Seminggu berlalu, luka yang ada di tubuh Aerypun berangsur mengering namun tidak dengan luka yang ada dihatinya, masih sangat basah dan sensitif. Seperti biasa ia berjalan sendirian di koridor sekolah menuju gerbang karena bel pulang sudah sedari tadi berbunyi.
Suasana sekolah terasa sepi karena hampir seluruh penghuni SMA Bantaria telah berhamburan keluar mungkin saat ini mereka sedang tidur sambil main ponsel di atas ranjang tanpa mengganti seragam lebih dulu. Hari ini Aery tidak bertemu dengan Alwan bahkan dari seminggu yang lalu semenjak kejadian waktu itu.
Entah mau menghindar atau bagaimana, Alwan tidak pernah muncul di hadapan Aery lagi. Sambil menjinjing ranselnya yang terlalu berat untuk di sandang, Aery meningglkan koridor sekolah yang panjang dan berlari kecil saat pak Buyuang melambaikan tangan ke arahnya.
Rinda diam-diam mengikuti Aery dari belakang, kali ini ia hanya sendirian karena malas mengajak Amanda yang rempong. Mobil itu pergi dari kawasan sekolah, Rinda hanya menatap kepergian mobil dimana ada Aery di dalamnya.
Sebuah tangan mengagetkannya, dengan cepat Rinda berbalik badan untuk memastikan siapa orang yang ada di belakangnya saat ini.
"Ehh tangan gue sakit nih," rengek Reno saat tangannya di pelintir oleh Rinda.
Rinda buru-buru melepaskan tangan Reno, ia hanya mampu tersenyum agar pria itu tidak marah atau malah balik membalas. Mereka berdua memang saling kenal sejak lama namun hanya sebatas tau nama tapi tidak pernah mengobrol lebih dari 5 menit. Karena topik yang untuk di perbincangkan itu tidak ada, lagian Reno juga malas mendengarkan curhatan Rinda tentang sahabatnya, Alwan.
Rinda menahan lengan pria itu yang hendak pergi dari sana. "Please, bantuin gue kali ini. Karena gue butuh lo sekarang."
Reno menatapnya, "Gak, sorry ya."
"Gue cuma mau kasih pelajaran sama cewek yang udah rebut Alwan dari gue, please bantuin gue."
Langkah Reno terhenti mendengar kalimat Rinda barusan, "Oke, tapi jangan sampai ada yang tau gue bantuin lo."
Sedangkan Tono yang mendengarkan percakapan itu buru-buru pergi meninggalkan sekolah agar mereka tidak curiga kepadanya.
***
Reno melemparkan ranselnya ke sembarang arah, tubuhnya terasa pegal dan lelah karena tadi latihan sepak bola di sekolah yang bisa di bilang tidak ada jeda untuk istirahat. Pak Budi yang menjadi pelatih tim sepakbola sangat keras dalam melatih, moto hidupnya adalah; semakin besar usaha maka semakin luas peluang untuk berhasil.
Reno sangat menyukai sepakbola, ia selalu sungguh-sungguh dalam berlatih bahkan sampai mengenyampingkan kesehatan sendiri demi latihan. Satu tahun silam, saat ia mengikuti tournament sepakbola di Payukumbuah yang diadakan oleh Gubernur Sumatera Barat, Reno mendadak pingsan saat sedang bertanding.
Kejadian itu membuat para pendukung dari sekolah Bantaria heboh karena pasalnya Reno adalah pemain terbaik yang ada di tim. Setelah di periksa ternyata Reno terlalu memaksakan tubuhnya untuk berlatih keras sebelum tournament sehingga kondisinya turun drastis saat di pertandingan yang sebenarnya.
Meski ia berlatih sekeras mungkin, berhasil membawa piala kemenangan untuk sekolah tapi ketika ditanya mau jadi apa? Reno dengan mudah menjawab bahwa ia ingin menjadi seorang Dokter ahli bedah. Banyak teman-temannya hanya menggeleng kepala jika mendengar cita-cita Reno yang tidak masuk akal, terutama Alwan.
Setiap kali mereka saling mengobrol tentang masa depan, Alwan selalu mengatakan, "Keledai, Dokter ahli sepakbola."
Artinya; Orang bodoh yang suka sepakbola bercita-cita untuk jadi Dokter, kan sangat tidak masuk akal. Reno yang baru ingin mengatakan keinginannya hanya bisa diam ketika mendengar ledekan itu, ia tidak pernah marah ataupun jengkel atas ledekan Alwan justru ia hanya tersenyum dan mengatakan, "Lihat saja nanti."

KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSSIBLE [Completed]
Teen Fiction"Tuhan itu nggak adil, kenapa Tuhan jadiin hidup gue sehancur ini." -Aerylin Fradella Agatha- "Gue suka sama lo tapi sayangnya gak cinta." -Alwan Azka Ganendra "Gue cinta sama lo tapi lo nya nggak." -Reno Dasha Arziki Udah segitu aja, silahkan dibac...