Seongwoo belajar satu hal lagi hari ini, yaitu kalau yang tajam-tajam itu nggak cuma tatapan mata Chef Daniel waktu menilai masakannya, tapi juga capit lobster. Mana tangannya diplester lagi, dia makin bingung bagaimana cara buat menghadapi mas Larry yang lagi menunggu masa eksekusi ini.
"Awas, capitnya tajam." Chef Daniel langsung mengangkat satu persatu empat lobster yang sedaritadi hanya dipandangi Seongwoo dari tempatnya. Pria yang lebih muda mendengus. Emang dia bocah apa nggak tau capit begituan tajam?
Lagipula, lidahmu lebih tajam, Chef!
"Iya, saya ngerti kok."
Daniel nggak menghiraukan sama sekali omongan Seongwoo. Dibukanya jaket bomber yang ia pakai, menyisakan kaos hitam setengah lengan yang pas ditubuhnya yang bidang. Haduh, kok kayaknya AC di otak Seongwoo mati, ya?
"Saya ajarkan cara masaknya yang sederhana dulu, nanti biar kamu yang kembangkan sendiri," Ujar chef itu sambil menengok panci berisi air yang tengah direbusnya, tak lama ia melirik Seongwoo kembali, "Seongwoo, kamu lihat apa?"
Duh, lagi-lagi Seongwoo ketahuan, dia kan dari tadi cuma memperhatikan wajah Chef Daniel yang rasanya nambah 825% lebih ganteng gara-gara kaos hitamnya itu! Nggak nyambung emang, tapi namanya juga udah whipped. Udah dari lama jadi budak cinta.
"Lihat... lihat... lihat panci itu yang disana, hehe. Bagus ya. Mengkilat gitu. Hehe." Pria itu mencoba beralasan sambil menunjuk panci besar yang ada di balik tubuh Daniel. Sayangnya, chef muda itu menggeleng seolah udah paham kemana arah mata Seongwoo tadinya menuju.
"Konsentrasi," katanya sambil bersiap memegang pisau dan lobster, "tangan kamu masih sakit? Bisa buat masak?"
"Bisa kok! Bisa." Jawab Seongwoo cepat, yang lalu ikut mengambil satu lobster dengan tangan kirinya. Tangan kanannya sudah bersiap dengan pisau yang cukup tajam. Disclaimer, jangan tiru adegan ini di rumah kecuali dengan pengawasan ahli.
"Pertama kita rebus dulu lobsternya di air mendidih," Chef Daniel kembali mengecek air dan bumbu-bumbunya yang telah mendidih, kemudian dibukanya pengikat capit lobster dengan pisau yang ada.
"Nggak diiris dulu?" Tanya Seongwoo sambil mengikuti pergerakan Daniel. Pria itu menggeleng.
"Nggak perlu, kita ngerebusnya hidup-hidup. But first, let's cut the head. You see the line betweet its head and tail? Kita tancapkan pisau searah garisnya, and then—" bunyi retak membuat Seongwoo bergidik seketika, sedang Chef Daniel masih santai mengiris cangkang kepala lobster itu hingga hampir terbagi dua, "lalu langsung masukkan ke panci."
Seongwoo diam, melongo meratapi nasib larry nomor satu sambil memegangi larry nomor dua ditangannya.
"Kok jahat, Chef?"
"That's how we cook it," pria bersurai abu-abu itu kembali mengambil lobster lainnya dan mengulangi tahapan tadi, "selain dipanggang, cara ini paling sering dipakai."
Yang lebih muda terpaksa mengikuti, pelan-pelan dia mengiris kepala lobster yang bertubuh sama besar dengan lengan bawahnya. Udahlah, kali ini percaya aja sama Chef Daniel. Kayak kamu mempercayakan hatimu ke dia gitu lo, Woo!
"Kenapa harus ngerebusnya hidup-hidup begitu?"
"Good question," Daniel mengangguk, seolah antusias mendengar pertanyaan dari Seongwoo, "lobster dimasak dengan direbus itu sejak ribuan tahun yang lalu. Resep tertulis pertamanya ditulis pada... abad pertama kalo nggak salah. Dan Amerika mengadopsi cara itu sekitar tahun 1880. Menurut kamu, kenapa harus dimasak hidup-hidup?"
Lha iya, Seongwoo kalau tau nggak nanya, Chef! Diam-diam Seongwoo memutar mata, lalu mencoba mencari-cari jawaban paling masuk akal versinya.
"Biar lebih segar? Lebih enak gitu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Take A Bite - OngNiel
FanfictionSumpah! Kritikus makanan yang namanya Kang Daniel itu aslinya ganteeeeeng banget! Lebih ganteng daripada posternya yang tertempel di kamarku. Tapi kok.. galak gini ya? ㅇㅅㅇ x ㄱㄷㄴㅇ BxB. Romcom. Drama. Highest rank 594 on fanfiction 284 on Fiction