Bite 14 - Tambah Gede

7.5K 1.2K 899
                                    

"Sayur kol... Sayur kol... Masak daging kambing dengan sayur kol..."

Woojin samar-samar berdendang sambil mengaduk daging kambing yang ada di penggorengan. Sudah satu minggu ini dia panas dingin akibat ngidam ingin masak daging kambing pakai sayur kol. Gara-gara Mas Jaehwan sih yang selalu suka nyanyi-nyanyi nggak jelas waktu kerja, Woojin kan jadi kesetrum pengen masak.

"Itu belum mateng, Mas?"

"Belum! Bentar lagi! Daritadi tanya motang mateng motang mateng terus!" Woojin menjawab pertanyaan Hyungseob dengan tidak santai. Restoran lagi sepi karena belum buka. Mas Jinyoung, Mas Minhyun dan Mas Jaehwan juga lagi keluar untuk belanja bahan masakan. Katanya sih nanti ada yang mau nyewa restoran buat ulang tahun. Alhasil ya dia harus terjebak berdua dengan pria yang setahun lebih muda darinya itu.

"Kok ngegas? Aku tanyanya baik-baik padahal. Hati-hati, nanti kena azab netijen ngegas mati kelindes (terlindas) truk BBM lo!" Hyungseob menjawab dengan hati dongkol. Dia kan pengen belajar masak, tapi daritadi Woojin nggak ngizinin dia bantu-bantu sama sekali. Katanya sih trauma waktu inget dulu Hyungseob pernah mematahkan pisau masak di dapur ini buat mecah kelapa.

"Kamu sih nanya mulu. Sabar! Aku sek (masih) konsentrasi!"

"Ya maaf mas, aku kan pengen belajar masak. Mbakku mau nikahan, katanya aku suruh bantu-bantu masak. Kata ibukku juga, kowe ki kerjo ndek restoran mosok masak banyu ae nganti sat! (kamu itu kerja di restoran aja masa masak air sampai airnya kering!)"

"HAHAHAHA! Kok goblok seh (sih)." Woojin tertawa kencang sembari memegangi perutnya.

"Lah aku masih SMP dulu! Mana ngerti aku masak air kalau ditinggal lama bisa kering!"

"Muk pikir kali brantas ta piye ditinggal ora sat! (kamu kira sungai brantas apa gimana ditinggal nggak kering!)" Pria yang memasak itu kembali tertawa kencang. Hyungseob melihat Woojin dengan tatapan sinisnya. Dia mencari cara agar bisa mengalihkan pembicaraan mereka.

"Eh mas, Jihoon mana?" Tanya Hyungseob hati-hati. Woojin berhenti tertawa sambil menyeka matanya yang berair akibat tawanya tadi.

"Mules-mules gara-gara kemarin makan Samyang habis tiga..."

"Tiga bungkus?"

"Ya masak tiga empang, ucup!" Jelas Woojin dengan emosi. Yang diajak bicara cuma manggut-manggut paham.

"Kalau Guanlin dimana, Mas? Kok tadi nggak nemu di kontrakan pagi-pagi?"

"Kalau Jihoon libur anak itu ya ngikut mbolos. Sepaket gitu kok! Paling sekarang lagi nemenin Jihoon di rumah," pria dengan gigi gingsul itu tampak kesal, "mereka itu pacaran terus. Sampe capek aku ngomongin."

"Ya nggak apa-apa lah, Mas. Udah gede ini." Hyungseob terlihat iba. Kepada si kambing tapi, bukan ke Woojin.

"Terus kalo mereka nikah duluan padahal aku masih jomblo gitu gimana? Ya nggak mau lah aku dilangkahi!"

"Mas Woojin kan tinggal nyari pacar! Salah sendiri kok nggak pacaran padahal udah sepuh(tua banget)."

"Sepuh gundulmu!" Woojin hampir memukul kepala Hyungseob dengan spatulanya, "lagipula aku nggak pd, cup."

Hyungseob mengangkat alisnya, "kenapa?"

Woojin menghela napas beratnya yang sedaritadi tertahan. Dia kini bicara dengan nada serius.

"Kata orang-orang aku produk gagal sehabis mereka lihat muka adekku. Tapi nggak apa-apa sih, toh karena ada aku, bapak-ibu bisa bereksperimen dulu sebelum jadi dek Jihoon."

Pria yang lebih muda kini menatap Woojin dengan tatapan iba. Akhirnya Hyungseob mengakui kalau nasib Woojin lebih buruk daripada kambing di penggorengan itu.

Take A Bite - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang