14

1.1K 55 9
                                    


Happy reading😘

Aery juga pergi dari perpustakaan menuju kelasnya seorang diri hanya kata-kata Alwan tadi yang membuatnya lebih berani.

Sepatu berwarna putih yang dipadukan dengan warna biru muda itu menyentuh lantai sekolah yang tampak basah karena air hujan yang dihembus oleh angin. Baju yang masih menitikkan tetesan air, sehingga ketika tiba-tiba datang hembusan angin tak terduga membuat tubuh Aery merasakan dingin yang begitu menusuk kulitnya yang putih.

Menunduk ketika menemui seseorang hanya karena satu alasan sepele, aku terlalu takut melihat mata mereka. Memangnya mata mereka kenapa? Menakutkan? Lalu bagaimana dengan matamu sendiri bukannkah kamu sama dengannya.

Peristiwa mencekam waktu itu mengisi batinnya dengan rasa takut yang begitu dalam hingga ia lupa bahwa semua orang tidak seperti apa yang tengah ia pikirkan kini. Ya terkadang memori kelam membuat seseorang selalu memikirkan semua itu, membiarkan ketakutan yang tertanam dalam diri.

Jemarinya terlihat lebih pucat dan berkerut, begitu juga dengan bibir yang tadinya berwarna agak kemerahan kini berubah pucat dan keunguan. Badannya menggigil bahkan suara lirih itupun terdengar bagi orang yang masih memiliki pendengaran yang normal.

Aery berjalan menuju kelasnya, wajah datar tanpa senyuman semakin membuatnya kehilangan jati diri. Dulu ia tak begitu, sama sekali tidak begitu. Terkadang seseorang dapat berubah begitu saja ketika tidak lagi mendapat cinta dan kasih sayang, ketika merasa sendiri dan dijauhi.

Ia mengetuk pintu kelas lalu masuk dengan keadaan yang begitu, tentu semua orang akan menertawakannya.

"Darimana saja kamu? Kenapa tidak masuk dijam saya yang pertama? Dan saat jam pelajaran saya akan berakhir 5 menit lagi kamu seenaknya saja masuk."

Buk Leti, berdiri di depan papan tulis sambil memarahi Aery yang tidak masuk saat jam pertama. Karena saat itu Aery memilih untuk menyendiri di kursi taman yang sepi dan ditemani rintik hujan.

"Mungkin dia belum mandi buk, jadi karena kebetulan ada hujan makanya dia mandi hujan. Iya gak teman-teman?" lanjut Yesi yang ingin mengompori buk Leti agar bertambah murka.

Baru saja Aery mendapatkan ketenangan kini seseorang dengan sengaja membuatnya tambah dimarahi oleh guru. Yesi dan yang lain hanya tertawa sambil menunjuk ke arah Aery yang tengah menunduk di tempat duduknya. Suara Yesi begitu nyaring ditelinganya, tawa mereka, ledekan, semuanya di simpan Aery di memori otaknya yang akan terus diingat olehnya.

Bel berbunyi, kini buk Leti membereskan buku-buku yang teracak di atas meja guru lalu menyusun dan membawa semua itu keluar kelas bersamanya. Kelas mendadak ribut dengan ocehan mereka yang tidak bermutu, sengaja meledek keadaan Aery yang kini semakin pendiam.

Diam bukan berarti kalah, adakalanya suatu hari nanti tiba saatnya untuk pembalasan tapi itu nanti bukan sekarang. Aery mengacak isi tasnya, mengambil sebuah buku isi 100 bersampul doraemon serta sebuah pulpen berwarna biru.

Di atas meja sudah ada buku yang memiliki 1000 halaman, isinya hanya soal-soal kimia yang akan di kerjakan oleh Aery untuk mengisi waktu luang sebelum guru lain datang. Soal itu membuatnya fokus pada satu saja yaitu bagaimana cara mendapatkan isi yang tepat bukan bagaimana menyumbat mulut teman-temannya yang terus menertawainya.

Soal-soal itu sudah menjadi makanan sehari-hari baginya, bahkan dengan cepat ia bisa menyelesaikan soal yang termasuk susah untuk anak SMA. Semua rumus dan tabel periodik sudah tersimpan dikepalanya, akan semakin mudah teringat jika semakin banyak ia menyelesaikan soal-soal Kimia.

Bel pulang berbunyi, ternyata pak Tono tidak masuk mungkin ada rapat atau kepentingan lain. Tak terasa 2 jam sudah ia lewati untuk menyelesaikan 60 soal, sedangkan yang lain menyandang tas mereka lalu berhamburan pergi keluar dari kelas layaknya anak ayam yang keluar dari kandangnya.

IMPOSSIBLE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang