"Jadi gitu ceritanya, Woo. Gue nggak salah apa-apa, in fact, ini salah dia sendiri mau aja makan lobster, udah tau dia alergi juga masih aja dipaksa."
Seongwoo sedaritadi mendengar cerita Jinyoung di lobby rumah sakit, membiarkan Chef Daniel di kamar rawatnya sendirian. Sepupunya itu nggak mau disalahkan sama sekali. Emangnya Jinyoung menjejalkan gitu aja larry ke dalam mulut si chef congkak? Nggak kan!
Daniel sendiri yang dengan kesadaran penuh mau makan lobster masakan Seongwoo, kok! Dia yang aneh kenapa Jinyoung yang disalahin?
"Yaudah, seenggaknya lo minta maaf dulu ke Chef Daniel! Lo kan yang manas-manasin dia sampe meleduk gitu!" Ujar Seongwoo agak emosi. Tapi sebenernya, dia juga ikut bingung. Kenapa coba Daniel memaksakan diri makan lobster tadi? Nyawa lo taruhannya! Dia pikir bisa dibeli grosiran di Pasar Turi apa!
Bagaimanapun, sebagai orang waras yang bermartabat, Jinyoung akhirnya mengalah. Toh, ini demi Seongwoo juga, supaya nggak ngambek ke dia. Aslinya mah, mana sudi Jinyoung minta maaf. Bukan salahnya, kan, kalau Chef Daniel itu manusia bersumbu pendek kayak netijen jaman sekarang?
Tak lama kemudian, mereka berdua berjalan pelan menuyusuri lorong rumah sakit, lalu memasuki salah satu kamar VIP yang ditempati oleh si chef muda. Pria itu masih terbaring lemah, wajahnya yang pucat seketika menghadap arah pintu masuk ketika kedua orang itu datang.
"Daniel," Jinyoung berujar sehabis menata emosinya, "maaf kalau misal saya bikin Anda tersinggung. Saya cuma nggak mau makanan Seongwoo berakhir di tong sampah lagi, aw!"
Seongwoo menginjak kaki sepupunya itu dengan kekuatan penuh. Mulutnya itu komat-kamit nggak jelas, seolah protes supaya Jinyoung nggak lagi mengusik keadaan chef idolanya. Segera setelah mengaduh, Jinyoung mengulangi permintaan maafnya dengan lebih layak.
Dan Chef Daniel? Unexpectedly, dia cuma mengangguk, lalu mengalihkan perhatiannya kembali ke selang infus yang terpasang di tangannya sendiri.
"Nah, kalo akur gini kan enak," kata Seongwoo dengan sedikit memaksa, dia kembali berbicara pada sepupunya, "lo mau balik ke restoran kan? Nanti gue balik sendiri aja, kalau Mbak Ashley udah kesini."
"Jangan!"
Daniel menginterupsi tiba-tiba, tanpa angin tanpa hujan begitu, soalnya dia bukan avatar. Matanya yang tadi sayu akibat mengantuk langsung melebar. Seongwoo dan Jinyoung sendiri cuma diam, menunggu penjelasan lebih dari pria yang terbaring itu. Jangan? Jangan apa? Jangan(sayur) asem? Jangan(sayur) sop? Jangan jangan kau menolak cintaku...
"Maksud saya, kamu jangan balik sendiri nanti. Ashley datang malam, dia ada urusan. Kalau kamu pulang malam juga..." Kata Daniel lebih lanjut.
"Saya nggak apa-apa, Chef. Saya bisa pulang sendiri." Jawab Seongwoo dengan nada yang lembut sekali. Ish, padahal dia kalau ngomong sama Jinyoung selalu ngegas, bahkan kadang khilaf sampai misuh dan menyebut seisi taman safari! Ini nggak adil!
"Sok perhatian." Gumam si sepupu. Mendengar itu, Seongwoo langsung menegur.
"Jinyoung!"
"Iya, iya!" pria yang disebut namanya itu mencelos, "yaudah, gue balik dulu!"
Jinyoung pun mengambil barang bawaannya, kemudian berpamitan lagi pada kedua orang yang ditinggal.
"Chef, GWS." Ujarnya, "gak wafat sekalian..."
"JINYOOOOOOOOOONG!"
"Haha, sorry sorry. Duluan ya." Jinyoung mengusak rambut Seongwoo sekilas, membuat si pemilik rambut tersenyum kecil, kemudian berjalan cepat menuju pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take A Bite - OngNiel
FanfictionSumpah! Kritikus makanan yang namanya Kang Daniel itu aslinya ganteeeeeng banget! Lebih ganteng daripada posternya yang tertempel di kamarku. Tapi kok.. galak gini ya? ㅇㅅㅇ x ㄱㄷㄴㅇ BxB. Romcom. Drama. Highest rank 594 on fanfiction 284 on Fiction