Bite 6 - Privasi

7.4K 1.3K 962
                                    

Chef Daniel masih marah, walaupun nggak terlihat meletup-letup seperti popcorn, tapi toh kelihatan banget kalau dia sedang menahan omelannya yang udah di ujung mulut. Untung orangnya cool, jadi masih kelihatan kharismanya yang suka bikin Seongwoo klepek-klepek itu. Lagipula, percuma juga dia memarahi Seongwoo dan jajaran staff-nya...

Soalnya emang nggak ada yang mbeneh! Kenormalan mereka seolah tersegel dengan jujitsu tertentu yang mustahil untuk di unlock.

"Kalian tau termometer daging, kan?" Tanya Chef Daniel untuk kesekian kalinya. Para pria penghuni tetap dapur itu saling lihat-lihatan, kemudian menggeleng kompak. Mereka kembali ke pekerjaannya masing-masing, meninggalkan Chef Daniel dan Seongwoo yang berdiri dibagian lain dapur restoran.

"Kamu juga nggak tau? Kalau kamu nggak tau hal sepele begitu kenapa kamu bisa punya restoran begini?" Tanya Daniel tepat di depan wajah si pemilik restoran. Lelaki yang lebih pendek satu senti itu menelan ludahnya, menguatkan diri sendiri untuk membalas omelan chef itu.

"Maaf-"

"Saya nggak minta kamu bilang maaf!" Jawab Chef itu lagi dengan bentakannya. Kok serem ya? Woojin yang lagi ngupas bawang merah pun mendekat ke Seongwoo, niatnya ingin memberi dukungan moril. Sayangnya Jihoon yang notabene rekan seperjuangannya malah asik icip-icip eskrim sambil mojok sama Guanlin.

Nggak apa-apa, siapa tau Woojin di kasih bonus nanti di awal bulan.

"Saya bukan orang yang berpendidikan soal memasak, jadi tolong jangan bandingkan dengan Chef. Resep dari restoran ini semuanya dari ayah saya, dan hanya dari beliau saya belajar... Jadi saya memang kurang kompeten, saya tau itu." Jawab Seongwoo sembari berkaca-kaca. Woojin panik, bergantian dia melihat wajah Seongwoo dan Daniel.

"Hayo... Chef... Mas Seongwoo nangis lo ini..." Ujar Woojin mengompori. Jihoon dan Guanlin yang lagi kerja plus mojok malah jadi ikut campur.

"Hayo Chef Daniel harus tanggung jawab... Nikahin lo, Chef!" Pekik Jihoon dari bagian lain dapur.

Daniel tetap tidak terpengaruh. Wajahnya tetap datar melihat muka Seongwoo. Tangannya terlipat di depan dada, seolah-olah bersiap mengadili ucapan Seongwoo dengan kata-kata pedasnya.

"Ora! Gue nggak nangis gara-gara ini orang!" Seongwoo menoyor kepala Woojin, lalu mengusap bawang merah yang dikupasnya ke dahi yang lebih muda, "ini ngapain lo ngupas-ngupas bawang di depan muka gue, sempak!"

"Ya Tuhan..." Daniel mendesah berat, jelas capek melihat drama murahan antara Seongwoo dan jajaran pekerjanya. Lagipula, dia disini cuma ada urusan sama Seongwoo, kenapa dia harus ikutan bermasalah sama orang-orang nggak sehat ini, coba?

"Seongwoo, kamu ikut saya!" Tangan Daniel menyeret pergelangan tangan kurus Seongwoo. Pria pemilik restoran itu kelabakan, nggak paham sama kelakuan chef muda dihadapannya. Kenapa nggak minta baik-baik aja? Kenapa dia harus diseret-seret kayak cucian bekas begini?

"Ciyeeeeeeee! Dilamar itu bentar lagi mas!" Teriakan Woojin sontak membuat Daniel berbalik badan, kembali menatap tajam ke arah para pekerja Seongwoo. Kesempatan itu pun dimanfaatkan si surai hitam untuk melepaskan cengkraman Daniel dari pergelangan tangannya. Duh, tangannya jadi merah. Megang tangan gini aja kuat, apalagi kalau...

Ngangkat karung beras.

"Bukan! Saya harus nunjukkin dia beberapa hal-"

"Woo, apaan yang mau ditunjukkin tuh? Belum jadi muhrim masa mau ditunjuk-tunjukkin begitu aja Chef, aduh-" Tambah Guanlin yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Chef muda itu tampak makin frustasi, salah emang dia berurusan sama isi restoran Seongwoo. Rambut abu-abu si chef dia acak-acak asal.

Take A Bite - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang