Varo menenteng kantong berwarna putih, mereka masuk ke dalam rumah dengan langkah santai.
"Apa, Ama, kalian dimana?" teriak Alwan ketika tidak melihat kehadiran orangtuanya di ruang keluarga.
Bang Varo meletakkan kantong yang berisi martabak mesir itu ke atas meja lalu merebahkan diri di atas sofa.
"Awan, mending lo cek ke kamar deh mungkin Ama sama Apa udah tidur," perintah Bang Varo sambil memainkan ponselnya.
Alwan mengikuti saran dari kakaknya, ia berlari kecil menuju kamar Apa dan Ama.
Jarak kamar mereka dengan ruang keluarga tidak terlalu jauh sehingga kurang dari semenit Alwan sudah sampai di depan pintu. Ia mengetuk, tidak terlalu kuat tapi cukup untuk membangunkan penghuni kamar."Ama, Apa, martabak mesirnya udah Alwan beli. Ama, Apa?" masih berdiri di depan pintu menunggu salah satu dari mereka membukakan pintu.
"Kalian makan aja semuanya, Ama sama Apa udah ngantuk banget soalnya," jawab Ama dari dalam kamar.
Alwan menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi aneh, dia dan bang Varo harus menghabiskan semuanya? Jadi perjuangannya untuk membeli martabak mesir berakhir sia-sia?
Ia berbalik badan dan kembali ke ruang keluarga dimana ada Bang Varo di sana. Langkahnya terhenti saat di depan sofa, melongo sambil mendecah kesal. Sebuah kertas yang bertuliskan: Gue udah ngantuk jadi martabaknya lo sendiri yang ngabisin ya! Ingat semuanya, awas kalau mubazir.
Kertas itu terlempar jauh ke sudut ruangan dan tampak remuk akibat genggaman Alwan yang berusaha menahan emosinya. Ia menghempaskan badan ke sofa, memijat keningnya yang berkerut layaknya kakek-kakek 80-an.
Kini ia berhadapan dengan kantong putih berisi 4 bungkus martabak mesir yang siap untuk memenuhi perutnya. Alwan membenarkan duduknya lalu berkata, "Baiklah pertandingan dimulai."
Secepat mungkin Alwan menyambar kantong itu, memakan satu porsi martabak mesir lebih dulu. Rasa kantuk perlahan merayapi matanya yang agak sipit, mata yang mampu membuat Aery terkesima. Sekuat tenaga rasa kantuk itu ditahan, suapan demi suapan berhasil mendarat di mulutnya.
Satu porsi selesai, kini giliran ronde kedua. Kerongkongan mendadak terasa pahit, rasanya sulit menelan martabak mesir seakan menelan lebah hidup-hidup. Walau secara teknis martabak tidak bisa disamakan dengan lebah, jauh berbeda tapi hanya itulah perumpamaan yang tergiang-ngiang dibenak Alwan saat ini.
Alwan mengangkat tangan pertanda mengalah pada akhir ronde kedua, sulit untuk meneruskan lagi. Sudah cukup! Ia berdiri dengan napas yang terpenggal-penggal akibat kekenyangan. Jam dinding yang terpampang tepat di depan sana menunjukkan pukul 21.00 wib, soal-soal kembali bergema di kepalanya, seketika Alwan sadar akan janji bang Varo untuk menyelesaikan tugas fisikanya.
Alwan berjalan terburu-buru menuju kamar bang Varo, tangan kanan mengayun bebas ke arah pintu, menggedor dengan kuat dan kasar berbeda ketika mengetuk pintu kamar Ama tadi. Masih diam, bang Varo belum keluar mungkin terjebak di alam mimpi bertemu dengan salah satu penulis terkenal yang selama ini di idam-idamkan.
Bahkan dinding kamar bang Varo terdapat banyak poster penulis terkenal seperti Haruki Murakami, J.K Rowling, Stephen King spesialis penulis novel horror, Dan Brown spesialis penulis novel thriller-fiksi, Nora Roberts dan masih banyak lagi.
Masih belum ada pertanda bang Varo akan keluar, Alwan semakin geram. Ia mundur beberapa langkah, mengambil ancang-ancang bersiap untuk mendobrak. Sebelum sampai ke pintu, bang Varo membuka pintu sehingga adiknya itu masuk ke dalam kamar layaknya banteng yang sedang mengamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSSIBLE [Completed]
Teen Fiction"Tuhan itu nggak adil, kenapa Tuhan jadiin hidup gue sehancur ini." -Aerylin Fradella Agatha- "Gue suka sama lo tapi sayangnya gak cinta." -Alwan Azka Ganendra "Gue cinta sama lo tapi lo nya nggak." -Reno Dasha Arziki Udah segitu aja, silahkan dibac...