Vote dan komennya jangan lupa ya readers.
Alwan senang tapi saat ia menatap jam dinding senyumnya hilang begitu saja.
Bang Varo memutar knop pintu dan pergi meninggalkan kamar Alwan yang diikuti oleh Ama di belakangnya yang juga akan pergi bekerja. Alwan hanya menatap kepergian mereka dengan tatapan sendu, mengutuk bang Varo yang dengan sengaja memberitahunya pagi ini bahwa tugas fisika Alwan sudah selesai ia kerjakan semalam.
Apa salahnya jika memberitahunya semalam atau subuh maka Alwan tidak perlu berniat untuk absen hari ini. Jam cokelat tua yang terpajang di dinding kamar menunjukkan pukul 07.15 wib, berarti sudah waktunya bel masuk berbunyi dan proses pembelajaran akan di mulai.
Alwan maju beberapa langkah untuk mencapai tempat tidur, ia duduk di ujung tempat tidur sambil memikirkan apakah ia harus sekolah atau malah absen hari ini. Jika absen terutama di jam pelajaran pak Tirmizi bisa gawat, secara otomatis tugas Fisika untuk Alwan akan bertambah berkali lipat dengan soal yang lebih sulit.
Alwan tidak ingin waktunya yang 24 jam habis terpakai untuk menyelesaikan soal yang di sebutnya sebagai obat bunuh diri secara perlahan.
Namun jika hari ini dia masuk sekolah sudah dapat di pastikan kalau Alwan akan terlambat pada jam pelajaran pak Tirmizi dan itu merupakan bencana besar karena guru tersebut tidak segan-segan menyuruh muridnya yang telat untuk mengerjakan semua soal-soal. Jika tidak dapat menyelesaikannya dalam waktu 1 jam maka murid yang terlambat itu mau tidak mau harus membersihkan wc mushola dan ruang guru.
Alwan bingung untuk menentukan suatu pilihan, akhirnya setelah merenung beberapa menit ia memutuskan untuk datang ke sekolah meski terlambat sekalipun. Alwan bangkit dari duduknya, berlari ke kamar mandi.
Selesai membersihkan tubuhnya, Alwan mencari seragam sekolah yang di gantung oleh Ama di dalam lemari lalu tergesa-gesa untuk mengenakannya. Memakai sepatu berwarna putih hitam, dasi yang masih belum terpasang dengan rapi, 2 kancing baju yang paling atas masih terbuka sehingga menampakkan bagian dadanya.
Rambutnya masih acak-acakan karena tidak sempat untuk di sisir, Alwan menyambar buku yang ada di meja belajar dan memasukkannya ke dalam tas kulit berwarna biru tua yang tengah di sandangnya. Alwan menatap jam dinding, pukul 08.01 wib itu artinya 1 jam pelajaran pak Tirmizi telah berakhir.
Alwan berlari menuju pintu, suara decitan sepatunya bergema di seisi rumah. Sesekali ia hampir tergelincir namun tidak sampai terjatuh. Beruntung motornya sudah terparkir di depan rumah, mungkin bang Varo yang telah mengeluarkannya dari garasi.
Alwan memakai helm, menyalakan motornya dan mengemudi dengan kecepatan tinggi layaknya seorang pembalap terlatih.
***
Seperti biasa, saat jam istirahat pertama Aery akan pergi ke taman untuk makan siang. Kali ini ia lupa membawa bekal yang sudah di siapkan oleh bi Supiak tadi pagi, jadi terpaksa Aery harus membeli sesuatu di kantin untuk makan siangnya.Tak jauh dari tempat Aery berdiri saat ini tepatnya di ujung koridor tampak segerombolan siswi, entah apa yang mereka lakukan di sana tapi yang jelas mereka saling mengobrol dan sesekali tertawa cekikikan, menunjuk ke arah parkiran lalu melonjak kegirangan.
Aery melihat mereka, rasanya begitu malas untuk lewat di sana tapi untuk menuju kantin ia harus melewati koridor terlebih dahulu. Ia menatap ke depan, lalu berjalan lebih cepat dari sebelumnya agar cepat sampai ke kantin karena waktu istirahat hanya tinggal 25 menit lagi.
Tentu saja dengan waktu seperti itu tidak akan cukup untuk makan dengan santai di taman, paling tidak Aery harus mengantri di kantin untuk memesan bubur ayam selama 5 menit dan 10 menit jika banyak pelanggan.

KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSSIBLE [Completed]
Genç Kurgu"Tuhan itu nggak adil, kenapa Tuhan jadiin hidup gue sehancur ini." -Aerylin Fradella Agatha- "Gue suka sama lo tapi sayangnya gak cinta." -Alwan Azka Ganendra "Gue cinta sama lo tapi lo nya nggak." -Reno Dasha Arziki Udah segitu aja, silahkan dibac...